Inilah yang perlu dicermati, sehingga anggaran pariwisata pemerintah dan daerah terkait juga mencakup peningkatan kualitas dan kemampuan penduduk lokal selama proses wisata.
Di usia 57 tahun ini saya melihat banyak kata dan frasa yang perlu di definisi uang. Termasuk frasa "destinasi wisata" yang mungkin selama ini diartikan sebatas obyek wisata atau tujuan wisata.
Contohnya kalau kita ingin ke Pantai Carita atau ke Pulau Batam atau ke pemandian alam Ciater atau ke Danau Toba maka destinasi wisatanya adalah nama-nama daerah tujuan ditambah obyek wisata yang ada disekitar area tersebut. Tentu pengertian ini sangat terbatas dan membatasi.
TIdak dapat dipungkiri salah satu dampak positif dari pariwisata adalah dampak ekonomi masyarakat dan pendapatan daerah sekitar. Peningkatan ekonomi harusnya diikuti oleh perbaikan kualitas hidup penduduk lokal dalam jangka panjang yang pada akhirnya akan membuat sebuah destinasi wisata menjadi sustainable.
Juga kualitas lingkungan secara umum akan meningkat sehingga sepanjang perjalanan, dalam proses menuju destinasi wisata tertentu para turis benar-benar dapat menikmati dan merasa nyaman dan aman.
Sehingga bukan saja destinasi wisatanya yang berkesan namun proses wisatanya juga berkesan. Jangan lupa para turis pasti membandingkan (alam bawah sadar) antara satu kota dengan kota lain, satu negara dengan negara lain. Jangan lupa juga para turis perlu diupayakan agar "selalu ingin kembali" ke daerah tersebut. Seperti kita, mungkin, ingin kembali ke Singapura, Tokyo atau Bali.
Data www.worldatlas.com menunjukkan kita belum bisa bersaing bahkan dengan Thailand dalam jumlah kunjungan turis padahal luas negara kita dan destinasi wisata kita pasti lebih banyak. Nah disini letak tantangannya.
China - 63 million visitors.
Italy - 62 million visitors. ...
Turkey - 46 million visitors. ...
Mexico - 41 million visitors. ...
Germany - 39 million visitors. ...
Thailand - 38 million visitors. ...
United Kingdom - 36 million visitors. ...
Sebagai konsultan dan trainer manajemen dan analisa bisnis, saya merasa kita perlu mencari akar persoalan secara case-by-case per destinasi wisata misalnya dengan menggunakan massive survey dan Diagram Pareto dan Diagram Ishikawa maupun metode lainnya yang lebih canggih termasuk data analytic.
Namun kita juga harus berani meredefinisi frasa "destinasi wisata" menjadi lebih luas dan mencakup "persepsi dan perasaan sepanjang proses wisata" mulai dari saat mendarat di bandara, menunggu taksi, memesan makan, belanja, membeli suvenir, berkomunikasi dengan penduduk lokal, proses imigrasi, kebersihan, memerlukan informasi, saat darurat, sampai saat kembali ke negara / kota asal.
Inilah yang perlu dicermati. Sehingga anggaran pariwisata pemerintah dan daerah terkait juga mencakup peningkatan kualitas dan kemampuan penduduk lokal selama proses wisata berlangsung.
Nah semoga tulisan saya tidak terlalu panjang dan lebih baik dilanjutkan pada tulisan lain.
Serpong, 25/4/2020
***
Dana Persada
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews