Di pintu masuk Taman Nasional Chitwan banyak tersebar tanaman ganja yang tumbuh liar. Orang Nepal sendiri menganggap tanaman ini adalah obat.
Negara Nepal terkenal di dunia lantaran wilayahnya didominasi dengan pemandangan menakjubkan berupa deretan pegunungan Himalaya yang mana puncaknya, Gunung Everest bersemayam di negara tertua di Asia Selatan tersebut.
Tak heran bila Negara yang diklaim sebagai tempat kelahiran Buddha itu banyak dikunjungi oleh wisatawan mancanegara untuk melakukan trekking atau hiking guna menaklukan banyaknya puncak di Nepal yang mayoritas diselimuti oleh salju.
Meski demikian, tak semua daerah wisata di Nepal itu penuh dengan salju dan dingin. Terdapat tempat lainnya yang berbanding terbalik 180 derajat. Adapun tempat wisata yang dimaksud adalah Taman Nasional Chitwan.
Taman Nasional Chitwan yang merupakan salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO ini mengajak wisatawan ke Nepal untuk melakukan safari alias melakukan kegiatan di hutan mulai dari menaiki gajah, berjalan di hutan, mencari jejak harimau, menaiki kano atau mengendarai jeep.
Chitwan juga menjadi tujuan wisata non trekking paling populer ketiga di Nepal. Untuk menuju ke tempat yang menjadi pusat penangkaran gajah ini dibutuhkan waktu selama empat jam dengan mengendarai mobil atau jeep dari Kathmandu.
Tim Nepalisme sendiri berkesempatan untuk mengunjungi Chitwan selama dua hari, yakni 13-14 Maret 2020. Kegiatan hari pertama adalah melakukan perjalanan singkat dari hotel tempat menginap menuju tempat kano untuk melakukan jungle walk di hari berikutnya.
Kemudian kegiatan di hari kedua adalah puncak dari perjalanan wisata Chitwan di mana sejak pagi tim Nepalisme bersiap menaklukan lebatnya Taman Nasional Chitwan.
Perjalanan di awali dengan menaiki kano dan menyusuri sungai. Di sepanjang perjalanan Nepalisme banyak aneka jenis burung, termasuk juga burung merak yang memiliki bulu ekor yang menawan.
Alasan menaiki kano di pagi hari adalah lantaran di sepanjang sungai terdapat banyak buaya liar, bahkan ada buaya jenis Gavial yang memiliki moncong panjang. Diketahui bahwa hewan tersebut adalah berdarah dingin sehingga di pagi hari mereka belum aktif.
Setelah menaiki kano, akhirnya Tim Nepalisme sampai kembali di daratan dan memulai perjalanan untuk menyurusi hutan yang ditumbuhi oleh banyak tanaman.
Setelah turun dari kano, tim Nepalisme dikejutkan dengan banyaknya jejak harimau yang menurut pawang adalah jejak tersebut terjadi tak lama. Jejak harimau yang terlihat mirip dengan logo pakaian olahraga asal Spanyol, Kelme.
Pengalaman unik yang tak terlupakan selama di hutan lainnya adalah ketika tim Nepalisme melihat Badak di depan mata. Rasa takut sempat menghampiri tim lantaran jarak yang tidak terlalu jauh sebelum akhirnya rasa takut mereda setelah pawang yang mengantarkan berhasil mengusir badak yang akhirnya berlari menjauh.
Selain itu hal yang cukup menyerngitkan dahi adalah di pintu masuk Taman Nasional Chitwan banyak tersebar tanaman ganja yang tumbuh liar. Orang Nepal sendiri menganggap tanaman ini adalah obat. Mereka dilarang untuk menjualnya karena bisa di penjara, namun bila untuk konsumsi pribadi tidak masalah dan bahkan di salah satu festival di Nepal, ganja adalah hal dilegalkan, bahkan polisi yang ikut menjaga festival ikut mengkonsumsinya.
#Nepalisme Tour & Travel
Handy Fernandy
Co Founder
CP: 0895-7001-77977
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews