Pergaulan tanpa Batas

Terlalu ribet dan ambisius karena menggabungkan banyak hal dalam satu aplikasi? Mungkin iya, tetapi basic yang saya sasar adalah "niche" alias ceruk kecil saja.

Minggu, 6 Juni 2021 | 20:01 WIB
0
235
Pergaulan tanpa Batas
Saya dan Boy (Foto: Dok. Pribadi)

Dalam foto ini saya berpose bersama almarhum Boy Muhammad Iqbal, jagoan IT yang merupakan Arkademi-1, sebutan orang-orang pertama yang bekerja di Arkademi.com. Peristiwa diabadikan di kantor aplikasi video mengajar online bersertifikat pertama di bilangan Depok, sebelum pindah ke kantor yang lebih representatif di Cinere.

Tentu saya tidak sedang bercerita tentang Boy yang tepat setahun lalu berpulang, meninggalkan "jejak digital" yang sekarang bisa dinikmati siapa saja, khususnya mereka yang ingin mengembangkan keilmuan dan keterampilannya melalui aplikasi Arkademi.com. Saya sedang ingin bercerita tentang manfaat pergaulan yang luas.

Meski usia merayap senja, sudah pensiun sejak lima tahun lalu dari pekerjaan statis dan mekanistis di sebuah perusahaan media, saya tetap meluaskan pergaulan. Antara mempertahankan pertemanan dengan menambah "dot" pertemanan agar selalu tersambungkan, sama pentingnya. 

Kepada mereka -teman-teman itu- saya belajar kelebihan, sekaligus kekurangan mereka. Saya tidak segan bertanya dan mencermati apa yang mereka lakukan. Bukan maksud ingin seperti mereka, tetapi "mencuri" ilmu bagaimana mereka bekerja menghasilkan karya. Toh selalu saja ada manfaat dan hikmah yang dipetik, setidaknya menghadirkan ide baru.

Umpama saja, saya bergaul serba terbatas dengan almarhum Boy, tetapi saya belajar darinya tentang konsistensi dan mencintai suatu pekerjaan rumit yang cenderung membosankan. Darinya, saya belajar ketekunan. Tatkala saya bergaul dengan Ahmad Zaky, boss Bukalapak, saya belajar darinya bagaimana sebuah e-commerce berbasis aplikasi dikembangkan dan menemukan jalan suksesnya. 

Masih banyak jagoan IT yang tidak mereka sadari sedang saya sedot ilmunya. Saya menyimak apa yang dikerjakan mas Zoelmi Hendriex saat mengembangkan Selasar.com, saya tetap menyambungkan pertemanan dengan Henry Mth boss IT Kompas-Gramedia. 

Dengan anak muda seusia anak saya Alfatih Timur boss Kitabisa.com, saya belajar tentang kecerdikan. Dengan Hilman Fajrian boss Arkademi, saya belajar mengenai perlunya percaya diri tinggi dalam menjalankan bisnis digital rintisan.

Mereka semua mengajari saya tentang ketekunan dalam bekerja, kecerdikan dalam bertindak dan seterusnya. Alhasil, pandangan saya selaku terbuka mengenai IT, media digital dan aplikasi.

Mengapa menulis tentang hal ini, semata-mata saya sedang menuai hasil "benchmarking" saya kepada mereka dan atas kemurahan Allah jugalah saya dan teman-teman mendapat investor yang menitipkan modalnya untuk mengembangkan sebuah aplikasi media sosial yang insya Allah akan meluncur di akhir Juli 2021 ini. 

Tentu sebuah aplikasi medsos yang tidak akan sama dengan Facebook atau Bukalapak, misalnya, tetapi saya mencoba mengombinasikan sebuah kebutuhan warganet yang ingin menulis, bercakap-cakap (chat), diskusi melalui tanya-jawab ala Quora atau Selasar, mencari lowongan pekerjaan dan marketplace untuk produk-produk khas dalam sebuah aplikasi.

Terlalu ribet dan ambisius karena menggabungkan banyak hal dalam satu aplikasi? Mungkin iya, tetapi basic yang saya sasar adalah "niche" alias ceruk kecil saja. 

Jika saya ibaratkan Facebook itu seluruh air yang ada di lautan, maka aplikasi yang saya "cum suis" buat ini hanya mengambil setetes air dengan cara mencelupkan jari telunjuk, itupun saya celupkan di sebuah muara sungai di pedalaman negeri ini.

Apa nama aplikasi medsos yang sedang saya bangun itu? Tentu tidak akan saya sebutkan saat ini, nanti saya sampaikan saat peluncuran resmi aplikasi tersebut.

***