Asal Mula Viralnya Hoaks di WAG

Yang tidak kalah penting, kalau ikut WAG atau group percakapan apapun, jangan sungkan-sungkan manjat ke pesan-pesan sebelumnya.

Kamis, 21 Januari 2021 | 07:47 WIB
0
221
Asal Mula Viralnya Hoaks di WAG
Ilustrasi percakapan WA (Foto: ayojakarta.com)

"Bang, selamat ulang tahun ya."

"Ulang tahun saya masih tujuh bulan lagi. Kok sampeyan memberikan ucapan selamat sekarang?"

"Lho itu di group Whatsapp Group (WAG) Rukun Warga kita, saya baca barusan banyak warga yang memberikan ucapan selamat ulang tahun ke abang,"

"Enggak benar itu. Informasi saya berulang tahun hoaks. Karena itu, meski saya senang mendapat ucapan selamat, karena ucapan selamat adalah doa, saya sudah menginformasikan bahwa ulang tahun saya masih tujuh bulan lagi,"

"Tapi kenapa masih banyak warga yang mengucapkan selamat meski sudah ada informasi atau klarifikasi dari Abang?"

"Bisa jadi warga yang ikut mengucapkan selamat tidak membaca informasi yang saya sampaikan. Mereka malas manjat untuk membaca dan melakukan cek dan ricek informasi sebelumnya. Biasanya mereka lebih senang copy paste (copas) alias menyalin hasil dari informasi terdekatnya, meski tidak diketahui kebenaran."

'Kok bisa begitu Bang? Para warga RW kita kan banyak orang yang terpelajar dan berprofesi terhormat, bahkan tidak sedikit yang menjadi pejabat?."

"Sekarang ini, copas kan bisa dilakukan siapa saja. Perkembangan teknologi informasi telah membuat banyak orang mudah mendapatkan informasi. Akibatnya, saking mudahnya mengakses informasi, kita malah jadi terlalu abai dengan informasi, lebih-lebih lagi dengan kualitas informasi. Ini yang menjadi salah satu awal munculnya informasi hoaks."

"Kenapa bisa seperti itu Bang?"

"Ya karena terlalu mudah itu tadi. Akibatnya informasi yang kurang akurat atau hoaks, contohnya informasi mengenai ulang tahun saya, akan dengan mudah disantap dan disampaikan berulang-ulang oleh banyak orang."

"Jadi banyaknya informasi membuat meningkatnya potensi penyebaran informasi hoaks, karena membingungkan penerima informasi?"

"Perkembangan teknologi informasi yang diikuti perkembangan media sosial yang sedemikian cepat memang membuat masyarakat tergopoh-gopoh berhadapan dengan dunia yang baru tersebut. Hal itu, membuat masyarakat cenderung menelan sebuah informasi secara mentah-mentah. Pengguna media sosial menjadi pengedar informasi tanpa mampu melacak kebenarannya."

"Jadi kunci untuk mencegah penyebaran hoaks salah satunya adalah untuk kritis dan selalu mengecek ulang apakah informasi-informasi yang diterima benar adanya. Begitu kan Bang?"

"Wah sangat benar sekali itu bro. Kita mesti senantiasa melakukan cek dan ricek dan meningkatkan kemampuan literasi agar tidak terkecoh oleh informasi hoaks."

**

"Ngomong-ngomong Bang, saya barusan googling, perkataan abang bahwa saking mudahnya mengakses informasi, kita malah jadi terlalu abai dengan informasi seperti kata-katanya Tom Nichols di bukunya Matinya Kepakaran?"

Baca Juga: Yakin Aplikasi WhatsApp Mau Diblokir? Becanda Saja Kalian Ini!

"Ha ha ha benar sekali. Saya memang mengutip perkataan si Tom. Begitu dong lakukan cek dan ricek informasi. Jadi gak ikut-ikutan. Dan yang tidak kalah penting, kalau ikut WAG atau group percakapan apapun, jangan sungkan-sungkan manjat ke pesan-pesan sebelumnya. Siapa tahu ada informasi yang terkait dan bermanfaat. Gak apa-apa meski harus memanjat puluhan bahkan ratusan pesan."

"Iya Bang, kadang males juga bacanya kalau sudah ada puluhan atau ratusan pesan yang masuk di WAG."

"Ya kalau begitu gak usah ikutan WAG."

"Ach Abang bisa aja."

***