Harianto Badjoeri [35]: Terbuka untuk Wawancara Meski Tak Pandai Bicara

Komitmen Harianto membela anak buahnya ini terus dia tepati sampai akhir tugasnya. Komitmennya itu telah membentuk persepsi kuat di tengah-tengah Satpol PP sampai sekarang.

Jumat, 29 November 2019 | 12:54 WIB
0
470
Harianto Badjoeri [35]:  Terbuka untuk Wawancara Meski Tak Pandai Bicara
M. Reza Maulana (Foto: dok. pribadi)

Sebagai pejabat teras di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, posisi Harianto Badjoeri yang akrab disapa HB oleh koleganya ini relatif strategis. Pernah sebagai Kepala Dinas Pariwisata dan Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) membuatnya banyak berurusan dengan pers atau media.

Di kalangan pers, sosok HB mendapat banyak tanggapan.  Oleh sebagian orang, HB dinilai terkesan tertutup padahal tidak seperti itu faktanya. HB tidak tertutup atau menghindar dari publik, tetapi dia orang yang sulit untuk banyak berbicara panjang lebar dalam memberi keterangan kepada publik. HB lebih suka bekerja dan bicara seperlunya saja. Selebihnya, dia suka bicara yang penuh humor. Penuh canda sana-sini.

Salah seorang wartawan yang kenal dekat dengan HB, M. Reza Maulana dari Tempo memberi kesaksian yang utuh tentang HB.

“Pak Harianto itu boleh dibilang tidak pandai berkata-kata, tetapi beliau terbuka untuk wawancara,” kata Reza.

Akibat ketidakmahirannya berkata-kata inilah yang oleh banyak orang HB dianggap tertutup dalam memberi informasi terutama kepada pers. Padahal, posisinya sebagai pejabat tertinggi di Dinas Pariwisata DKI banyak dibutuhkan publik yang ingin tahu informasi tentang sektor kepariwisataan yang menjadi andalan pendapatan. Begitu juga ketika HB memimpin Satpol PP DKI, publik butuh informasi luas tentang berbagai kebijakan yang menyangkut penertiban umum.

Meskipun HB tidak pandai menata kata, dia pandai ikut menata kota. Berbagai proyek besar seperti Taman BMW, Taman Menteng, Taman Barito, hingga jalur bus TransJakarta adalah beberapa satu bukti kepiawaian HB dalam ikut menata kota ini.

Bila orang mengenal HB secara utuh, lelaki bertubuh tinggi besar ini tidak setertutup dan seseram yang dibayangkan. Reza sendiri pernah bercerita bahwa HB mau malayani wawancara dari salah seorang wartawan  dalam momentum yang amat genting, yakni pada peristiwa penertiban di lingkungan makam mBah Priok, Jakarta Utara.

HB yang masih menggunakan seragam lapangan dengan suasana genting di mana sedang terjadi chaos antara personel Satpol PP dan massa, bersedia memberi keterangan kepada wartawan. Kesediaan HB memberi keterangan kepada wartawan dalam suasana segenting itu sudah menjadi bukti bagaimana dia membuka diri kepada pers.

Pada hari-hari normal, HB juga tidak sulit untuk dikorek keterangannya. HB yang jarang ada di kantornya, karena selalu terjun ke lapangan membuat banyak orang salah dalam menilai HB.

“Saya sering dengan mudah menemukan beliau di kawasan Monas. Di sana beliau dengan ramah bersedia memberi keterangan secara terbuka kepada saya,” kata Reza.

Di kawasan Monas ini menjadi kantor kedua bagi HB. HB di situ sering mengumpulkan anggotanya untuk berlatih kebugaran sekaligus memberi briefing lapangan. Dengan banyak turun ke lapangan, HB menjadikan Satpol PP sebagai alat pemerintah yang efektif dalam tugas-tugas penegakkan ketertiban umum sebagaimana diamanatkan oleh peraturan daerah.

Di Monas itu juga HB membangun sasana tinju dilengkapi pusat kebugaran yang dia tujukan untuk tempat berlatih kebugaran fisik anak buahnya. HB juga sering terjun ke ring tinju untuk berlaga dengan anak buahnya yang dia hukum akibat kesalahannya.

Dalam suasana rileks sambil berolahraga seperti ini, biasanya HB tampil prima dalam berkomunikasi. Dia akan mengalirkan berbagai keterangan yang dibutuhkan media.

Bila orang jeli melihat HB, sebenarnya tidak perlu banyak mengorek keterangannya. Cukup melihat fakta dan hasil kerjanya, orang sudah bisa menyimpulkannya, karena fakta dan hasil kerja lebih banyak memberi makna daripada sekadar kata-kata yang tertata.

Dan, ketika HB memimpin di Dinas Pariwisata maupun Satpol PP, dua instansi itu punya reputasi mentereng. Di Dinas Pariwisata, HB menjadikan instansi ini menjadi yang teraktif dalam mempromosikan wisata Jakarta termasuk promosi ke luar negeri dengan slogannya “Enjoy Jakarta”.

Begitu juga ketika memimpin Satpol PP, HB menjadikan satuan ini berwibawa dan disegani semua kalangan. Satuan ini selain memiliki infrastruktur kerja yang memadai, personelnya juga punya moril yang kuat bertugas.

HB selalu menjadi pelindung anak buahnya dalam setiap bertugas, sehingga moril anak buahnya selalu terangkat. Sekalipun anak buahnya membuat kesalahan, HB secara politis pasang badan dan membelanya. Tetapi, secara internal HB menerapkan hukuman disiplin yang berat kepada anak buahnya yang bersalah.

Dan, komitmen HB yang membela anak buahnya ini terus dia tepati sampai akhir tugasnya. Komitmennya itu telah membentuk persepsi kuat di tengah-tengah Satpol PP sampai sekarang.

Bila ada sesuatu masalah di lingkungan Satpol PP, personelnya selalu menyebut nama Harianto Badjoeri sebagai pembandingnya. “Coba kalau zamannya Pak Harianto, pasti …” demikian ucapan yang sering terlontar di lingkungan Satpol PP. 

 Krista Riyanto

***

Tulisan sebelumnya: Harianto Badjoeri [34]: Tidak Suka Kerja Setengah-setengah