Harianto Badjoeri [34]: Tidak Suka Kerja Setengah-setengah  

Ciri khas HB di manapun, termasuk di Persija adalah, selalu membangun kebersamaan. Sepak bola banyak ditentukan oleh kerja sama tim, kebersamaan yang bulat tidak bisa ditawar lagi.

Kamis, 28 November 2019 | 14:34 WIB
0
301
Harianto Badjoeri [34]:  Tidak Suka Kerja Setengah-setengah   
Ismed Sofyan (Foto: Dok. pribadi)

Di dunia sepak bola, Harianto Badjoeri yang akrab disapa HB juga punya nama. Sebagai manajer di Persija Jakarta selama empat tahun 2006-2010, HB menggoreskan kesan mendalam di dalam klub Ibu Kota itu.

Salah seorang pemain Persija, Ismed Sofyan memberi kesaksiannya. Wing back Persija itu mengaku amat terkesan dengan kepemimpinan HB selama menjadi manajer.

“Beliau bukan lagi manajer, tetapi ayah bagi kami,” kata Ismed yang sekarang mengikuti kursus kepelatihan ini.

Sebutan ayah bukan basa-basi. Sebagai ayah, HB dalam mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk Persija melebihi daripada seorang manajer. Jika seorang manajer mungkin sebatas mengelola tim agar menang dalam pertandingan, tetapi HB lebih dari itu. Dia juga mengurusi masalah psikologi tim dan berbagai persoalan di luar sepak bola.

“Bila ada pemain yang punya masalah di luar sepak bola, beliau selalu membantu dengan senang hati,” kata Ismed.

Di sinilah kecerdasan HB terlihat. Dia ikut terlibat dalam membangun psikologis pemain hingga sampai ke luar lapangan.

Baginya, kemenangan dalam pertandingan bukan semata-mata ditentukan oleh keterampilan hebat seorang pemain, tetapi juga ditentukan oleh psikologis pemainnya secara utuh.

Pemain yang sedang bermasalah psikologinya sudah pasti akan bermain jelek dan memberi efek buruk kepada tim yang bertanding. Bagaimana mungkin pemain akan bermain bagus bila dia sedang punya masalah dengan istrinya misalnya. Apalagi jika sedang terkena kasus hukum.

“Tetapi Pak Harianto akan menolak menolong pemain yang bermasalah dengan narkotika. Beliau amat benci dengan itu,” kata Ismed.

Selama ditangani HB, kesejahteraan Persija juga mencapai puncaknya. Gaji pemain tidak pernah telat, dan bonus mengalir deras meskipun tim dalam posisi kalah.

HB bukan menghargai kemenangan semata dalam memberi bonus dan kesejahteraan, tetapi menghargai jerih payah pemain. Orang yang sudah berusaha keras pada titik tertinggi pasti dihargai tinggi juga oleh HB.

Bekerja keras dalam tim sepak bola tidak sebatas pada saat bertanding, namun juga ketika mereka berlatih dalam persiapan. Semua pemain mesti menunjukkan kerja total untuk selalu tampil prima agar meraih prestasi terbaik.

“Pernah pada suatu hari Bapak marah sekali hanya gara-gara ada seorang pemain yang tidak hadir pada briefing sebelum menghadapi pertandingan,” katanya.

Briefing sebelum pertandingan adalah unsur penting untuk membangun kekompakan psikoligis antara pemain, manajer, dan pelatih.

Bila HB sudah turun tangan langsung seperti memberi briefing tersebut, berarti dia menganggap pertandingan ini amat penting dan targetnya harus dimenangkan, meskipun hasil akhirnya berkata lain.

Dalam kesehariannya, HB terlihat sangat menghargai orang-orang yang hadir dalam setiap momentum penting yang dia hadiri. Kehadiran sudah menunjukkan bahwa orang tersebut memberi atensi kepada dia sekaligus forumnya.

Ciri khas HB di manapun dia berada, termasuk di Persija adalah dia selalu membangun kebersamaan. Dalam dunia militer, kebersamaan antara pemimpin dan orang yang dipimpin akan menghasilkan kekuatan yang sulit dikalahkan oleh musuh.

Begitu juga dalam sepak bola yang banyak ditentukan oleh kerja sama tim, kebersamaan yang bulat tidak bisa ditawar lagi. 

Krista Riyanto

***

Tulisan sebelumnya: Harianto Badjoeri [33]: “Di Luar Gubernur, Dialah Legendanya Kota Ini”