Maka menjadikan Wiji Thukul sebagai “Pahlawan Nasional” adalah sebuah bentuk pengakuan negara akan kekuatan rakyat sesungguhnya dalam membangun demokrasi dan pembebasan.
Di bulan Agustus kita merenungkan arti kemerdekaan, pembebasan nasional yang didalamnya ada pembebasan individu dalam sebuah bangsa.
Setelah kejatuhan Sukarno yang memperjuangkan pembebasan nasional dan Sukarno yang membawa peradaban perdamaian dunia lalu lahirlah kediktatoran militer Orde Baru yang dicukongi Kapitalis barat bukan saja menjarah kekayaan alam nasional juga menggiring rakyatnya ke dalam bui, baik bui dalam arti sesungguhnya maupun bui dalam alam pikiran. Rakyat dibuat takut secara fisik dan psikologis terhadap kekuatan kekuasaan.
Dari alam bui Orde Baru lahirlah perlawanan dari akar rakyat dan Wiji Thukul jadi simbol perlawanan itu. Ia lahir dari rahimnya rakyat merasakan secara langsung penjara kapitalis dan disusun masyarakat yang feodal-militeristik. Ia seorang tukang becak tapi punya suara raksasa atas pembebasan bangsanya yang paling hakiki. Pembebasan kemanusiaan.
Wiji Thukul lah cahaya penerang bagi banyak aktivis membangun gerakan demokrasi tanpa senjata yang pada akhirnya menumbangkan kekuasaan militer Orde Baru yang ditopang senjata.
Renungan-renungan puisi Wiji Thukul tentang pembebasan, anti pada kekuasaan totaliter mengembalikan jiwa bangsa ini pada arti kemanusiaan dan membawa kita ke alam reformasi penuh pembebasan. Alam reformasi inilah yang membuat masyarakat kuat dan mampu menghajar kekuasaan yang tidak benar. Seperti kasus Ferdy Sambo yang dibongkar oleh kekuatan kebebasan masyarakat dalam mengekspresikan logika sehatnya.
Dan kekuatan itu yang dulu dilahirkan pada seorang tukang becak dari Kota Solo : Wiji Thukul.
Maka menjadikan Wiji Thukul sebagai “Pahlawan Nasional” adalah sebuah bentuk pengakuan negara akan kekuatan rakyat sesungguhnya dalam membangun demokrasi dan pembebasan.
Anton DH Nugrahanto.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews