Harianto Badjoeri [18]: Sering Dikeroyok Orang  

Dalam menapaki kerasnya kehidupan, HB berprinsip berani dan jujur. Prinsip itu yang membuatnya tidak pernah mau direndahkan orang lain.

Jumat, 8 November 2019 | 08:43 WIB
0
406
Harianto Badjoeri [18]:  Sering Dikeroyok Orang   
Ilustrasi pengeroyokan (Foto: okezone.com)

Sejak kecil Harianto Badjoeri alias HB sudah menunjukkan karakternya sebagai lelaki pemberani dan setia kawan. Di kampung halamannya di Blitar, Jawa Timur, HB dibesarkan orangtuanya dengan serba kecukupan, malah boleh dibilang mewah.

“Orangtua Pak Harianto ini salah satu dari tiga orang terpandang di Blitar,” ungkap Anung, teman masa kecil HB di Kota Blitar.

Sebagai anak yang berkecukupan, HB tumbuh menjadi seorang lelaki yang banyak temannya. Dia suka mengajak teman-temannya untuk bermain di rumahnya yang besar dengan halaman luas.

Di dalam rumahnya itu, HB biasanya menjamu teman-temannya dengan segala makanan yang ada di rumahnya. Bahkan, ketika ada temannya yang kekurangan, HB sering mencuri beras dan minyak goreng di dapurnya untuk kemudian dia serahkan kepada teman-temannya itu.

Dengan banyaknya teman bergaul ini, kepemimpinan HB sudah terlihat nyata. Dia selalu memimpin teman-temannya membuat aneka permainan. Ketika sedang bermain-main itu, tidak jarang dia dan teman-temannya bergesekan dengan kelompok lain.

Gesekan ini berujung pada perkelahian. Tetapi, meskipun HB punya banyak teman, dia tidak pernah meminta teman-temannya untuk membantunya berkelahi melawan kelompok lain.

Dia justeru meminta teman-temannya untuk menjauh dan menonton dia berkelahi dengan dikeroyok. Akibatnya, HB sering dimarahi orangtuanya karena terlibat perkelahian.

“Saya sering menghajar anak-anak yang berani memukuli teman saya,” ungkap HB mengenang kenakalannya sewaktu kecil.

Begitu juga ketika HB merantau di Jakarta untuk melanjutkan kuliah dan bekerja. Perkelahian sudah tidak terhitung jumlahnya, bahkan perkelahian yang membahayakan keselamatan dirinya.

Pernah suatu saat, ketika HB masih kuliah di salah satu kampus ternama di kawasan Grogol, Jakarta Barat, dia berkelahi dengan penodong. Dia dikeroyok para penodong.

Beruntung dia berhasil mengatasi penodongnya itu dengan kemenangan.

Kemampuan HB memenangi setiap duel ini berkat didikan dari guru mengajinya sewaktu kecil. Guru mengajinya itu adalah pendekar silat.

“Saya selain dibekali ilmu agama, juga dibekali ilmu bela diri silat, sehingga saya bisa menjaga diri dari orang-orang jahat,” kata HB.

Kemenangan demi kemenangan dia dalam berkelahi ini menyebar ke banyak pihak, termasuk pengusaha hiburan. Hingga pada suatu kesempatan dia direkrut oleh salah seorang pengusaha hiburan di Jakarta Selatan untuk menjadi petugas keamanan. Tugasnya menjaga “artis” dan bisnis hiburan pengusaha itu.

Ketika bertugas sebagai petugas keamanan, HB sering mendapat gangguan dari preman yang tujuannya ingin merebut lahan yang telah dia kuasai. Tetapi bukan HB bila dia tidak sanggup mengatasinya.

“Jakarta ini memang kejam. Mafia sudah menguasai kota ini sejak lama,” kata HB.

Setelah sukses menjadi pengaman di kalangan artis dan hiburan tadi, HB mulai punya “harga”. Banyak pihak datang kepadanya meminta jasanya dengan bayaran yang relatif tinggi.

Dalam menapaki kerasnya kehidupan, HB berprinsip berani dan jujur. Prinsip itu yang membuatnya tidak pernah mau direndahkan orang lain.

HB punya moto: seri aja ogah apalagi kalah. 

Krista Riyanto

***

Tulisan sebelumnya: Harianto Badjoeri [17]: Keras, Lucu, dan Humanis