Pada musim panas 1955, Fischer, yang saat itu berusia 12 tahun, bergabung dengan Manhattan Chess Club, klub catur tertua kedua di Amerika Serikat.
Bobby Fischer dikenal sebagai maniak catur. Apakah ibu Bobby, Regina Wender, senang? Ternyata tidak. “Selama empat tahun, saya mencoba semua yang saya bisa untuk mematahkan semangatnya,” katanya sambil menghela nafas, “tetapi semua itu sia-sia.”
Regina melanjutkan bahwa hampir setiap malam selama liburan musim panas, putranya akan ditemukan di Manhattan Chess Club sebuah klub catur terhormat, dengan sejumlah juara dan master catur ada dalam daftar keanggotaannya.
“Itu tempat nongkrong favorit Bobby,” katanya. “Kadang-kadang saya harus pergi ke sana pada tengah malam untuk menyeretnya keluar dari tempat itu,” ujarnya.
Bobby Fischer lahir di Chicago, Illinois, pada 9 Maret 1943. Ibunya Regina Wender adalah warga negara AS, lahir di Swiss. Orang tua Regina orang Yahudi Polandia. Dibesarkan di St. Louis, Missouri profesi Regina guru dan perawat.
Setelah lulus dari perguruan tinggi, Regina kemudian berangkat ke Jerman untuk mengunjungi saudara laki-lakinya. Di sana dia bertemu dengan Hans-Gerhardt Fischer, seorang ahli biofisik Jerman, yang dinikahinya pada November 1933.
Pada 1938, Hans-Gerhardt dan Regina dikaruniai seorang putri yang diberi nama Joan Fischer. Ancaman invasi Jerman membawa Regina dan Joan kembali ke Amerika Serikat pada tahun 1939. Regina dan Hans-Gerhardt Fischer dikabarkan berpisah di Moskow, meskipun mereka tidak resmi bercerai sampai tahun 1945.
Pada saat Bobby lahir, Regina harus bekerja untuk menghidupi keluarganya. Dia membesarkan Bobby dan Joan sebagai orang tua tunggal. Ada yang menyebut ayah biologis Bobby adalah Dr. Paul Nemenyi, ahli matematika dan fisikawan Hongaria. Tetapi saya tidak ingin masuk ke topik ini karena terlalu panjang.
Pada tahun 1949, Regina memindahkan keluarganya ke Manhattan dan tahun berikutnya ke Brooklyn, New York City, di mana dia belajar untuk mendapatkan gelar masternya di bidang keperawatan dan mulai bekerja di bidang itu.
Bobby baru berusia 6 tahun saat dia dan saudara perempuannya Joan pertama kali belajar permainan catur dengan menggunakan petunjuk dari satu set papan catur plastik seharga satu dollar yang dibeli di toko permen.
Ketika Joan kehilangan minat bermain dan ibunya Regina tidak punya waktu untuk menemaninya, Fischer akhirnya lebih banyak bermain sendirian. Ketika keluarganya sedang berlibur musim panas di Patchogue, Long Island, New York, Bobby menemukan sebuah buku catur kuno dan mempelajarinya secara intens.
Tahun 1950, keluarganya pindah ke Brooklyn, pertama ke sebuah apartemen di sudut Union Street dan Franklin Avenue, dan kemudian ke apartemen dua kamar tidur di 560 Lincoln Place.
Di sanalah Fischer segera menjadi begitu asyik bermain dengan catur. Pada usia sembilan tahun, Bobby menjadi sangat terobsesi dengan permainan ini. Ia belajar sendirian dengan mengesampingkan hal-hal lainnya. Tidak ada sesuatu apapun yang bisa mengganggu konsentrasinya selain catur.
Dia bermain catur sambil makan. Dia bermain catur di kamar mandi. Dia bermain catur saat dia seharusnya di sekolah. Dia mengembangkan diri dengan menyerap halaman-halaman notasi padat dalam hitungan detik, dan belajar bahasa Rusia hanya agar dia bisa mempelajari literatur catur Soviet.
Bobby Fischer juga bisa bermain catur buta. Selain itu ia dikenal memiliki memori fotografi yakni kemampuan untuk mengingat kembali gambar atau obyek yang pernah dilihatnya dengan tingkat akurasi yang tinggi.
Anda bisa menyebutkan sebuah partai kepadanya secara random dan dia akan menebak nama kedua pecatur yang memainkan partai tersebut termasuk tahun dan tempat pertandingan itu berlangsung.
Begitu asyiknya Fischer dengan catur sehingga ibunya harus mengajak anaknya ini menemui dua psikiater sekaligus, namun keduanya menyuruh Regina untuk tidak khawatir.
Mungkin bukan khawatir tetapi rasa bersalah yang menyebabkan ibu Fischer meminta nasihat profesional tentang putranya itu. Regina begitu sibuk dengan pekerjaannya sehingga sering meninggalkan Bobby sendirian di apartemen kecil mereka. Regina memang menghabiskan banyak waktunya belajar untuk meraih gelar kedokteran atau mengorganisir protes politik.
Sebagai seorang simpatisan komunis, dia cemas dengan perhatian FBI, memberi tahu Fischer untuk tidak pernah berbicara dengan pihak berwenang jika mereka mendekatinya. Pelajaran hidup Fischer yang paling awal adalah paranoia dan kesepian.
Catur menjadi pelarian dari kehidupannya yang membosankan di Brooklyn yang kumuh. Semakin banyak dia belajar tentang catur, semakin dia tidak peduli tentang sekolah, persahabatan, anak perempuan, prospek pekerjaan atau masalah remaja lainnya. Mungkin banyak yang tidak tahu bahwa Fischer kecil juga merajuk dan menangis ketika dia kalah bermain catur.
Regina mulai khawatir anaknya ini akan menghabiskan terlalu banyak waktu sendirian, membuatnya pada 14 November 1950, mengirimkan kartu pos ke surat kabar Brooklyn Eagle, memasang iklan untuk menanyakan apakah ada anak-anak lain seusia Bobby tertarik bermain catur dengan anaknya.
Surat kabar itu menolak iklan tersebut, karena tidak ada yang tahu bagaimana mengklasifikasikannya, tetapi mereka mengatakan kepadanya bahwa Master Max Pavey, mantan juara Skotlandia, akan melakukan pertandingan simultan pada 17 Januari 1951.
Fischer dengan antusias mendaftar untuk ikut. Meskipun ia mampu bertahan selama 15 menit dan berhasil menarik kerumunan banyak penonton, Fischer akhirnya harus mengakui keunggulan Pavey.
Baca Juga: Viswanathan Anand Pernah Bertemu Bobby Fischer
Salah satu penonton simultan itu adalah Presiden Brooklyn Chess Club, Carmine Nigro, seorang chess expert dan instruktur catur. Nigro sangat terkesan dengan permainan Fischer sehingga ia mengajaknya ke klub dan mulai mengajarinya bermain catur secara intensif.
Fischer mengatakan bahwa Nigro mungkin bukan pecatur terbaik di dunia, tapi dia adalah guru yang sangat bagus. Bertemu dengannya mungkin merupakan faktor penentu dalam perkembangan karier caturnya.
Pada musim panas 1955, Fischer, yang saat itu berusia 12 tahun, bergabung dengan Manhattan Chess Club, klub catur tertua kedua di Amerika Serikat. Klub ini didirikan pada tahun 1877 dimulai dengan tiga lusin anggota, sampai akhirnya meningkat menjadi ratusan. Bobby menghabiskan banyak waktunya di klub catur ini dan menjadi bintang di sana.
Pada bulan Juni 1956, Fischer juga bergabung dengan Hawthorne Chess Club, yang berbasis di rumah Master John Collins. Collins mengajar catur kepada anak-anak, dan disebut-sebut sebagai guru Fischer, tetapi Collins sendiri mengatakan bahwa dia tidak benar-benar mengajar Fischer, dan hubungan itu mungkin lebih akurat digambarkan sebagai salah satu pembimbingnya.
Bobby Fischer memainkan ribuan permainan blitz dengan Collins dan pecatur kuat lainnya, mempelajari buku-buku di perpustakaan catur besar Collins, dan makan malam di rumah Collins seperti di rumahnya sendiri.
(Bersambung)
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews