Harianto Badjoeri (28): Mewarisi Karakter Ayahnya

HB adalah sejenis manusia langka. Dia hanya bisa dikalahkan dengan orang yang berlaku andap asor (rendah hati –Jawa red) bukan rendah diri.

Selasa, 19 November 2019 | 05:49 WIB
0
766
Harianto Badjoeri (28):  Mewarisi Karakter Ayahnya
Foto Keluarga Besar Badjoeri (Foto: Dok. pribadi)

Pepatah buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, tidak salah bila dialamatkan kepada Harianto Badjoeri yang akrab disapa HB ini. Karakter tegas dan lihai menjalin relasi dengan banyak kalangan adalah pembawaan HB yang dia dapat dari ayahnya, Badjoeri.

Seperti dituturkan oleh Haji Hadianto Badjoeri, kakak kandung HB nomor 7. HB adalah anak nomor 9 dari 10 bersaudara pasangan Badjoeri dan Soemilah. Kedua orangtua HB ini sudah meninggal.

“Adik saya itu memang banyak menuruni watak ayah kami. Ayah kami orangnya berwibawa dan pandai bergaul,” ungkap Hadianto.

Di kampungnya di Desa Bendo Gerit, Kota Blitar, Jawa Timur, orangtua HB bisa digolongkan golongan priyayi terdidik. Ayahnya selain mantan pejuang, juga tokoh pendidikan di kota itu. Kalau dipadankan sekarang, ayah HB adalah kepala dinas pendidikan Kota Blitar waktu itu.

Waktu itu, orang yang bisa sekolah apalagi sampai memiliki jabatan seperti almarhum Badjoeri amatlah langka. Hanya orang dari golongan tertentu yang bisa mendapat pendidikan mengingat pada waktu penjajahan, kolonial Belanda menutup pintu bagi rakyat kebanyakan untuk bersekolah. Hanya segolongan kecil yang dibolehkan mengenyam pendidikan sekolah. Mereka umumnya golongan priyayi dan ningrat atau golongan orang kaya.

Di kalangan warga Kota Blitar, Badjoeri dikenal seantero kampung. Dia piawai merangkul semua elemen masyarakat untuk bersatu menjaga persatuan. Dia juga rajin mengajak masyarakat untuk menyekolahkan anak-anak mereka agar tidak menjadi generasi buta huruf.

Maklum, pada era awal kemerdekaan, orangtua banyak yang belum sadar arti pentingnya pendidikan buat anak-anak mereka. Bersekolah dianggap membuang-buang waktu. Banyak orangtua yang menginginkan anak mereka membantu di ladang atau sawah mencari kehidupan.

Watak tegas dan pandai merangkul orang ini menurun deras di tubuh HB. HB dalam kesehariannya dikenal sebagai orang tegas. Dia tidak kompromi dengan berbagai pelanggaran, apalagi berupa tindakan pidana yang merugikan orang lain.

Jangankan kepada orang lain, kepada saudaranya, HB juga tegas. Dia tidak berkompromi dengan saudaranya yang melakukan tindak pidana. Salah seorang keponakan HB yang juga puteri dari Hadianto, Nyssa Herdannyssa Rahayu membenarkannya.

“Om Hari bisa marah besar dalam menangani ponakannya yang melakukan tindak pidana, apalagi kalau sudah menyangkut pidana narkotika. Beliau paling benci dengan narkotika,” ujar Nyssa.

Sikap tegas HB ini juga dia jalankan ketika masih bekerja di Dinas Pariwisata DKI Jakarta maupun di Satuan Polisi Pamong Praja DKI. Dia memberi ancaman kepada usaha hiburan malam agar tidak coba-coba menjual narkotika. Yang berani menjual narkotika sudah pasti akan dijatuhi sanksi paling berat. Ditutup!

Begitu juga usaha hiburan yang berani melanggar jam operasional. Apalagi sampai membuka hiburannya sampai 24 jam. Sudah pasti disanksi.

Ahmad Soekamto yang akrab disapa Alex, selaku pelaku usaha hiburan malam khususnya karaoke dan pub paling getol mendukung langkah HB dalam menangani usaha hiburan malam, khususnya yang melanggar jam operasional.

Alex bersaksi bahwa hiburan malam yang membuka usaha sampai matahari terbit, apalagi 24 jam sudah bisa dipastikan menjual narkotika!

“Logikanya mana ada sih orang menghibur diri dari malam sampai matahari terbit bila tidak sedang mabuk narkotika!” kata Alex.

Kemampuan HB lain yang menurun dari ayahnya adalah kepiawaiannya dalam menjalin relasi dengan semua kalangan. Mulai dari pejabat, politikus, birokrat, aktivis, jurnalis, preman, sampai anak yatim dia ajak berkawan.

Pintu kantornya juga selalu dalam keadaan terbuka untuk tamu-tamunya. Semua orang bisa bladas bludus (keluar masuk dengan mudah –Jawa red) menemui HB kapan saja, termasuk sekarang ini ketika dia menjadi salah seorang direksi di salah satu Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) DKI.

HB memperlakukan semua tamunya sama saja. Dia tidak membedakan orang berpangkat dan orang melarat. Dia juga tidak membedakan orang cantik dan tidak menarik. Dia berprinsip, satu musuh terlalu banyak, seribu kawan masihlah kurang.

Yang penting, satu hal dalam hubungannya dengan HB. Janganlah pernah menyalip dia di tikungan. Kalau sampai begini, dia bisa marah. Bila sudah marah, segala macam “jurus” dia keluarkan untuk melawan si musuh mengingat HB sebenarnya adalah seorang “pendekar” silat juga.

“Saya waktu kecil dididik silat oleh guru ngaji di langgar (musholla),” kata HB.

HB adalah sejenis manusia langka. Dia hanya bisa dikalahkan dengan orang yang berlaku andap asor (rendah hati –Jawa red) bukan rendah diri. HB sangat menghargai orang yang rendah hati tapi bekerja cerdas dan keras. 

 Krista Riyanto

***

Tulisan sebelumnya: Harianto Badjoeri [27]: Cewek-cewek Takut Semua