Sketsa Harian [28] Harga Diri Gratisan

Diri yang digratiskan itu maksudnya diri yang diobral dengan berhubungan dengan siapa saja tanpa transaksi, tetapi tetap saja ada aktivitas seksual, gitu?

Rabu, 20 November 2019 | 06:37 WIB
0
384
Sketsa Harian [28] Harga Diri Gratisan
Ilustrasi PSK (Foto: realita.co)

Tercenung juga saya baca komentar seorang teman mengomentari unggahan saya sebelumnya tentang "jual diri". Menurut dia, lebih baik harga diri dijual alias dihargakan seperti artis yang terjerumus prostitusi online daripada harga diri yang digratiskan.

Memang sih, sesungguhnya apa yang melekat dalam diri kita adalah mutlak pula kita miliki, itu pemberian Tuhan seutuhnya. Diri itu juga yang melekat itu. Jadi kalau ada sebagian dari diri itu yang dijual, ya tergantung si pemiliknya juga sih.

Cuma pertanyaannya, apa Sang Pencipta rela, wong Beliau mewanti-wanti semua ummat-Nya, semua ciptaan-Nya, tidak boleh prostitusi, dilarang berzina.

Selain itu, sebebas apapun 'kan tetap saja hidup kita dikerangkeng hukum negara, hukum agama, hukum adat dan etika yang berlaku universal. Kata hukum dan etika, prostitusi di manapun menyalahi aturan sekaligus etika.

Juga ada semacam kontrak sosial seseorang dengan warga lainnya, dengan negara, dan seterusnya.

Tapi sebentar, diri yang digratiskan itu maksudnya diri yang diobral dengan berhubungan dengan siapa saja tanpa transaksi, tetapi tetap saja ada aktivitas seksual, gitu?

Iya juga sih, kena-kenanya zina juga, meski suka sama suka.

Tapi baiklah, saya coba merenung lagi, siapa tahu kondisi "sulit melangkah" seperti ini bisa teralami siapapun juga.

Ah, jangan-jangan kamu pernah atau sedang mengalaminya sekarang?

Sesssst.... inbox aja, ya!

#PepihNugraha

***

Tulisan sebelumnya: Sketsa Harian [27] Jual Diri