Jadi buat pecundang dan calon pecundang, terlepas dari dari siapa keluarga kamu... mau keluarga jenderal pitak sekalipun... hati- hati dalam memperlakukan perempuan.
Nenek Felicia yang berusia 84 tahun pergi ke Istana Bogor mencari tahu kenapa sang pisang berubah menjadi setan yang menghilang dari kehidupan cucunya.
Kita membayangkan nenek renta Itu digebah paspampres di pintu Istana. Petugas yang mungkin tidak percaya kalau sang nenek Itu punya cucu yang bakal menikah dengan anak Presiden.
Bahkan mungkin paspamres menganggap nenek renta itu sebagai orang yang kurang waras.
Penolakan ini yang membuat kesedihan bertambah dalam pada keluarga Felicia. Yang ditutup semua pintu komunikasi dengan pihak keluarga Pak Jokowi.
Pengakuan gamblang Felicia dalam video yang kini viral menunjukkan bahwasanya dia adalah seorang perempuan yang tegar.
Yang berbicara pada saat yang tepat untuk menghentikan kelakuan netizen 62 yang menghujat dia. Tanpa ada upaya sedikitpun dari sang pecundang untuk menghentikannya.
Mengenai duduk perkara dia dengan sang pecundang, Felicia sungguh tepat mengatakan: "Ini bukan soal perkawinan. Tapi soal etika".
Itu yang ditekankan oleh Felicia.
Yang memberi pelajaran bagi kita bahwa etika adalah nomor satu dalam berkomunikasi dengan sesama. Jika tidak, Anda kelasnya seperti sang pisang yang pecundang.
Jadi buat pecundang dan calon pecundang, terlepas dari dari siapa keluarga kamu... mau keluarga jenderal pitak sekalipun... hati- hati dalam memperlakukan perempuan.
Baca Juga: Cyber Bullying Rasis terhadap Felicia
Boleh percaya boleh tidak, banyak kasus membuktikan karma pedih selalu menimpa seorang lelaki yang merendahkan, melecehkan dan menganiaya perempuan. Baik fisik maupun psikis.
Lihat orang-orang disekeliling Anda. Kali aja ada lelaki pecundang yang gak ada akhlak, yang nasibnya kini sangat sengsara karena menyakiti wanita.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews