Kang Jalal baru saja berpulang. Dunia komunikasi, dunia pemikiran Islam, juga saya pribadi, berutang banyak pada Kang Jalal.
Semua yang berkecimpung dalam dunia komunikasi kiranya mengenal Jalaluddin Rachmat. Kang Jalal kita kenal sebagai pakar komunikasi, juga dosen komunikasi Universitas Pajdajdaran, Bandung.
Kang Jalal menulis banyak buku komunikasi, antara lain 'Retorika Modern,' 'Metode Penelitian Komunikasi,' dan 'Psikologi Komunikasi.' Sebagai mahasiswa ilmu komunikasi, saya membaca tuntas buku-buku itu.
Psikologi Komunikasi kiranya buku paling fenomenal karya Kang Jalal di bidang komunikasi. Bukan cuma mahasiswa komunikasi atau psikologi, mahasiswa jurusan lain dan masyarakat umum membacanya. Konon, bila Kang Jalal memberi kuliah 'Psikologi Komunikasi' di Unpad, mahasiswa lain, termasuk mahasiswa kedokteran, ikut nimbrung. Banyak dokter membaca buku itu untuk belajar bagaimana berkomunikasi dengan pasien.
Siapa pun yang mengikuti perkembangan pemikiran Islam, tak afdol rasanya bila tak mengikuti pemikiran Kang Jalal. Kang Jalal menuangkan pemikirannya tentang Islam dalam banyak buku.
Saya mempunyai beberapa, yakni 'Islam Aktual', 'Islam Alternatif', 'Islam dan Pluralisme', 'Jalaluddin Rachmat Menjawab Soal-soal Islam Kontemporer.'
Pemikirannya tentang Islam menarik, melawan arus. Kebanyakan muslim percaya dengan hadis yang menyebutkan Islam terpecah menjadi 73 golongan, dan hanya satu golongan yang benar. Kang Jalal, dalam buku 'Islam Aktual', mengatakan bunyi hadis itu keliru; yang betul 'Islam terpecah menjadi 73 golongan dan hanya satu golongan yang salah; satu golongan yang salah itu ialah yang merasa paling benar.
Saya mengukuti bedah buku 'Islam Aktual' di IAIN Sumatra Utara, Medan, pada 1990-an. Di situlah pertama kali saya berjumpa langsung Kang Jalal. Sebagai wartawan Republika, saya pernah mewawancainya secara khusus pada 1999. Ketika saya menjadi Manager Current Affairs Metro TV, kami mengundangnya menjadi nara sumber untuk program Today's Dialogue.
Baca Juga: Kang Jalal, Beras Dua Ton dan Uang Kontrakan
Banyak orang pandai bicara, tapi tak piawai menulis. Banyak yang pandai menulis, tapi tak pintar bicara. Kang Jalal satu dari segelintir orang yang kemampuan berbicaranya sehebat kemampuan menulisnya.
Karena banyak membaca tulisan Kang Jalal, saya merasa cara menulis saya banyak dipengaruhinya. Kang Jalal dalam tulisannya senantiasa memberi contoh kongkret untuk membuat orang paham. Gaya memberi contoh ini yang saya "curi" dari Kang Jalal.
Kang Jalal baru saja berpulang. Dunia komunikasi, dunia pemikiran Islam, juga saya pribadi, berutang banyak pada Kang Jalal.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews