3 Maret 2011, pengadilan distrik di Islandia memutuskan bahwa dokumen yang diserahkan oleh Watai membuktikan bahwa dia dan Fischer telah menikah secara resmi pada 6 September 2004.
Bobby Fischer adalah pecatur yang paling banyak menarik minat dan perhatian publik dibanding juara dunia catur lainnya. Foto-foto Bobby muncul di sampul majalah paling bergengsi, dan ribuan artikel telah ditulis tentang jenius catur ini.
Namun itu semua tentang catur. Pertanyaannya sekarang adalah, apakah Bobby Fischer memiliki istri? Untuk mengetahui jawabannya, mari kita mundur sejenak ke tahun 1973 untuk berkenalan dengan Miyoko Watai.
Watai lahir pada 8 Januari 1945 di Tokyo. Dia adalah juara catur wanita Jepang dan Sekjen Asosiasi Catur Jepang. Gelarnya Master Internasional Wanita.
Miyoko selain pecatur juga seorang wasit internasional. Ia belajar catur setelah lulus dari Universitas Farmasi Meiji. Dengan profesi sebagai seorang apoteker, Miyoko memenangkan kejuaraan wanita Jepang tahun 1975.
Sepertinya dia penggemar berat Bobby. Setelah Fischer memenangi kejuaraan dunia tahun 1972, Miyoko mulai menggunting setiap artikel tentang pecatur AS itu dan mempelajari partai-partainya.
Saat Fischer mengunjungi Asosiasi Catur Jepang pada tahun 1973 dalam rangka mencari sponsor untuk pertandingan ulang dengan Spassky, Watai dipilih untuk menemaninya tur singkat di Tokyo.
Setahun kemudian, sebagai lanjutan dari pertemuan mereka di Tokyo itu, Fischer meminta Watai untuk mengunjunginya di AS dalam perjalanan wanita Jepang itu ke Kolombia untuk mengikuti Olimpiade Catur tahun 1974.
Saat itu Fischer tinggal di Pasadena, California. Selama kunjungannya di sana Fischer mengajak Watai jalan-jalan dan makan malam. Mereka juga mengunjungi Disneyland dan Las Vegas.
Setelah itu, mereka berdua mulai saling mengunjungi dan bertukar surat selama bertahun-tahun. Saat Fischer dalam pelarian dari kejaran pemerintah AS, Watai juga mengunjunginya di Hongaria. Fischer akhirnya memutuskan untuk tinggal di rumah Watai di Tokyo. Di sana ia tidak terlalu dikenal sehingga merasa hidupnya nyaman dari kejaran para photographer.
Namun pada tahun 2004, paspor Amerikanya dibekukan dan Fischer di bawah pengawasan pemerintah Jepang selama 9 bulan, dengan ancaman ekstradisi ke Amerika Serikat.
Setelah Bobby Fischer akhirnya ditangkap di Bandara Internasional Narita atas permintaan pemerintah AS, mereka memutuskan untuk menikah. Watai mencoba mendapatkan surat izin, tetapi ditolak karena Fischer tidak dapat menyerahkan bukti-bukti dokumen yang diperlukan dari kedutaan AS.
Tidak jelas kapan tepatnya mereka berhasil menikah secara resmi, tetapi setelah Fischer meninggal pada tahun 2008, Watai mengklaim bahwa dirinya adalah ahli waris sah Bobby dan kasus tersebut mulai digelar di pengadilan Islandia, sampai tingkat Mahkamah Agung.
Satu lagi wanita yang mengaku ahli waris Bobby adalah Jinky Young. Ceritanya, dari tahun 2000 hingga 2002, Fischer tinggal di Baguio, Filipina, di perumahan yang sama dengan GM Eugenio Torre, teman dekat sekaligus juga sekondannya di kejuaraan dunia melawan Boris Spassky tahun 1992.Di sana,Torre memperkenalkan Fischer kepada seorang wanita berusia 22 tahun bernama Marilyn Young. Pada tanggal 21 Mei 2001, Marilyn Young melahirkan seorang putri bernama Jinky.
Namun klaim bahwa Fischer adalah ayah dari anak tersebut dibantah. Kuburan Fischer digali dan analisis DNA memastikan bahwa Bobby Fischer bukanlah ayah kandung dari Jinky Young.
Akhirnya, pada 3 Maret 2011, pengadilan distrik di Islandia memutuskan bahwa dokumen yang diserahkan oleh Watai membuktikan bahwa dia dan Fischer telah menikah secara resmi pada 6 September 2004 dan Watai berhak untuk mewarisi semua harta pecatur eksentrik itu.
Fischer meninggal dunia pada 2008 di Islandia. Kekayaan Fischer diperkirakan sebesar 2 juta dollar AS atau jika dikurs saat ini sekitar 28 miliar rupiah.
***
Tulisan sebelumnya: Mengenal Bobby Fischer [7] Amerika Serikat Berhasil Menjebol Dominasi Uni Soviet
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews