Harianto Badjoeri [24]: Menjadi Pilar Tumbuhnya Hiburan Malam

Itulah mengapa sejarah Ibu Kota ini tidak bisa dilepaskan dari jejak seorang HB. Dia telah menyumbangkan talentanya yang kuat dalam mengurusi dan memajukan industri hiburan malam.

Kamis, 14 November 2019 | 18:19 WIB
0
709
Harianto Badjoeri [24]: Menjadi Pilar Tumbuhnya Hiburan Malam
Ahmad Soekamto (Foto: Dok. pribadi)

Semua pengusaha hiburan malam sudah pasti kenal dengan Harianto Badjoeri yang akrab disapa HB.

Figurnya begitu kuat, karena dia adalah birokrat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang menjadi pilar tumbuh dan berkembangnya industri hiburan malam di era 80-an. Sebelum kemudian, karena beberapa hal menjadi meredup seperti sekarang ini.

HB adalah birokrat yang mengawali karier sebagai pegawai di Dinas Pariwisata DKI Jakarta, kemudian menjadi kepala dinas. Setelah itu, dia juga menjadi Kepala Satuan Polisi Pamong Praja yang lingkup tugasnya masih bersinggungan dengan urusan hiburan malam.

“Kalau boleh dibilang, Mas Harianto ini adalah salah seorang yang turut andil menghidupkan industri malam yang menerangi Ibu Kota ini,” ucap Ahmad Soekamto, yang akrab disapa Alex, salah seorang pengusaha hiburan malam di Ibu Kota.

Alex adalah salah seorang yang menjadi pelopor masuknya hiburan karaoke ke Tanah Air ini di era 80-an. Itulah sebabnya, Alex pernah dipercaya menjadi Ketua Asosiasi Karaoke Internasional (Akarin), khusus lagu-lagu Jepang dan Korea.

“Waktu itu, karaoke baru mulai dikenal oleh warga kota,” kata Alex yang pernah menjadi majikan pembawa acara “Bukan Empat Mata”, Tukul Arwana ini. Waktu itu, Tukul menjadi sopir pribadinya Alex.

Alex yang pernah memiliki hiburan malam jenis pub (Swinging Pub) dan kemudian merambah ke bisnis karaoke dengan memiliki beberapa tempat usaha, bercerita bahwa tanpa kehadiran HB di Dinas Pariwisata DKI, Jakarta tidak mungkin bisa memiliki industri hiburan malam seramai itu.

“Kota ini banyak sekali mafianya, sehingga hiburan malam banyak mendapat ‘gangguan’. Banyak pengusaha yang takut terjun di industri ini,” katanya.

Di tangan HB, pengusaha hiburan malam mendapat rasa aman dan nyaman, karena mafia menjadi jinak di tangannya. Mafia yang mau mengganggu tempat hiburan malam menjadi segan bila mendengar nama Harianto Badjoeri.

“Nama Mas Harianto begitu disegani di kalangan mafia hiburan malam,” kata Alex yang juga Bendahara Umum Gerakan Nasional Anti Narkotika (Granat) ini, dan HB sendiri pernah aktif sebagai Dewan Pembina di organisasi itu.

Sumbang sih HB di dalam industri hiburan malam bukan hanya sampai pada pemberian rasa aman dan nyaman bagi kalangan pengusaha, tetapi memberi kemudahan birokrasi dan kepastian hukum yang adil.

HB menjalankan model birokrasi yang sederhana. Setiap pengusaha diberi kemudahan di dalam berinvestasi, bukan dipersulit. Dengan begitu, pengusaha tidak merugi di awal investasi.

“Jajaran birokrasi di lingkungan kerja Mas Harianto juga dilarang mempersulit pengusaha yang akan berinvestasi,” kata Alex.

Dengan model birokrasi yang sederhana ini, membuat pengusaha antre berinvestasi di dunia hiburan malam. Maka tumbuhlah hiburan malam di setiap sudut kota waktu itu. Mulai dari yang kelas atas sampai yang sekadar menempel di pinggir sungai buat masyarakat lapisan bawah.

“Di era Mas Harianto inilah, industri hiburan malam tumbuh di mana-mana. Pengusaha antre mengajukan izin usaha di segala lapisan pasarnya.”

Dengan banyaknya usaha hiburan malam berdiri, pertumbuhan ekonomi Ibu Kota juga tumbuh dengan cepat. Banyak tenaga kerja terserap di dalam industri ini. Sektor wisata hiburan malam turut serta menaikkan pendapatan daerah yang tidak kecil.

Untuk menjaga iklim investasi yang sehat, HB menjalankan pengawasan yang ketat kepada setiap usaha hiburan malam. Mulai dari jam operasional sampai barang-barang terlarang yang dijual di dalamnya.

Semua produk narkotika menjadi target pengawasan paling ketat. Setiap tempat hiburan malam yang tertangkap melanggar jam operasional dan menjual produk narkotika, sanksi berat sudah pasti dijatuhkan.

Ketika sudut-sudut Ibu Kota sudah mulai penuh sesak dengan tempat hiburan malam di era 90-an, HB dan jajarannya mulai membatasi izin baru. Tujuannya tidak lain untuk menjaga persaingan yang tidak sehat antarusaha hiburan malam.

Dengan terbatasnya izin baru, pengusaha juga tidak dibayangi rasa cemas akan persaingan yang tidak sehat akibat oversupplay usaha hiburan malam.

Itulah mengapa sejarah Ibu Kota ini tidak bisa dilepaskan dari jejak seorang HB. Dia telah menyumbangkan talentanya yang kuat dalam mengurusi dan memajukan industri hiburan malam.

Dia juga juga mampu memberi rasa aman dan nyaman bagi pengusaha, karena dia piawai dalam menjalin relasi dan berkoordinasi dengan segala elemennya. 

 Krista Riyanto

***

Tulisan sebelumnya: Harianto Badjoeri [23]: Menguji Kesaktian Pendekar dengan Seblak