Dia adalah sosok wartawan lugas, apa adanya, tetapi fokus dalam pekerjaan dan apa yang dikuasainya. Ia juga dikenal sangat setia kawan dengan ingatan yang fotografik.
"Mbang, lu udah sampe mana?"
"Porong."
"Lu bawain gw makan ya, gw laper!"
"Oke. Ente di mane?"
"Santika."
Gw berpikir keras, kira2 makanan apa ya yang cocok untuk Badil. Pasti klo yg biasa2 aja gak seru, mungkin udah bosan. Kan semua makanan khas daerah pasti udah pernah dia rasain. Apalagi klo makanan restoran, jangan2 gak doyan.
Oh ya, kemarin antara Malang-Porong kulihat ada warung judulnya: Nasi Goreng Tawon.
Ah, coba deh beli itu aja, kali2 Badil suka. Kubeli sebungkus dan kubawa ke kamarnya.
"Kamsia ya," ucapnya sambil membuka bungkusan nasi.
"Hah! Apa ini?'
"Nasi goreng tawon."
"Lu suruh gue makan lalat?" Dahinya mengerut. Gawat nih.
Gw liat nasgornya. Memang persis lalat, cuma warnanya agak kuning coklat. Waduh.
Tapi Badil tetap coba memakannya, meski mukanya tampak gak bahagia. Tawon2 dia singkirkan, nasinya dia makan pelan2. Kira2 setengah porsi ketelen.
"Ah, udah ah. Ngeri gw makan lalat... Tapi terimakasih ya," ucapnya sambil nyengir kecut.
Besoknya Badil bawa kita ke Rawon Dengkul di Malang. Betul2 dengkul tulen, masih nempel di tulangnya. Porsi besar kulahap habis.
"Nih, kamu minum obat ascardia ya. Gw kasih satu. Jaga kesehatan biar jantung tetap sehat," katanya.
Entah kenapa yg dia kasih obat jantung, bukan obat kolesterol. Tapi kutelan saja.
BST
***
Tulisan sebelumnya Memoirs of Rudy Badil [3]: "Ngehek"
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews