Memoirs of Rudy Badil [3]: "Ngehek"

Sisi lain dari seorang wartawan "ikonik" Harian Kompas, ia bisa santai dalam keseharian tapi bisa juga serius dalam pekerjaan. Tutur katanya mengalir, menggunakan gaya bahasa kekinian.

Minggu, 25 Agustus 2019 | 10:10 WIB
0
553
Memoirs of Rudy Badil [3]: "Ngehek"
Rudy Badil (Foto: Kompas)

"MBang, si Kris ke mana, sih?" 
"Gak tau tuh, gw telponin juga mati hapenya," jawabku.
"Ngehek juga ya tuh orang!" 

Nah, mulai marah nih Badil. Matanya menajam, mulutnya cemberut. Persis elang mau mematuk. Gawat nih!

Benar aja, omelannya mulai sering terdengar. Bolak-balik nanyain Kris, teman sejawatku di penelitian. 
"Ini gimana sih, gw bantuin malah ditinggal?!"

Waktu itu Pilkada Jatim 2008. Di kantor Biro Jatim cuma tinggal kita berdua di ruang editing. Gw dan Badil punya tugas berat ngedit tulisan2 teman2 peneliti muda, malam itu juga harus kelar karena mau dicetak. 

Meski sambil ngomel, jarinya tetap lincah memainkan huruf2 di komputer. Sesekali gw ngeliat, gimana dia memecah kebekuan kalimat dengan jurus2 riangnya. 

"Ini musti kita kasih trivia-trivia nih," katanya.
"Apaan tuh trivia-trivia?"
"Itu loh, semacam informasi2 kejutan, jadi pembaca dapat bonus...ngerasa dapat sesuatu tambahan yg menyenangkan."
"Oh, gitu...." aku masih meraba2 apa maksudnya.

Dini hari, akhirnya selesai juga kami ngedit tulisan. Dan, senangnya, pemetaan dan tulisan kami dipakai televisi2 berita dan lembaga survei lain untuk membedah geopolitik jatim. Semua main comot begitu saja. Tapi gpp, yg penting kami puas. Sampai sekarang, tiap pilkada jatim, peta itu tetap dipakai.

Oh ya, pagi harinya si Kris akhirnya nongol. Mukanya pucat dan tampak loyo.

"Ke mana sih lu? Dicariin Badil tuh!"

Mukanya tambah pucat. Kris gak jawab, cuma tersenyum kecut.

Beberapa tahun kemudian, setelah anaknya lahir baru dia cerita.

"Sorry ya... waktu itu udah jadwal gw. Harus dilakukan malam itu juga kata dokter, gak boleh kelewat. Biar jadi... Waktu itu aku udah ditungguin bini." 

Semprul! Ternyata malam itu dia enak2an indehoy sama bininya.

Untung Badil gak denger soal ini.

(Bersambung)

BST

Tulisan sebelumnya: Memoirs of Rudy Badil [2]: "Hotdog"