Alangkah sia-sianya orang yang masih diberi waktu, tetapi menggunakan seluruh waktu yang tersisa semata untuk kebencian, kedengkian, kesirikan dan kemunafikan.
"Kerap datang rasa takut menyusup di hati, takut hidup ini terisi... oleh sia-sia."
Itu penggalan syair sebuah lagu, "detik hidup". Penciptanya Iwan "Abah" Abdulrachman yang mengingatkan siapa saja tentang rasa takut yang tiba-tiba datang menyergap. Takut akan kematian yang kadang datang tanpa peringatan.
Tapi pegitar klasik dan penggubah sejumlah lagu melodius, religius, dan kadang tragis misterius itu mengingatkan, yang selayaknya ditakutkan itu bukan kematian itu sendiri yang sudah pasti datang, tetapi saat hidup terisi oleh sia-sia. Oleh kesia-siaan.
Ada banyak contoh hidup sia-sia. Paling tragis ya mati begitu saja, tanpa meninggalkan jejak kebaikan sedikitpun. Hidup dengan menyia-nyiakan keluargamu, ayah-ibumu, saudara-saudaramu, bahkan menyianyiakan hidup itu sendiri.
Pada hakekatnya, hidup adalah anugerah terbesar manusia yang seharusnya tidak boleh disia-siakan begitu saja.
Setiap tarikan nafas, meski kadang tidak pernah kamu dengar, adalah detik-detik yang sangat berharga, detik yang tidak akan pernah kembali. Ia bagai anak panah yang melesat dari busur, terus berlari dan berlalu sampai tiba di suatu titik.
Kamu boleh kaya-raya seperti Jack Ma, tetapi uangmu yang segunung itu tidak bakal mampu membeli sedetik waktu yang berlalu.
Alangkah sia-sianya orang yang masih diberi waktu, tetapi menggunakan seluruh waktu yang tersisa semata untuk kebencian, kedengkian, kesirikan, kemunafikan dan kamu boleh sebut apa saja tentang sifat-sifat yang membuat orang lain tersakiti.
Pernahkah terpikir olehmu ketika ibumu menangis akibat perasaannya tertusuk bentakanmu, bentakan seorang anak yang dulu susah payah dilahirkannya, dibesarkannya dan ditimang-timangnya? Sementara kamu tak pernah merasa menyakitinya hanya karena tidak ada yang memberi tahu betapa susah-payahnya ibumu membesarkanmu. Kamu telah menyia-nyiakan ibumu.
Pernahkah kamu teringat saat ayahmu dengan kerutan wajah yang merenta tertunduk sambil menahan air mata agar tidak jatuh saat kamu hina hanya karena ia tidak bisa memenuhi permintaanmu? Kamu tetap merasa tak pernah menyakitinya hanya karena tidak ada yang memberi tahu betapa sabarnya ayahmu menjagamu. Kamu telah menyia-nyiakan ayahmu.
Pernahkah kamu terbayang saat saudara dekatmu datang kepadamu meminta pertolongan, lalu kamu banting pintu rumahmu dan mengusirnya pergi hanya karena takut sebagian hartamu terambil olehnya? Kamu telah menyia-nyiakan saudaramu.
Sesungguhnya, bukan ibumu, ayahmu atau saudara-saudaramu yang tersia-siakan, tetapi kamu sendiri yang telah mengisi hidupmu dengan sia-sia, penuh kesia-siaan, sehingga tak sedikitpun meninggalkan jejak kebaikan yang layak dikenang.
"Kematian selalu datang menyergap di kala kau lengah," demikian Abah Iwan mengingatkan sekali lagi lewat syair lagunya.
Mumpung masih diberi waktu, tidak selayaknya kamu menyia-nyiakan waktumu, meski itu cuma sedetik saja.
#PepihNugraha
***
Tulisan sebelumnya: Skesa Harian [48] Melarikan Diri
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews