Skesa Harian [48] Melarikan Diri

Bagaimana seharusnya "escaping" atau melarikan diri itu? Bagi saya sederhana saja, ga macem-macem. Saya memilih melarikan diri kepada apa-apa yang saya cintai itu tadi!

Selasa, 17 Desember 2019 | 07:46 WIB
0
420
Skesa Harian [48] Melarikan Diri
Suasana cafe gunung Sarasa (Foto: Dok. pribadi)

Tadinya saya mau menulis judul "Escaping", biar nginggris, keren dan dianggap kekinian. Tapi ya sudahlah, saya pakai bahasa Indonesia saja. Terjemahannya "melarikan diri".

Saya kurang paham makna sesungguhnya "escaping" dalam bahasa Indonesia. Apakah cukup "melarikan" atau harus pakai embel-embel "diri" sehingga menjadi "melarikan diri". Saya pilih yang ini saja.

"Melarikan diri" berbeda dengan "melarikan". "Melarikan diri" berarti tanggung jawab ada pada diri sendiri. Melekat di sana. Dalam arti, ga melibatkan orang lain, tanggung jawab sepenuhnya ada pada diri sendiri.

Berbeda dengan "melarikan" yang kadang berkonotasi negatif. Ga percaya? Coba kamu tambahkan di depan "melarikan" itu kata "uang", "harta" atau "istri orang". Pasti malu sendiri deh.

Saya kerap melarikan diri dari perangkap rutinitas, dari belenggu kejenuhan. Kalau kamu bertanya apa bentuknya, bisa macam-macam...

Jika sedang berada di kampung, saya melarikan diri dari kejenuhan dengan cara memancing atau memandang pesawahan yang terbentang luas berpayung awan, berhiaskan langit biru. Kalau konteksnya jenuh di kota, kampung itu sendiri adalah pelarian.

Melancong ke tempat baru, juga bentuk melarikan diri lainnya. Atau kuliner.

Sekarang banyak cafe dan warung-warung kopi, menjamur bak tumbuhnya jerawat pada wajah remaja aqil balig. Warkop meleber sampai ke pinggiran kampung bahkan ada di gunung, seperti cafe Sarasa di kaki bukit Cisayong sana yang dua kali saya kunjungi setalah melarikan diri dari Kota Tasikmalaya (lihat foto). Di sanalah tempat melarikan diri.

Melarikan diri pasti larinya ke tempat-tempat yang kita cintai.

Saya yakin, setiap orang punya cara sendiri-sendiri melarikan diri. Ada yang nonton bioskop (bahasa gaulnya cinema), melancong ke Ancol naik komedi putar (carousel), ajojing di kelab malam, membakar berbatang-batang rokok atau menenggak bergalon-galon minuman beralkohol. Ada juga yang membaca berjilid-jilid buku.

Bagaimana seharusnya "escaping" atau melarikan diri itu? Bagi saya sederhana saja, ga macem-macem. Saya memilih melarikan diri kepada apa-apa yang saya cintai itu tadi!

Saya cinta anak-anak, ke sanalah saya melarikan diri. Saya cinta pekerjaan, ke sanalah saya melarikan diri. Saya cinta menulis, ke sanalah saya melarikan diri. Saya cinta laut, ke sanalah saya melarikan diri.

Saya cinta mantan terindah, ke sanalah.... emh maaf, karena satu dan lain hal, untuk yang satu ini saya tidak berani lagi melarikan diri.

Kamu, pelarian dirimu ke mana?

#PepihNugraha

***

Tulisan sebelumnya: Sketsa Harian [47] Menulis Cerpen