Bagaimana seharusnya "escaping" atau melarikan diri itu? Bagi saya sederhana saja, ga macem-macem. Saya memilih melarikan diri kepada apa-apa yang saya cintai itu tadi!
Tadinya saya mau menulis judul "Escaping", biar nginggris, keren dan dianggap kekinian. Tapi ya sudahlah, saya pakai bahasa Indonesia saja. Terjemahannya "melarikan diri".
Saya kurang paham makna sesungguhnya "escaping" dalam bahasa Indonesia. Apakah cukup "melarikan" atau harus pakai embel-embel "diri" sehingga menjadi "melarikan diri". Saya pilih yang ini saja.
"Melarikan diri" berbeda dengan "melarikan". "Melarikan diri" berarti tanggung jawab ada pada diri sendiri. Melekat di sana. Dalam arti, ga melibatkan orang lain, tanggung jawab sepenuhnya ada pada diri sendiri.
Berbeda dengan "melarikan" yang kadang berkonotasi negatif. Ga percaya? Coba kamu tambahkan di depan "melarikan" itu kata "uang", "harta" atau "istri orang". Pasti malu sendiri deh.
Saya kerap melarikan diri dari perangkap rutinitas, dari belenggu kejenuhan. Kalau kamu bertanya apa bentuknya, bisa macam-macam...
Jika sedang berada di kampung, saya melarikan diri dari kejenuhan dengan cara memancing atau memandang pesawahan yang terbentang luas berpayung awan, berhiaskan langit biru. Kalau konteksnya jenuh di kota, kampung itu sendiri adalah pelarian.
Melancong ke tempat baru, juga bentuk melarikan diri lainnya. Atau kuliner.
Sekarang banyak cafe dan warung-warung kopi, menjamur bak tumbuhnya jerawat pada wajah remaja aqil balig. Warkop meleber sampai ke pinggiran kampung bahkan ada di gunung, seperti cafe Sarasa di kaki bukit Cisayong sana yang dua kali saya kunjungi setalah melarikan diri dari Kota Tasikmalaya (lihat foto). Di sanalah tempat melarikan diri.
Melarikan diri pasti larinya ke tempat-tempat yang kita cintai.
Saya yakin, setiap orang punya cara sendiri-sendiri melarikan diri. Ada yang nonton bioskop (bahasa gaulnya cinema), melancong ke Ancol naik komedi putar (carousel), ajojing di kelab malam, membakar berbatang-batang rokok atau menenggak bergalon-galon minuman beralkohol. Ada juga yang membaca berjilid-jilid buku.
Bagaimana seharusnya "escaping" atau melarikan diri itu? Bagi saya sederhana saja, ga macem-macem. Saya memilih melarikan diri kepada apa-apa yang saya cintai itu tadi!
Saya cinta anak-anak, ke sanalah saya melarikan diri. Saya cinta pekerjaan, ke sanalah saya melarikan diri. Saya cinta menulis, ke sanalah saya melarikan diri. Saya cinta laut, ke sanalah saya melarikan diri.
Saya cinta mantan terindah, ke sanalah.... emh maaf, karena satu dan lain hal, untuk yang satu ini saya tidak berani lagi melarikan diri.
Kamu, pelarian dirimu ke mana?
#PepihNugraha
***
Tulisan sebelumnya: Sketsa Harian [47] Menulis Cerpen
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews