Mikhail Tal tampil sebagai juara setelah membukukan 20 poin dari 28 babak. Dia menghabisi Bobby Fischer tanpa balas dalam empat kali pertemuan mereka.
Pada tahun 1957, Bobby Fischer mengatakan kepada ibunya bahwa dia ingin ke Moskow. Regina pun menanggapinya dengan menulis surat langsung kepada pemimpin Soviet, Nikita Khrushchev. Ia meminta agar putranya itu bisa diundang bermain di turnamen catur 6th World Youth and Student Festival pada Juli 1957, di Moskow, Uni Soviet
Tetapi roda birokrasi berputar sangat lambat di Rusia. Sementara permintaan itu masih dipertimbangkan, festival sudah berakhir. Namun, undangan telah dikirim ke Amerika, Bobby bisa mengunjungi Moskow pada tahun berikutnya.
Bobby Fischer dengan ditemani oleh kakak perempuannya, Joan, akhirnya tiba di Moskow tahun 1958. Saat itu usia Bobby baru 15 tahun. Komite Olahraga di sana menyambutnya sesuai dengan protokol. Fischer diberi hotel, mobil dengan supir, bahkan penerjemah dan uang saku.
IM Lev Abramov, kepala bagian catur Komite Olahraga Uni Soviet, jadi pemandu Bobby dan Joan selama berada di Moskow. Bobby diundang untuk mengunjungi Teater Bolshoi. Tapi Bobby datang ke Moskow bukan untuk jalan-jalan. Juara nasional AS itu punya ambisi lain.
Bobby meminta agar segera dibawa ke Moscow Central Chess Club. Bobby sudah tidak sabar ingin menjajal kemampuan jago-jago catur Soviet yang terkenal itu.
Namun di sana dia hanya dihadapkan dengan dua master muda Soviet, Evgeni Vasiukov dan Alexander Nikitin untuk diajak bermain catur blitz. Bobby tentu saja dengan mudah mengalahkan mereka.
Fischer yang tidak sabaran meminta untuk bermain melawan Mikhail Botvinnik, juara dunia saat itu. Ketika diberitahu bahwa itu tidak mungkin, Fischer kemudian mengubah permintaannya dengan menantang runner up Turnamen Kandidat Paul Keres. Permintaan Bobby itu juga tidak dikabulkan.
Akhirnya secara semi-resmi, calon juara dunia berikutnya Tigran Petrosian yang dipanggil ke klub menghadapi Fischer dalam pertandingan eksebisi. Petrosian mengenang peristiwa itu dengan mengatakan, "Saya orang yang dipanggil ke klub untuk 'mengatasi' anak muda yang mengalahkan dua master Moskow itu".
Tujuan Bobby Fischer berkunjung ke Moskow untuk melawan juara dunia tidak tercapai kecuali hanya bertemu dengan Petrosian. Mungkin karena alasan itulah dia bersikap kasar kepada penerjemahnya.
Bobby sangat marah karena tidak mendapatkan lawan yang diinginkannya dan mengatakan kepada penerjemah itu, "Aku muak dengan babi-babi Rusia ini," yang membuat marah Soviet padahal mereka menyambut Bobby dengan baik sebagai tamu kehormatan mereka.
Fischer akhirnya meninggalkan Moskow lebih awal dari yang direncanakan. Saat itu pejabat catur Yugoslavia menawarkan Fischer dan Joan untuk menjadi tamu mereka karena turnamen Interzonal 1958 akan di gelar di Portoroz, Yugoslavia, pada bulan Augustus dan September 1958.
Fischer menerima tawaran itu, tiba di Yugoslavia ia memainkan dua pertandingan latihan singkat melawan master Dragoljub Janošević dan Milan Matulović. Bobby bermain imbang di kedua pertandingan melawan Janošević dan mengalahkan Matulovic dengan skor 2½-1½.
Fischer bukanlah contoh yang baik jika menyangkut urusan sekolah. Ketertarikan Fischer pada catur menjadi lebih penting daripada tugas-tugas sekolah, sampai saat dia kelas empat, Bobby telah keluar masuk enam sekolah berbeda.
Sekolah terakhir Fischer adalah Erasmus Hall High School di Brooklyn. Ia belajar sendiri beberapa bahasa asing sehingga Fischer dapat membaca majalah catur di luar yang berbahasa Inggris.
Setelah turnamen Iterzonal di Portoroz selesai, Bobby mengirim telegram kepada ibunya, memintanya untuk memberitahu kepala sekolah di Erasmus bahwa dia tidak akan langsung pulang dan akan melewatkan minggu pertama sekolah.
Grace Corey, asisten administrasi di Erasmus, sangat prihatin mendengar hal ini. "Akan sangat sulit untuk mengganti hari yang hilang darinya," katanya.
Seolah Bobby Fischer peduli. Beberapa hari setelah dia berusia 16 tahun, Fischer berhenti sekolah. Dia kemudian mengatakan kepada Ralph Ginzburg, "Anda tidak belajar apa pun di sekolah".
Ketika Fischer berusia 16 tahun, ibunya pindah dari apartemen mereka untuk mengikuti pelatihan medis. Temannya Joan Rodker, yang bertemu Regina di Moscow pada tahun 1930-an, percaya bahwa Fischer membenci ibunya karena kebanyakan tidak hadir sebagai ibu saat dia membutuhkannya.
Ibunya yang seorang aktivis komunis dan pengagum Uni Soviet menyebabkan kebencian Bobby pada Soviet. Dalam suratnya kepada Joan Rodker, ibu Fischer menyatakan keinginannya untuk mengejar "obsesinya" dalam bidang kedokteran dan menulis bahwa putranya harus tinggal di apartemen mereka tanpa dia.
"Kedengarannya amat mengerikan meninggalkan seorang anak berusia 16 tahun sendirian, tapi dia mungkin lebih bahagia seperti itu". Apartemen itu berada di tepi Bedford-Stuyvesant, sebuah lingkungan yang memiliki tingkat pembunuhan dan kejahatan tertinggi di New York City.
Pada usia 16 tahun, Bobby Fischer akhirnya tampil di Turnamen Kandidat yang digelar pada tahun 1959 di kota Bled, Zagreb dan Beigrade, Yugoslavia, untuk mencari penantang juara dunia GM Mikhail Botvinnik yang diikuti oleh 8 peserta yaitu:
GM Mihail Tal, GM Paul Keres, GM Tigran Petrosian, GM Vassily Smyslov, GM Robert James Fischer, GM Svetozar Gligoric, GM Fridrik Olafsson, dan GM Pal Benko .
Masing-masing peserta menghadapi pecatur lainnya sebanyak 4 kali selama dua bulan sehingga turnamen ini berlangsung 28 babak.
Di turnamen ini Bobby Fischer diadu melawan para GM terkemuka, yang memiliki pemahaman luas dan mendalam tentang catur. Mereka itu adalah para petarung turnamen yang sangat tangguh, siap menerkam kesalahan sekecil apapun dan kemudian memanfaatkannya sebaik mungkin.
Baca Juga: Mengenal Bobby Fischer [1] Belajar Catur dari Petunjuk Papan Catur Plastik
Untuk memenangkan turnamen kuat seperti itu, tidak cukup hanya meraih remis dengan GM, seseorang harus bisa mengalahkan mereka. Dan ini, tentu saja, lebih dari yang bisa diharapkan dari seorang remaja berusia 16 tahun.
Secara keseluruhan, skor akhirnya sangat bagus, hanya Tal, Keres, Petrosian, dan Smyslov yang finis di depannya.
Mikhail Tal tampil sebagai juara setelah membukukan 20 poin dari 28 babak. Dia menghabisi Bobby Fischer tanpa balas dalam empat kali pertemuan mereka dan Fischer sendiri berbagi tempat kelima dan keenam dengan torehan 12½ poin dari 28 babak.
Hingga akhir tahun 1959, Bobby Fischer berpakaian sangat buruk untuk seorang juara nasional. Dia tampil di turnamen internasional bergengsi dan terkemuka di dunia hanya dengan mengenakan sweater dan celana korduroi.
Atas saran Pal Benko yang memintanya untuk berpakaian lebih cerdas, Fischer mulai membeli jas dari seluruh dunia yang dijahit sesuai dengan pesanan.
Dia mengatakan kepada wartawan Ralph Ginzburg bahwa dia memiliki 17 setelan baru disesuaikan dengan semua kemeja dan sepatunya yang semuanya adalah buatan tangan.
Next: Kejurnas AS dan Olimpiade Catur. Itupun kalau belum bosan.
***
Tulisan sebelumnya: Mengenal Bobby Fischer [2] Menyandang Grand Master Termuda Dunia
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews