Bocorannya Akan Ada Reshuffle Kabinet

Kalau sinyalemen Nasdem lebih memilih menjadi oposisi ketimbang mempertahankan ketidaknyamanannya di kabinet, bisa dipastikan kocok ulang kabinet tidak bisa dihindari.

Sabtu, 2 November 2019 | 15:50 WIB
0
1499
Bocorannya Akan  Ada Reshuffle Kabinet
Foto: Tempo.co

Sepertinya tidak perlu menunggu satu tahun, Kabinet Indonesia Maju akan dikocok ulang atau di reshuffle. Manuver yang dilakukan Surya Paloh dan Partai NasDem, yang akhir-akhir ini merapat ke PKS tidak bisa dianggap remeh.

Presiden Jokowi pastinya sudah mengantisipasi  hal tersebut. Ketua MPR, Bambang Soesatyo sepertinya sudah membaca sinyal kearah sana. Kepada media Bambang mengungkapkan ada tanda-tanda kocok ulang Kabinet.

Politisi yang biasa disapa dengan Bamsoet ini juga mengatakan, bisa jadi dalam enam bulan kedepan akan ada reshuffle kabinet, dan ada yang ditendang dari Kabinet.
Demikian disampaikan Bamsoet dalam sebuah diskusi di Jakarta, Kamis (31/10/2019). Sumber

“Tidak menutup kemungkinan akan di reshuffle dalam enam bulan ke depan,” ujarnya.

Politisi Golkar ini memang tidak menjelaskan secara rinci pertimbangan atau alasan Jokowi dalam reshuffle yang dia maksudkan. Namun bisa dibaca dari situasi politik yang berkembang dalam internal Koalisi.

Kuat dugaan, sinyal akan adanya reshuffle atau kocok ulang kabinet ini terkait dengan langkah Surya Paloh dengan Partai NasDem, yang mencoba bermanuver melakukan pendekatan terhadap PKS.

Seperti yang dilansir Antaranews.com, Pengamat politik dari Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma) Said Salahudin menyebutkan Presiden Joko Widodo perlu mengajak ngobrol Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh terkait dengan kemungkinan partai itu beroposisi.

"Pernyataan Surya Paloh (SP) itu tidak bisa lagi dianggap main-main atau dianggap sepele oleh Presiden," kata Said, di Jakarta, Jumat.

Memang sepintas sikap SP tersebut terkesan sebagai gertakan untuk melihat reaksi dari Jokowi, atau juga Partai koalisi pendukung Jokowi-Ma'ruf. Seperti yang pernah dilakukan NasDem sebelumnya saat Megawati melakukan Pertemuan dengan Prabowo.

Namun bisa jadi itu bukan cuma sekedar gertakan politik, tapi adalah kesungguhan politik. Kalau menilik dari pernyataan-pernyataan SP akhir-akhir ini, sepertinya SP tidak main-main, dan sudah mempertimbangkan langkah untuk menjadi oposisi.

Tiga kursi Menteri yang diterima NasDem, sepertinya tidak akan menghalangi langkah SP untuk mengambil sikap tersebut. Ini persoalan kenyamanan bagi NasDem berada didalam Koalisi, jadi bukan soal porsi jabatan yang kurang.

Kalau Said menilai gertakan politik yang dilakukan SP menyangkut ada target politik yang terkait jabatan di pemerintahan, seperti jabatan Dewan Pertimbangan Presiden, Staf Khusus Presiden, pimpinan lembaga nonkementerian, bahkan jabatan wakil menteri yang mungkin saja kelak akan ditambah oleh Presiden.

"Pertanyaannya apakah untuk mengincar jabatan-jabatan itu NasDem sampai perlu menggertak Presiden dengan membuka opsi menjadi oposisi? Saya kok tidak terlalu yakin dengan itu," ujar Said.

Baca Juga: Polah Paloh

Kalau menurut saya, mengincar target jabatan itu sangat kecil kemungkinannya, yang jelas faktor kenyamanan didalam Koalisi, terlebih hubungan yang kurang harmonis dengan Megawati. Boleh saja SP bilang hubungannya dengan Megawati tidak ada masalah, tapi pada kenyataannya tidaklah begitu.

Kalau sinyalemen NasDem lebih memilih menjadi oposisi ketimbang mempertahankan ketidaknyamanannya di kabinet, maka bisa dipastikan kocok ulang atau reshuffle kabinet tidak bisa dihindari.

Kalaupun ada upaya pendekatan Jokowi terhadap SP, tidak akan mempengaruhi banyak sikap SP. Kali ini sepertinya SP sudah bulat untuk memilih menjadi oposisi. Secara gesture tubuhnya pun sudah terlihat demikian.

***