Golkar, Batu Sandungan Prabowo-Mega

Berani masuk ke kolam, maka Prabowo harus berani ganti baju Soekarno yang selama ini jadi lambang perlawanan di pilpres lalu ganti batik hijau menghadap Megawati.

Minggu, 4 Agustus 2019 | 08:11 WIB
0
586
Golkar, Batu Sandungan Prabowo-Mega
Megawati, Jokowi dan Golkar (Foto: Merdeka.com)

Kenapa saya sebut Prabowo-Mega bukan Prabowo-Jokowi? Karena Jokowi memang hanya sebatas petugas partai.

Semua deal keputusan memilih kabinet ke depan ada ditangan Bu Mega dan orang orangnya Bu Mega.

Mega Gak akan melibatkan Jokowi. Masih ingat pemilihan Cawapres Ma'ruf Amin dulu? Itu keputusan Mega, Jokowi sendiri lebih memilih Mahfud MD.

Dalam konteks power sharing, Golkar akan menjadi batu sandungan Prabowo-Mega. Karena Golkar adalah pemilik saham terbesar nomor 2 dalam tubuh Koalisi 01 setelah PDIP.

Golkar kabarnya keberatan Gerindra masuk kabinet, tapi sekali lagi, Golkar adalah partai dewasa dan sudah matang, sudah terbiasa deal-dealan,tidak kaku sama sekali.

Gerindra kabarnya bukan hanya mengincar kursi kabinet, tapi juga meminta kursi ketua MPR RI ke Megawati. Sekali lagi bahwa koalisi Prabowo-Mega hanya soal waktu, paling lama September sudah akan clear.

Soal kursi ketua MPR, Gerindra ditentang keras oleh PKB, dan soal minta jatah banyak kursi menteri, Gerindra dilawan Nasdem, PPP dkk. Apalagi saat ini hubungan Nasdem dengan Megawati sedang panas dingin.

Dalam dinamika power sharing ini, Golkar tetap akan menjadi penentu soal mempengaruhi keputusan megawati, hitungan saya, Gerindra paling banyak nanti hanya akan mendapatkan 4 kursi menteri.

Baca Juga: Membaca Arah Pertemuan Megawati dengan Prabowo

Diajaknya Prabowo ke Koalisi 01 lebih ke pertimbangan kebutuhan Koalisi 01, terutama kepentingan Megawati yang selama ini terkungkung oleh banyak jenderal di sekitar Jokowi. Moeldoko, Wiranto, Luhut, Hendrpriyono dll.

Masuknya Prabowo dijadikan alat peredam konflik internal antara mereka, Prabowo di sini dimanfaatkan untuk kepentingan pengamaman politik Megawati cs dari kerasnya rivalitas di dalam 01 yang diisi banyak jenderal di atas.

Sekali lagi, dimanfaatkannya Prabowo untuk kepentingan mereka, konflik antara Mega-Luhut cs, konflik Prabowo-Wiranto cs, konflik Surya Paloh-Mega cs. Itu semua tidak ada kepentingan buat rakyat yang selama ini digembar gemborkan Prabowo, tapi karena Prabowo sudah setuju masuk dalam pusaran itu, resiko menggadaikan idealisme adalah resiko biasa dalam politik.

Semua konflik elit di atas soal power sharing kursi gak ada kaitan sama sekali dengan nasib rakyat, ini hanya soal "art of the deal" antar mereka, yang Prabowo sendiri secara gak langsung sudah setuju "fight" untuk kepentingan Gerindra.

Ingat, Prabowo sebelum pilpres bisa saja ngaku demi rakyat, tapi jangan lupa, Prabowo pasca pilpres adalah milik Gerindra, apa kata Gerindra dia akan lakukan. Bukan apa kata pendukungnya. Itu naif.

Secara hitungan kekuatan, Gerindra saat ini hanya takut sama Golkar. Golkar adalah partai matang dan teruji dalam manuver, Golkar senior Prabowo, Golkar pemilik kursi banyak di Senayan di dalam kubu 01. Gerindra wajib sopan sama Golkar kalau gak mau ditendang keluar koalisi.

Saat ini deal power sharing-nya belum tuntas karena Gerindra masih menunggu lampu hijau dari Golkar-PDIP, kira kira nanti september jatah apa yang akan dikasih ke Gerindra. Nasib Gerindra saat ini ada ditangan Golkar-PDIP.

Berani masuk ke kolam, maka Prabowo harus berani ganti baju Soekarno yang selama ini jadi lambang perlawanan di pilpres lalu ganti batik hijau menghadap Megawati pekan lalu, dia harus berani fokus nasib partainya, abaikan suara oposisi, abaikan hasil pilpres yang curang, berani bermanuver di dalam agar dapat jatah banyak.

Dia dituntut berani memperjuangkan aspirasi kader elit Gerindra dst. Dituntut "bayar keringat" elit Gerindra yang dompetnya sudah tipis selama perjuangan pilpres kemarin, dst. Itulah kira kira nasib Prabowo saat ini sebagai ketua dewan pembina Partai Gerindra.

Karena Prabowo pasca pilpres bukan lagi capres, dia juga bukan lagi pemimpin Koalisi Adil Makmur, dan bukan juga ketua dewan pembina emak emak.

***