Pertemuan PKS dan Nasdem juga seperti menegaskan kemungkinan Nasdem mengusung Anies Baswedan sebagai Capres yang akan datang semakin terbuka lebar.
Melihat foto Presiden PKS Sohibul Iman berpelukan dengan Ketua Umum Nasdem, Surya Paloh, saya teringat Tinky Winky dan Dipsy.
Tubuh Sohibul yang lebih pendek, direngkuh tubuh Paloh yang tinggi besar. Kepalanya rebah di dada Ketua Umum Nasdem itu. Seperti menunjukan kepasrahan. Ujung janggut Paloh yang lebat, menyapu-nyapu pipi Sohibul. Ada kehangatan terasa.
Angin dari air contioner bertiup semriwir. Fotografer mengabadialkan momen indah itu.
"Kakak pertama. Maafkan aku..."
"Adek keempat, kita akan berjuang bersama."
Suara koor di belakangnya terdengar -- "Berpelukaaannn... Cheerrsss."
Itulah pangung politik. Paloh dengan Nasdem sedang membangun koalisi baru setelah hubungan yang dingin dengan Megawati. Sementara PDIP sendiri menjalin hubungan mesra dengan Gerindra. Dalam gerbong koalisi yang dikomandani Megawati, posisi Nasdem seperti digantikan Gerindra.
Entah, apakah kemesraan Gerindra dan PDIP akan mengkrucut sampai 2024 nanti? Kita gak tahu.
Paloh mendekati semua yang jauh dari PDIP. Anies Baswedan diakrabi. Kini PKS juga disambangi. Nasdem malah menggantikan Gerindra dalam pemimpin kawanan di seberang Mega. Seolah Paloh ingin berkata, emang Mega doang yang bisa pemimpin koalisi.
Dengan kata lain, Nasdem dan Gerindra kini lokir. Berganti posisi.
Tapi gak sepenuhnya lokir. Ada tiga kader Nasdem yang menempati posisi kabinet Jokowi. Artinya meskipun sekarang menunjukan sikap gak tertib barisan, Nasdem juga gak berdiri sebagai oposisi murni seperti PKS.
Tapi partai yang gak kebagian jatah bukan hanya PKS. PAN dan Demokrat juga gak kebagian. Herannya kedua partai ini kok, adem. Amien Rais bahkan puasa kritik Jokowi selama enam bulan. Saya heran, kenapa waktunya hanya enam bulan. Bukan 9 bulan 10 hari?
Pertemuan PKS dan Nasdem juga seperti menegaskan kemungkinan Nasdem mengusung Anies Baswedan sebagai Capres yang akan datang semakin terbuka lebar.
Paloh memahami, Anies adalah salah satu nama yang berpotensi maju sebagai Capres 2024. Bisa saja Anies dipasangkan dengan Ridwan Kamil.
Repotnya jika di kubu PDIP, yang didorong maju justru Prabowo berpasangan dengan Puan Maharani.
Jika benar terjadi di Pilpres yang akan datang Anies vs Prabowo, rasa-rasanya Indonesia sedang kena kutuk Nyi Roro Ciblon.
Jika kondisinya begini, banyak Jokower yang akan mendadak diare. Termasuk saya.
"Dari sekarang harus siap oralit, mas," ujar Abu Kumkum.
2024 masih lama Kum. Doain saja, KPK serius bekerja di DKI nanti.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews