Menulis tentang Kivlan

Sekarang, nasi sudah jadi bubur. Bahkan buburnya cenderung mulai basi. Beliau ditinggal sendiri dan tidak ada yang peduli. Termasuk orang yang dulu beliau anggap sebagai teman sejati.

Rabu, 11 September 2019 | 19:19 WIB
0
749
Menulis tentang Kivlan
Kivlan Zen (Foto: Kumparam.com)

Menulis tentang Pak Kivlan, saya harus hati-hati. Saya bersimpati, saya bersama beliau, itu sudah pasti. Beliau itu Jenderal kelahiran Kota Langsa. Kotaku sekarang. Kota kebanggaan beribu kenangan. Kota kelahiran si Anggrek Bulan. Juga tempat lahirnya tiga anak-anakku.

Di Kota ini. Karakter masyarakatnya memang lurus. Tidak neko-neko. Mereka setia kawan. Jujur. Cenderung lugu, mudah percaya sehingga mudah tertipu.

Saya pikir, inilah yang terjadi sekarang. Pak Kivlan dimanfaatkan se-(kelompok) orang dan jadi korban permainan politikus busuk.

Baca Juga: Kivlan dan Teori Agenda Setting

Ketika dulu Pak Kivlan meminta Pak Prabowo untuk "mandito", lebih memilih mendukung yang satu lagi, itu adalah bisikan nurani. Tapi beliau salah memilih kawan. Beliau salah memilih pergaulan. Orang-orang yang sudah tercemar dan "dipelihara" oleh konglomerat cenderung berubah jadi jahat. Waktu itu, andai saya berjumpa dengan Pak Kivlan, saya akan ingatkan beliau agar lebih berhati-hati.

Sekarang, nasi sudah jadi bubur. Bahkan buburnya cenderung mulai basi. Beliau ditinggal sendiri dan tidak ada yang peduli. Termasuk orang yang dulu beliau anggap sebagai teman sejati.

Saya pikir ini adalah pelajaran yang mahal. Bagi Pak Kivlan, bagi saya, dan bagi semua teman-teman. Jangan pernah salah memilih pergaulan. Jangan terlalu frontal melawan kekuasaan. Kecuali sudah siap dengan semua resiko dan segala kemungkinan.

Sudah dua hari ini Kota Langsa turun hujan. Kota kami menangis. Curahan air hujan dari kesedihan Langit Kota kami kemarin jatuh beriringan dengan tetesan air mata Putra terbaiknya di Ruang Sidang Pengadilan.

Tegarlah wahai Putra Langsa. Tegarlah wahai Putra Perantau dari Tanah Minangkabau. Kampung asalmu dan kampung kelahiranmu adalah dua bumi tempat lahirnya para pejuang.

Jangan bersedih. Hapus air matamu. Tegakkan wajahmu. Doa-doa kami menyertaimu dari Kota Langsa Kita yang tercinta.

***