Prabowo Cuma Sekadar Pion?

Narasi yang dikemukakan Prabowo dan kelompoknya masih sama sebagaimana yang ditujukan kepada KPU dan Bawaslu, yaitu adanya kecurangan.

Sabtu, 1 Juni 2019 | 22:18 WIB
4
1904
Prabowo Cuma Sekadar Pion?
Hendardi (Foto: Suaraislam.co)

Sinyalemen mengejutkan datang dari Hendardi.

Ketua Setara Institute itu mengatakan, Prabowo Subianto dalam kasus kerusuhan 21-22 Mei 2019 hanyalah sekadar pion atau sosok yang dipionkan. Ia menyebut, aktor utama atau "mastermind" yang sesungguhnya adalah sejumlah pensiunan tentara dan kelompok radikal.

Pernyataan Hendari kemudian ramai dikutip sejumlah media online, antara lain Beritasatu.com dan Tribunnews.com.

Mengenai pensiunan tentara dan kaum radikalis, Hendardi menjelaskan, kedua kelompok utama ini hanya menunggangi pasangan Calon Presiden-Wakil Presiden Nomor Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Menurut Hendardi, kedua kelompok aktor utama kerusuhan itu beraksi dengan kepentingan masing-masing.

Baca Juga: Apakah Prabowo Mendukung HTI?

Meski tidak menyebut motifnya, sebagaimana yang ramai diberitakan, kelompok pensiunan tentara bermaksud makar alias mengganti pemerintah yang sah dengan Prabowo sebagai "pion"-nya. Sedang kelompok radikal mendompleng Prabowo dengan niat mengganti ideologi Pancasila dengan khilafah, sekaligus menumbangkan Presiden Joko Widodo yang  dinilai telah membubarkan kelompok garis keras, HTI.

Merujuk pada kerusuhan 21-22 Mei itu, menurut Hendardi pula, Prabowo sesungguhnya tidak bisa dikatakan mampu mengendalikan aksi-aksi yang dirancang dua aktor utama aksi tersebut. Bahkan, tidak ada faktor yang bisa menghentikan atau mengendalikan aksi-aksi mereka.

"Karena mereka pada dasarnya punya agenda masing-masing. Prabowo juga tidak. Di tengah-tengah kelompok itu, Prabowo bukan solidarity maker. Prabowo adalah figur elite yang juga sesungguhnya 'dipionkan' sebagai simbol oleh mereka, bahwa ini seakan-akan kontestasi elektoral dalam kerangka demokrasi," kata Hendardi sebagaimana dikutip Beritasatu.com.

Hendardi menilai, skenario utama di balik aksi-aksi para perusuh pada 21-22 Mei lalu adalah memaksakan kemenangan Prabowo-Sandiaga melalui dua saluran utama, yaitu pseudo-yuridis dengan memaksakan kehendak kepada Bawaslu untuk mendiskualifikasi Paslon Jokowi-Ma'ruf dan politik jalanan secara inkonstitusional.

"Mereka memaksakan tindakan rusuh dengan berharap ini akan melahirkan efek domino politik seperti di Suriah. Ada martir yang dikorbankan, harapannya memicu instabilitas politik skala besar, dan diharapkan presiden tidak bisa mengendalikan situasi," kata Hendardi.

Sebagaimana diberitakan, Prabowo-Sandi telah menunjuk 8 pengacara untuk sebuah pertarungan yuridis di Mahkamah Konstitusi. Sejauh ini bukti permulaan "kecurangan" yang disampaikan baru sekadar klipping atau tautan berita online, belum menyertakan klaim berapa suara yang menjadi sengketa atau yang dianggap "dicurangi" pihak lawan itu. 

Menuju jalannya sidang MK, tidak tertutup kemungkinan adanya kekhawatiran meningkatnya ekskalasi meski menurut Hendardi sudah bisa dIantisipasi oleh aparat TNI dan Polri. 

Narasi yang dikemukakan Prabowo dan kelompoknya masih sama sebagaimana yang ditujukan kepada KPU dan Bawaslu, yaitu adanya kecurangan. Di MK ini kecurangan itu harus dibuktikan adanya.

Baca Juga: Kerusuhan 22 Mei, Murni Gerakan Inkonstitusional

Aparat keamanan sendiri sudah menerungku sejumlah pensiunan tentara seperti Kivlan Zen yang mengorbarkan People Power dan Soenarko, mantan Danjen Kopassus yang disangka memiliki senjata secara tidak sah untuk keperluan kerusuhan.

Adapun tokoh sipil yang juga sudah mendekam karena mengobarkan People Power adalah Eggy Sudjana dan Lieus Sungkarisma. Sedang Amin Rais yang juga dianggap sebagai "Bapak People Power" masih bolak-balik diperiksa aparat kepolisian.

Belakangan tersiar kabar Prabowo Subianto melancong ke luar negeri, yaitu ke Wina, Austria. Para petinggi Gerindra bersilang pendapat atas kepergian Prabowo dengan jet pribadinya itu. Satu mengatakan Prabowo sedang berobat karena sakit, lainnya mengatakan Prabowo ada urusan bisnis.

***