Jakarta - Dukungan terhadap penganugerahan gelar Pahlawan Nasional bagi Presiden ke-2 Republik Indonesia, Soeharto, semakin menguat. Dari organisasi keagamaan hingga kalangan akademisi, berbagai elemen masyarakat menilai pengabdian dan jasa besar Soeharto dalam perjuangan serta pembangunan bangsa layak mendapat penghargaan negara tertinggi.
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bidang Keagamaan, Ahmad Fahrur Rozi atau Gus Fahrur, menyatakan dukungannya terhadap usulan Kementerian Sosial yang mengajukan nama Soeharto bersama Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ke Dewan Gelar. Menurutnya, penghargaan tersebut bukan hanya bentuk penghormatan terhadap masa lalu, tetapi juga refleksi atas peran pemimpin yang telah menjaga arah pembangunan nasional.
“Pak Harto berjasa besar dalam stabilisasi nasional dan pembangunan ekonomi. Di masa beliau, Indonesia dikenal dunia sebagai salah satu macan ekonomi baru Asia, dengan program pembangunan yang terencana dan stabilitas ekonomi serta keamanan yang tinggi,” kata Gus Fahrur, Kamis (7/11).
Ia menambahkan, bangsa Indonesia perlu belajar dari perjalanan sejarah, termasuk dari para pemimpin besar yang telah memberikan kontribusi nyata bagi negara. “Kita harus belajar dari masa lalu, baik dari kebaikan maupun kekurangannya, agar dapat membangun masa depan bangsa yang lebih bijak dan berkeadaban,” ujarnya.
Dukungan serupa datang dari Ketua PP Muhammadiyah, Dadang Kahmad, yang menilai Soeharto memiliki jasa besar baik pada masa perjuangan kemerdekaan maupun era pembangunan.
“Kami mendukung Bapak Soeharto sebagai pahlawan nasional karena beliau sangat berjasa kepada Republik Indonesia, sejak masa revolusi kemerdekaan hingga masa pembangunan,” ujar Dadang.
Menurutnya, peran Soeharto dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 menjadi bukti kontribusi pentingnya dalam memperjuangkan kedaulatan Indonesia di mata dunia. Selain itu, ia juga dikenal sebagai arsitek pembangunan nasional melalui program Repelita yang sukses mendorong pertumbuhan ekonomi dan swasembada pangan.
“Keberhasilan swasembada beras pada dekade 1980-an, program Keluarga Berencana, dan terjaganya stabilitas ekonomi serta politik adalah warisan berharga dari masa kepemimpinan beliau,” tambahnya.
Dari kalangan akademisi, Guru Besar Universitas Hasanuddin, Prof. Marsuki, menilai Soeharto sebagai sosok yang memimpin bangsa dengan keteguhan dan visi jangka panjang.
“Selama lebih dari 30 tahun memimpin, Soeharto telah membawa bangsa ini melewati masa-masa sulit. Dengan berbagai pembangunan yang dilakukan, mulai dari swasembada pangan, stabilitas ekonomi, hingga peningkatan kesejahteraan rakyat, beliau sangat layak mendapatkan gelar Pahlawan Nasional,” ungkap Prof. Marsuki.
Sementara itu, Menteri Sosial Saifullah Yusuf memastikan bahwa usulan tersebut telah melalui mekanisme dari bawah dan memenuhi seluruh persyaratan administratif. “Usulan gelar Pahlawan Nasional untuk mantan Presiden Soeharto berasal dari masyarakat dan sudah memenuhi syarat untuk diteruskan ke Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan,” katanya.
Gelombang dukungan yang datang dari berbagai lapisan masyarakat ini menunjukkan adanya kesadaran bersama untuk menghargai jasa para pemimpin bangsa. Pada momentum Hari Pahlawan, masyarakat diajak bersatu memberikan penghormatan kepada Soeharto sebagai bagian dari upaya mengenang tokoh yang telah berperan besar dalam membawa Indonesia menuju era stabilitas dan kemajuan
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews