Jejak-jejak keretakan hubungan Demokrat dan BPN sudah lama terendus. Tepatnya ketika kampanye Akbar di Gelora Bung Karno yang mirip dengan demo 212.
Sebab itulah SBY yang tengah menemani ibu Ani di Singapura, tetap memberikan arahan kepada para kadernya sambil menitipkan kode kepada partai koalisi lainnya.
Apa lacur, kode tersebut ternyata tak digubris dan tidak diindahkan. "Setan Gundul" yang disebut Andi Arief sudah begitu penting dan menjadi kaki tangan Prabowo.
Ada kemungkinan bahwa Prabowo selama ini memang hanya dipasok informasi oleh "Setan Gundul" termasuk quick count 62 persen. Belakangan terkuak ternyata angka tersebut didapatkan bukan dari form C1, melainkan rekap relawan yang dikirimkan hanya melalui sms.
Keretakan hubungan bukan hanya terjadi antara Demokrat dan BPN saja, melainkan juga antara Prabowo dan Sandiaga Uno. Puncaknya saat beberapa kali Sandiaga tidak menghadiri deklarasi kemenangan hingga komentar belakangan ini yang tidak sinkron antara Prabowo dan Sandiaga Uno.
Baca Juga: Menonton Pertarungan Demokrat dengan BPN Prabowo
Keretakan Demokrat dan BPN sejatinya telah terjadi saat SBY menyatakan kurang sependapat dengan gaya-gaya kampanye akbar yang mirip dengan kampanye salah satu partai yaitu PKS. Apalagi nuansa alumni 212 terasa kental di dalamnya. Inilah yang membuat SBY gundah gulana sampai memberikan perhatian langsung dari Singapura.
Apa yang dikhawatirkan SBY ternyata bukan isapan jempol semata. Kini. Ijtima Ulama versi BPN pun digiring untuk mencoba mendelegitimasi KPU. Narasi yang dimainkan cukup mengerikan. Mulai dari people power, kecurangan, racun (dikaitkan dengan kematian ratusan anggota KPPS), dan yang paling hangat adalah tuduhan tendensius penggunaan dana negara untuk kampanye.
Narasi tersebut secara gamblang tidak diterima oleh Demokrat. SBY sudah berkali-kali meminta bahwa jika ada ketidakpuasan terhadap hasil pemilu, ada mekanisme hukum yang bisa ditempuh yaitu melalui MK.
Sayang, beberapa orang tampaknya memang sudah patah arang. Amien Rais, Eggy Sudjana, hingga Kivlan Zein yang diduga disebut-sebut sebagai "seten gundul" oleh Andi Arief justru menempuh jalan inkonstitusional.
Agak lucu memang, ketika mereka menuduh terjadi kecurangan, justru mereka sendiri yang menempuh jalan keluar dari rel yang sudah ditetapkan.
Apapun hasilnya, hubungan Demokrat dan BPN sudah retak, sudah hancur gara-gara isu setan gundul. Apalagi AHY kini sudah mulai merapat ke Istana. Malah digadang-gadang akan menjadi Menpora selanjutnya.
Baca Juga: Kali Ini SBY Benar Jika Tarik Seluruh Kader Demokrat dari BPN!
Tawar menawar politik sepertinya akan makin menarik. PAN juga sudah mulai tutup buku dengan koalisi lama dan ingin merajut kembali hubungan dengan penguasa. Sementara PKS sudah jemawa dengan hasil akhir yang diluar perkiraan. Kini mereka berada di atas angin.
Hanya tinggal Gerindra dan Partai Berkarya yang praktis menjadi gerbong terakhir BPN. Kedua partai inilah yang sering disebut Adian Napitupulu sebagai representasi dari Orde Baru. Karena hampir semua anak-anak Soeharto dan Menantunya ada di dalam gerbong bernama BPN.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews