Sangat tidak patut posisi Jaksa Agung diisi oleh kader partai politik, masih banyak Jaksa Karir yang patut dijadikan sebagai Jaksa Agung, seperti halnya Antasari Azhar,
Memberikan Posisi Jaksa Agung kepada kader Partai politik sebaiknya tidak diulang lagi, Karena rawan vested interest. Cukup Periode yang lalu posisi Jaksa Agung diisi oleh kader partai politik, Periode sekarang ini sebaiknya diberikan kepada Jaksa Profesional.
Bisik-bisik soal posisi Jaksa Agung, memang hampir rerata mencemaskan jika posisi Jaksa Agung diisi oleh kader partai, sama mencemaskan dengan ramainya minat kader Partai mengincar kursi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Apa coba motivasi kader Partai politik mengincar jabatan yang rawan terhadap vested interest. Sebagaimana kita ketahui, tidak ada kader Partai yang bisa bersikap profesional, yang hampir rerata condong mendahukan kepentingan pribadi dan Partai ketimbang kepentingan negara.
Posisi Jaksa Agung berkaitan dengan penegakan hukum, sementara para pelanggar hukum di Pemerintahan hampir rerata pelakunya adalah kader Partai politik. Inikan sangat berbahaya kalau posisi Jaksa Agung masih diisi oleh kader partai.
Tindak kejahatan korupsi pelakunya kebanyakan adalah kader Partai, lantas apa benar Jaksa Agung dari Partai bisa bersikap netral.? Sangat dilematis seorang kader Partai menghadapi kasus tindak kejahatan korupsi yang dilakukan kader Partai politik.
Kalau pelakunya sesama kader satu Partai, tentunya Jaksa Agung akan sangat serba salah untuk memposisikan dirinya, ringan tuntutan akan dicurigai sebagai keberpihakan. Begitu juga jika kejahatan korupsi dilakukan oleh kader lain Partai, berat tuntutan hukuman dianggap ada intervensi.
Baca Juga: Romantisnya Antasari Azhar, Nembak Dua Cowok Sekaligus di Hari Valentine
Memang sangat tidak patut posisi Jaksa Agung diisi oleh kader partai politik, masih banyak Jaksa Karir yang patut dijadikan sebagai Jaksa Agung, seperti halnya Antasari Azhar, kita semua tahu seperti apa karirnya ketika menjadi Jaksa, dan seperti apa beliau ketika menjadi Ketua KPK.
Yang pada akhirnya beliau harus mengalami Kriminalisasi, dan dipenjara atas dasar kesalahan yang tidak bisa dibuktikan. Pemenjaraannya pun dicurigai sarat dengan muatan politik. Secara integritasnya tidak perlu diragukan lagi.
Pak Jokowi, kalau bapak memilih Jaksa Agung, saya nitip Pak Antasari Azhar, semoga pilihan bapak sama dengan pilihan saya. Kalau bapak mau memberantas korupsi, bapak harus pilih Jaksa Agung bukan dari Partai politik, begitu juga untuk Posisi Menteri agama, sebaiknya jangan lagi dari Partai politik.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews