"Karena orang cerdas saja yang masuk surga. Tidak ada orang bodoh dan miskin yang masuk surga," demikian Viktor Laiskodat, Gubernur NTT (Nusa Tenggara Timur) di Hotel Aston Kupang (27/11/2018) sebagaimana diberitakan Kompas.com. Ehm, sudah survei, Pak? Atau sudah pernah kunker ke surga atau neraka?
Tentu saja, jika kita hanya melihat teks itu, bisa salah persepsi. Pastilah konteksnya bertujuan baik, mengajak masyarakat Kupang berjuang mengubah nasib, dengan belajar dan bekerja keras. Apalagi pidato itu dalam kegiatan Learning Event Sumba Iconic Island, yang digelar Hivos (Organisasi bantuan pembangunan) dan Pemprov NTT.
Lagi-lagi itu contoh betapa buruk dan terbatasnya pengetahuan pejabat negeri ini. Asal njeplak dengan idiom yang miskin. Kualitas komunikasi yang buruk, gampang menjadi bias dan mengundang penumpang gelap. Di tengah teknologi komunikasi dan informasi yang menembus batas ruang dan waktu, Laiskodat bukan contoh pejabat yang baik.
Menurut Laiskodat, kalau sudah bodoh dan miskin, tentu akan memberatkan diri sendiri, memberatkan lingkungannya, memberatkan keluarganya, memberatkan negaranya dan memberatkan Tuhan. Makanya, hanya manusia cerdas yang bisa masuk surga.
Bayangkan, Laiskodat tahu, manusia bodoh dan miskin akan memberatkan Tuhan. So, karena Tuhan keberatan, dimasukkanlah manusia itu ke neraka? Sekiranya Laiskodat sudah mendapat amanat dari Tuhan, kenapa tak langsung diubah saja manusia bodoh dan miskin di NTT itu menjadi sebaliknya?
Demikianlah jika agama dibawa-bawa untuk urusan publik. Bukankah ini pelecehan dan penistaan agama secara terselubung? Geng Prabowo bilang yang milih Jokowi masuk neraka, kemudian dibalas geng Jokowi; milih pertahana masuk sorga. Mana yang bener? Atau masing-masing pihak punya sorga-neraka sendiri-sendiri?
Sedahsyat apa doa pendukung Manchester United dengan Manchester City ketika tarung? Terus, apa urusan Tuhan memenangkan salah satunya? Disuruh nungguin skor selama 90 menit? Kalau draw bagaimana? Kan mencapekkan yang nunggu?
Bagaimana tanggapan kita, Polisi Syariah memperkosa napi di penjara syariah? Itu oknum, atau agama yang tak bisa menemukan sistem dan mekanisme pengawasan otomatis, sebagaimana Tuhan bekerja secara “otomatis”?
Sekiranya Tuhan segampang itu, ngapain anak-anak disuruh makan sekolahan? Kenapa tak minta tolong Tuhan mengubah seketika, Indonesia menjadi lebih baik?
Kini malah pemerintah (setidaknya via Kejaksaan Tinggi) DKI Jakarta, memunculkan aplikasi Smart Pakem. Untuk mengadu-domba antaranggota masyarakat, agar saling tuding dengan alasan berbeda keyakinan?
Buat apa bikin negara dengan trias politika, jika penindasan pada minoritas justru atas fasilitas negara? Buat apa bikin Undang-undang jika hanya melegalkan ketidakadilan sejak aturannya?
Jika saya boleh berdoa; Ya, Tuhan, masukkanlah orang-orang bodoh dan miskin, kelak, ke sorgamu. Karena manusia-manusia yang buruk telah memasukkannya ke dalam neraka penindasan!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews