Puan tidak anti kritik, inilah yang harus diuji bukan dipuji. Inilah yang masih perlu dibuktikan sebelum mengumbar berbagai pujian.
Beruntunglah Puan menjadi anak Megawati Soekarno Putri, karena itulah Puan menjadi pusat perhatian. Dalam politik tidak perlu prestasi untuk mendapatkan sebuah jabatan, cukup dengan pengaruh kekuasaan.
Puan begitu dipuji, karena seperti kakeknya yang menjadi Presiden pertama Republik Indonesia, begitu juga ibunya, seorang perempuan yang pertama menjadi Presiden Republik Indonesia, dan Puan menjadi perempuan pertama menjadi Ketua DPR RI.
Puan dari "Trah" yang Serba pertama, itulah yang membuat Puan harus dipuji. Padahal untuk menjadi Ketua DPR bukanlah sebab itu. Bisa jadi ini hanya sebuah kebetulan yang disengaja.
Puan jangan dulu dipuji, karena Puan masih harus diuji. Tidak mudah menjadi Ketua Dewan Terhormat, dijabatan Menteri pun Puan tidak meninggalkan Legacy.
Ujian yang akan dihadapi Puan cukup berat. Meskipun Puan pernah cukup lama menjadi Anggota Dewan. Puan harus mampu mengubah citra lembaga legislatif yang anggotanya seperti "jamaah tarawih".
Masih mending jamaah tarawih, pada tarawih pertama penuh mesjidnya. Sementara Anggota dewan, baru saja satu hari dilantik, sidang Paripurna pertama cuma dihadiri setengah dari jumlah anggota.
Kalau sidang Paripurna pertama saja daftar kehadirannya sudah seperti itu, bisa kita bayangkan seperti apa saat sidang Paripurna terakhir nantinya, seperti sebelumnya selalu seperti itu.
Puan terlalu dini untuk dipuji, Puan belum menorehkan prestasi. Puan belum bisa hilangkan citranya sebagai anak mami. Lebih baik kritisi kinerja Puan daripada sekedar memuji, agar Puan bisa lebih kuat dan Mandiri.
Kita cenderung berlebih-lebihan dalam memuji, juga berlebih-lebihan jika membenci. Makanya ada istilah "lebay" karena serba berlebih-lebihan dalam semua hal.
Ketua DPR itu bukan sekedar jabatan politis. Belum ada dalam sejarah di Republik ini Ketua DPR punya peranan penting dalam mengubah wajah lembaga legislatif tersebut.
Ketua DPR itu hanya representasi dari Partai politik, sama sekali tidak mewakili kepentingan rakyat. Inilah Pekerja berat Ketua DPR dimasa Pemerintahan Jokowi. Apa lagi Ketua DPR mewakili Partai pengusung Jokowi.
Rakyat semakin cerdas berpolitik, semakin melek politik. Oligarki kekuasaan yang dibangun Partai politik bukanlah demi kepentingan rakyat.
Sejak lama rakyat hanya menjadi produk dagangan politik, yang dimanfaatkan dimusim kampanye, dan dilepehin sesudah Kampanye berakhir.
Eforia politik tidak pernah menyentuh kepentingan masyarakat secara substantif. Sebagai penggembira, masyarakat cukup menikmati itu, meskipun tidak memperbaiki keadaan hidup.
Sudahlah, jangan terlalu memuji Puan. Puan manusia biasa yang punya kelebihan dan kekurangan. Jangan mempertahankan hal yang sudah menjadi kebiasaan, sekarang memuji, setalahnya mencaci-maki.
Puan tidak anti kritik, inilah yang harus diuji bukan dipuji. Inilah yang masih perlu dibuktikan sebelum mengumbar berbagai pujian.
Kita sebagai masyarakat juga harus bisa membuang kebiasaan buruk. Mudah memuji juga mudah mencaci-maki. Memuji berlebih-lebihan, membenci apalagi.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews