Sudah Saatnya Negara Membangun Istana Negara, Bukan Peninggalan Belanda

Mudah-mudahan pemindahan Ibu Kota bisa terlaksana tidak hanya sebatas wacana dan kajian dan minim implementasi.

Kamis, 2 Mei 2019 | 23:15 WIB
0
420
Sudah Saatnya Negara Membangun Istana Negara, Bukan Peninggalan Belanda
Istana Merdeka (Foto: BeritaSatu.com)

Dalam sidang kabinet-presiden Jokowi memutuskan untuk memindahkan Ibu Kota ke luar pulau Jawa. Tentu keputusan ini termasuk keputusan yang berani. Karena selama ini isu pemindahan Ibu Kota hanya sebatas rumor dan sekedar wacana atau rencana yang tidak pernah ada kejelasannya.

Sebenarnya keinginan memindahkan Ibu Kota sudah ada sejak era presiden pertama yaitu Bung Karno. Pada waktu itu Bung Karno ingin memindahkan Ibu Kota ke Palangka Raya, Kalimantan. Tentu Bung Karno mempunyai pertimbangan sendiri, karena Bung Karno juga seorang arsitek.

Semenjak Indonesia merdeka sampai saat ini, sebenarnya negara kita belum pernah membangun Istana Negara. Yang ada selama ini adalah gedung gubernuran zaman Belanda yang dialihfungsikan menjadi Istana Negara. Seperti Istana Negara Merdeka di Jakarta, Istana Bogor dan Istana Cipanas. Istana-istana ini dibangun oleh kolonial Belanda dan dimanfaatkan sebagai Istana Negara.

Negara atau masyarakat kita memang terkenanal suka barang bekas atau lungsuran. Pandai memanfatkan yang sudah ada. Dari pada membeli atau membangun lebih baik memanfaatkan yang sudah ada. Inilah mental masyarakat kita sampai saat ini.

Memang, banyak bangunan-bangunan peninggalan Belanda yang dimanfatkan untuk perkatoran bank atau sebagai kantor pemerintahan. Bahkan kwalitas bangunan dan arsiteknya tidak kalah dengan bangunan baru.

Jalur rel kereta api sekarang juga peninggalan Belanda. Bahkan jalur rel kereta api zaman Belanda lebih panjang dibanding jalur rel kereta api sekarang.Karena banyak yang tidak difungsikan dan jalur-jalur itu sudah berpindah tangan ke pihak swasta.Atau relnya sudah hilang entah ke mana.

Seandainya Belanda tidak meninggalkan jalur rel kereta api, tidak menutup kemungkinan sampai sekarang negara kita belum tentu mempunyai jalur rel kereta api.

Terkait pemindahan Ibu Kota pasti akan menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat. Dan itu biasa atau wajar. Masyarakat kita terkenal kontra atau menolak setiap akan dibangun suatu proyek negara.

Baca Juga: Tentang Pindah Ibukota RI

Pada zaman Bung Karno yang terkenal dengan "proyek mercusuar". Masyarakat pada waktu itu menolak dengan alasan masih banyak rakyat kelaparan dan ketimpangan. Dari pada membangun proyek mercusuar lebih baik untuk mengurusi rakyat atau masyarakat yang kelaparan. Begitu kata yang kontra dengan proyek mercusuar Bung Karno.

Tapi menurut Bung Karno suatu negara atau bangsa perlu simbol-simbol yang bisa menjadi suatu kebanggan dan harga diri suatu negara atau bangsa.

Salah satu proyek mercusuar itu adalah Stadion Gelora Bung Karno. Seandainya Bung Karno tidak membangun stadion waktu itu,bisa jadi sampai sekarang negara kita tidak mempunyai stadion yang bertaraf internasional.

Taman Mini Indonesia Indah juga sama. Dibangun era presiden Soeharto. Waktu itu juga banyak penolakan dan kontra, bahkan banyak di demo oleh mahasiswa,seniman dan aktifis. Karena dianggap merusak lingkungan dan menghabiskan anggaran.

Tapi sekarang TMII menjadi tempat rekreasi masyarakat untuk sekedar melepas penat dari macetnya Ibu Kota.

Masyarakat kita sering ribut diawal pembangunan suatu proyek negara tetapi akan mudah kagum dan memuji setelah proyek itu selesai atau sudah berfungsi.Sebagai contoh MRT atau Moda Transportasi Terpadu yang sekarang masyarakat pada bangga dan kagum dengan dibangunya MRT di Jakarta. Padahal termasuk terlambat atau telat dalam pembangunannya.

Pemindahan Ibu Kota juga bukan sebagai solusi mengatasi kemacetan di Jakarta. Tetapi pemindahan Ibu Kota untuk memisahkan pusat ekonomi atau bisnis dengan pusat pemetintahan.

Dalam filosofi lebah madu, kalau ratu lebah dipindahkan, maka para lebah pekerja juga akan mengikuti kemana ratu lebah itu pindah.

Jadi sudah sepatutnya dan sepantasnya negara kita membangun Istana Negara atau Ibu Kota sendiri. Dengan melibatkan anak-anak arsitek dalam negeri karena mereka juga mempunyai kemampuan itu.

Mudah-mudahan pemindahan Ibu Kota bisa terlaksana tidak hanya sebatas wacana dan kajian dan minim implementasi.

***