Pak Amien begitu sapaannya, kritikus sejati era orde baru, dan tercatat sebagai intelektual berpengaruh penerjemah buku Ali Syari'ati seorang intelektual Syiah yang berjudul Tugas Cendekiawan Muslim. Tokoh reformasi yang tak kenal surut, dan tak lekang oleh zaman.
Kiprah Pak Amien untuk bangsa ini bisa dikatakan cukup besar, sumbangsih dan pemikiran yang terus dieksplor semakin luas, bahkan Pak Amien mencoba mereinkarnasi dirinya menjadi Amien "Pahlawan Reformasi" yang usang, namun langkahnya kini belum memuaskan.
Kenapa belum memuaskan? Karena di kedua organisasi kebesarannya pengaruhnya sudah mulai hilang. Meski di luar sana, kaum jamaah Monas Tahunan masih menokohkannya, sebagai Ulama dan Tokoh Bangsa, begitulah sosok Pak Amien yang mungkin orang sudah mulai bosan dengan langkahnya.
PAN adalah satu-satunya partai yang lahir dari Tanwir Muhammadiyah pada Mei 1998 di Semarang. Partai ini punya kedekatan ideologis dan kultur yang lekat dengan Islam Reformis dalam konteks ini Muhammadiyah, deklaratornya juga cukup banyak bahkan tokoh-tokoh penting seperti Goenawan Mohammad (Tokoh JIL), Rizal Ramli, Emil Salim, Faisal Basri, A.M. Fatwa, dan lain sebagainya.
Partai berlogo Matahari tak lepas dari simbol Muhammadiyah yang berbentuk Matahari juga, dikenal "Sang Surya" dalam lagu Mars Muhammadiyah, kira-kira liriknya seperti ini;
"Sang Surya Tetap Bersinar
Syahadat Dua Melingkar
Warna Yang Hijau Berseri
Membuatku Rela Hati"
Dua organisasi ini, turut mengantarkan Pak Amien sebagai Tokoh Bangsa yang sangat dikenal oleh seluruh Masyarakat Indonesia, bahkan namanya tak kalah hebat dibanding kawan sebayanya Megawati dan Gus Dur, seperti yang sering dinyanyikan oleh pengamen Jogja di Bus-bus umum, penggalan liriknya seperti ini;
"Imamnya siapa? Bapak Abdurrahman Wahid
Baca do'a siapa? Bapak Amien Rais
Yang bikin tumpeng siapa? Ibu Megawati,
Itulah namanya hidangan elit politik yang sedang menciptakan gemah ripah loh jinawi"
Semua fenomena yang terjadi saat ini adalah "Hidangan Politik" itu saja, wacana dan narasi yang dibangun memang macam-macam. Namun, hidangan itu tentunya ada yang enak, lezat, sehat, dan ada yang beracun, bikin sekarat. Kamu mau pilih yang mana? Konten fakta, optimisme, dan kritik yang membangun, atau pilih hoax, fitnah, dan adu domba.
Para elit semuanya menyediakan hidangan itu, salah satunya Pak Amien. Sayangnya hidangan Pak Amien banyak yang nolak sih, kata Buya "Tak Usah dengar Amien Rais", kata Pak Haedar "Muhammadiyah akan tetap berdiri di khittahnya", meskipun kata Pak Amien "Saya Jewer".
Pertama, kelumpuhan pengaruh Pak Amien di Muhammadiyah terlihat ketika jagoannya Ahmad Fanani kalah di Mukhtamar Pemuda Muhammadiyah November lalu, yang digadang-gadang seperti Dahnil Anzar yang sering teriak kritik Jokowi.
Kelumpuhan kedua, ketika beberapa kader PAN di daerah terutama Dewan Pimpinan Wilayah menaruh dukungan hati kepada pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin, seperti yang terjadi di Kalimantan Selatan dan Sumatera Selatan, dan belum wilayah dan cabang-cabang lainnya, dan menurut beberapa survei, PAN adalah salah satu partai paling rendah mengkampanyekan calon Predidennya.
Apakah ini karena pengaruh Pak Amien yang mulai hilang atau karena Pak Zulkifli Hasan yang kurang menindak kadernya?
Boleh jadi, karena manuver Pak Amien yang bikin ilfil masyarakat atau karena otoritas Pak Amien di PAN lebih superior dari pada besannya itu Pak Zulkifli Hasan. Boleh juga, karena Pak Jokowi terlalu kuat.
Hehehe...
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews