Tempo gagal membobongi rakyat yang telah paham dengan cara-cara culas Tempo dalam mengolah opini seolah fakta dan peristiwa. Hingga upaya pembusukan Tempo terhadap PDIP pun gagal total.
Tempo gencar menghantam PDIP. Publik pun paham sejak 2018 Tempo sudah berubah marwah. Total Tempo menempatkan diri menjadi media pesanan. Karena majalah ini menjadi corong kepentingan. Dengan kemasan jurnalisme investigatif ciamik masa lalu, Tempo memainkan jurusnya.
Posisi Tempo yang selalu menyembunyikan sumber berita, dan mengolah imajinasi menjadi seolah data, membuatnya seolah memiliki sumber kredibel. Keterlibatan Juliari Batubara dalam kasus Bansos, dijadikan sebagai starting point untuk menyerang PDIP. Yang pada titik kulminasinya bertujuan untuk menjungkalkan Presiden Jokowi. Karena Tempo berpikir bahwa PDIP adalah kekuatan utama pendukung Jokowi.
Posisi Tempo sejak Pilpres 2019 telah menunjukkan kebencian sepenuhnya terhadap Presiden Jokowi. Cover Pinokio Tempo menjadi contoh pembusukan terhadap Jokowi. Juga terkait KPK, Tempo berdiri di sisi Novel Baswedan – sang penjaga Anies Baswedan.
Keterkaitan posisi partisan Tempo menyebabkan Tempo tidak akan pernah mengusik Anies Baswedan, termasuk soal setoran duit ratusan miliar untuk Formula-E. Belum lagi dugaan soal Bansos DKI Jakarta. Bahkan penggunaan uang Covid-19 senilai Rp9 triliun oleh Anies tidak pernah jelas, juga tidak diberitakan oleh Tempo.
Sebaliknya, setitik noktah Jokowi akan dijadikan pintu untuk menyerang Pemerintahan Jokowi. Bahkan konflik internal Partai Demokrat pun Tempo giring seolah menjadi masalah Jokowi, caranya dengan membusukkan Moeldoko.
Itulah Tempo. Dendam kesumat para bohir alias oposan Jokowi yang gagal membangun sentimen negatif terhadap pemerintahan Jokowi melalui opini liar Tempo dilanjutkan hingga sekarang. Tempo adalah alat bagi mereka.
Serangan akhir Tempo dalam upaya membusukkan PDIP dengan menyeret para pentolan seperti Herman Hery adalah upaya sistematis untuk menghancurkan kredibilitas Herman Hery. Bukan hanya Herman Hery, Tempo pun secara jelas menyeret seolah ada keterlibatan petinggi PDIP, yang disebut Tempo sebagai Madam yang jelas mengarah ke Puan Maharani.
Tempo berusaha menggiring opini agar publik melihat PDIP sebagai partai yang tidak layak untuk didukung. Seluruh strategi dan upaya Tempo lakukan, termasuk mengundang Herman Hery dan mewawancarai aparat hukum. Namun semua narasumber disimpan oleh Tempo. Publik dibodohi oleh Tempo yang membuat narasi sesuai dengan imajinasi Tempo, yang dikemas dengan jurnalisme pesanan.
Upaya Tempo melakukan pembusukan terhadap PDIP gagal total. Hasil survei terakhir tentang elektabilitas partai politik menunjukkan PDIP tetap sebagai parpol teratas. Survei Parameter Politik menunjukkan bahwa PDI Perjuangan tetap memiliki elektabilitas tertinggi dibanding partai politik lainnya yaitu 25,1 persen.
"PDIP sementara masih menjadi partai dengan elektabilitas tertinggi 25,1 persen disusul Golkar dengan 11,2 persen dan Gerindra 10,9 persen," demikian data rilis survei Parameter Politik, Senin (22/2/2021).
Baca Juga: Majalah Tempo dan Teka-teki Sang "Madam"
Lembaga survei lain juga menempatkan PDIP sebagai partai yang dipilih oleh rakyat. Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis hasil yang sama, yakni menempatkan PDIP sebagai partai teratas dengan 20,1%.
“PDIP 20,1%, Gerindra (11%), Golkar (8,3%), PKS (6,8%), PKB (6,7%), Demokrat (4%), Nasdem (2,5%), PAN (2,5%), PPP (1,5),” kata Djayadi Hanan, Direktur Eksekutif LSI, di Jakarta, Senin (22/2/2021).
Hasil survei Lembaga Survei Indometer menunjukkan elektabilitas PDIP masih teratas yakni 22,3 persen jauh mengungguli Gerindra 13,5 persen dan Golkar 8,3 persen. Termasuk hasil survei Litbang Kompas pun masih menempatkan PDIP sebagai partai yang paling dipilih oleh rakyat.
Dengan demikian hasil survei di tengah gempuran Tempo yang membuat opini liar tak berdasar lewat pembusukan kader dan pimpinan PDIP oleh Tempo tidak membuahkan hasil. Tempo justru di mata rakyat menjadi media pesanan.
Tempo gagal membobongi rakyat yang telah paham dengan cara-cara culas Tempo dalam mengolah opini seolah fakta dan peristiwa. Hingga upaya pembusukan Tempo terhadap PDIP pun gagal total.
Ninoy Karundeng
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews