Pembuatan dan penyebaran info Hoax kelihatannya memang dilakukan dengan sadar dan sengaja. Hoax, kejahatan yang Terstruktur, bahkan sistematis. Ini terlihat dari isi konten yang terlihat rapi, memiliki nilai kejutan. Sistematis karena pola penyebarannya serentak, seperti ada yang mengorkestrasi.
Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto pernah mengatakan, hoax dibuat orang pandai yang jahat dan disebarkan orang bodoh yang baik. Pas banget dengan keadaan kekinian saat konstelasi politik memanas. Linimasa medsos dan percakapan WA jadi media andalan pesebaran hoax.
Hoax ada sudah sejak lama dan di tahun politik kian memanas dan menggila. Dulu dianggap kampanye hitam, yaitu info yang isinya menjelek-jelekan lawan. Terkadang dibuat pihak sendiri untuk menarik simpati masyarakat.
Hal yang sama juga terjadi pada masa sekarang. Info hoax saya curigai dibuat sendiri dengan tujuan yang sama, menarik simpati masyarakat. Ini bisa terlihat pada pola yang dilakukan khususnya kubu Cawapres 02.
Mengapa harus selalu "menuding" kubu 02? Sebab, selama ini belum terdengar kubu sebelahnya, yaitu kubu 01, berperkara atau diperkarakan karena hoax dan ujaran kebencian. Mayoritas ya kubu 02, mau di apa?
Kasus yang masih ramai diperbincankan adalah isu 7 kontainer surat suara yang sudah dicoblos. Ada info suara tersebar di grup-grup WA, lalu diviralkan cuitan Andi Arief di twitter. Kalau Andi Arief si politikus Demokrat itu orang pandai yang baik, mengapa harus menanyakan dan minta KPU menyelidiki lewat media social (Twitter)?
Saya nggak percaya politikus sekelas Andi Arief nggak punya akses langsung ke KPU, Bawaslu dan ke kepolisian. Ini memang ciri khas penebar hoax, seolah-olah infor itu benar dan orang lain yang minta membuktikannya. Ini sama saja seperti orang melempar isu Andi Arief itu masih suka pake popok, lalu orang itu meminta Andi Arief membuktikannya.
Kalau Andi Arief orang pandai yang baik, seharusnya sampaikan langsung info yang didapat kepada lembaga yang seharusnya. Tapi niatnya memang tidak baik, sekaligus ingin memviralkan dan mengkondisikan KPU, Bawaslu dan Kepolisian sebagai institusi yang kurang baik kinerjanya.
Mengapa saya katakan niatnya tidak baik, karena sampai sekarang tidak berani menginformasikan sumber awal info tersebut. Lalu Andi Arief mengaku cuitan di twitternya terhapus di saat tersebar akan dicari para penyebar Hoax, setelah KPU, Bawaslu dan Kepolisian mengecek ke Tanjung Priok dan tidak ditemukan apa yang diisyukan.
Tidak ada politikus paling pengecut selain menghapus sendiri cuitan hoax-nya yang sudah viral. Kalau benar, mengapa harus menghapus jejak digitalnya di saat orang-orang dengan mudah merekam jejak digitalnya itu.
Saya ini penggiat media social. Twitter itu tidak seperti WA. Di mana kebanyakan pesan akan membuat kinerja gadget lemot, maka pesan-pesan secara kontinyu emang harus di hapus dengan sengaja. Cuitan di twitter nggak perlu dihapus. Jadi kalau kehapus tidak sengaja, aneh. Apa yang ditekan oleh Andi Anrief sampai cuitanya terhapus?
Niatnya memang ingin memviralkan, menimbulkan kehebohan dan keramaian untuk sesuatu yang nggak penting. Pengalhian isu? Bisa jadi karena saat itu ada Permintaan tes mengaji, acara debat capres-cawapres dan sosialisasi misi, visi.
Ketika isu 7 kontainer surat suara terbukti hoax, tersebar isu Capres 01 minta kisi-kisi debat capres. Hingga ada ejekan, debat capres bukan ujian yang perlu kisi-kisi. Tahu-tahu yang minta kisi-kisi justru dari capres 02.
Hoax yang disengaja, sangat berbahaya. Jangan sampai negara hancur karena hoax.
Yuk stop hoax dengan tidak menyebarluaskan.
Yuk awan hoax dan junjung tinggi kebenaran.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews