Buruh dan sejumlah elemen masyarakat akan menggelar demonstrasi pada 21 Mei 2022. Masyarakat perlu mewaspadai demo tersebut karena rentan untuk ditunggangi oleh aksi provokator seperti kelompok Anarko sehingga dapat memicu aksi anarkis.
Direncanakan keolompok buruh akan mengadakan aksi unjuk rasa pada tanggal 21 Mei 2022 nanti. Menyikapinya, masyarakat tentu akan jengkel terhadap aksi demo yang berjilid-jilid tersebut. Pertama, saat ini Indonesia masih dalam masa pandemi, sehingga riskan untuk terbentuk klaster Corona baru.
Kedua, demo sudah terlalu sering sehingga membuat kemacetan di jalanan. Sedangkan yang terakhir, takut ada penyusup yang sengaja memanaskan wilayah demo lalu membuat kerusuhan yang berakibat fatal bagi masyarakat.
Penyusup memang patut diwaspadai karena bisa membuat suasana demo makin panas dan berujung kerusuhan. Apalagi tema demo kali ini cukup berat yakni diwarnai dengan isu pemakzulan Presiden. Masyarakat pun heran karena buat apa buruh berunjuk rasa seperti ini? Padahal Presiden Jokowi masih sangat dicintai oleh rakyat, dari Sabang sampai Merauke.
Pernyataan Irjen Dedi Prasetyo, Kepala Divisi Humas Polri yang menyatakan bahwa jangan sampai aksi buruh dimanfaatkan oleh oknum tertentu dan disusupi oleh kelompok-kelompok yang tidak bertanggungjawab patut dicermati. Oleh sebab itu, Koordinator lapangan diharapkan dapat berkoordinasi dengan pimpinan pengamanan di lapangan.
Para pendemo harus menghargai masyarakat yang sedang berkendara di jalanan. Seluruh pihak harus menjaga situasi agar tetap tertib dan aman. Dalam artian, saat demo berlangsung, masyarakat sipil dan pendemo sendiri diharap untuk membantu aparat dalam menjaga kondusivitas demo.
Demo saat pandemi Covid-19 sebenarnya patut ditentang karena rentan meningkatkan kluster Covid-19, hal ini mengingat tidak ada tempat yang bebas dari Covid-19. Namun buruh tetap saja ngotot dan menyelenggarakan unjuk rasa sampai berkali-kali. Aksi demo buruh yang berulang tersebut rentan disusupi kelompok anarko yang cenderung akan memprovokasi mereka agar melakukan tindakan anarki.
Provokator adalah penyusup yang wajib diwaspadai karena mereka akan memanaskan suasana dan memantik emosi para pendemo.
Apalagi tema unjuk rasa buruh kali ini amat sensitif yakni pemakzulan presiden. Bisa jadi provokator berpikir akan skenario pemanasan demo dan para buruh akan kalap dan menduduki gedung MPR RI, seperti yang terjadi pada tahun 1998 lalu.
Masyarakat wajib mewaspadai manuver provokator agar tidak membuat para pendemo makin emosi lalu melakukan tindakan anarki dan pendudukan gedung MPR RI. Buruh wajib tahu diri dan menyelidiki apakah yang berteriak-teriak adalah buruh atau provokator yang menyamar. Jangan sampai gara-gara ulah provokator semuanya jadi tidak terkendali.
Provokator yang menyusup ke arena demo memang harus diwaspadai karena takut akan membuat demo makin panas. Unjuk rasa bisa berubah jadi kerusuhan dan membuat masyarakat takut, serta muncul anggapan bahwa Jakarta akan mencekam pada tanggal 21 Mei 2022.
Kerusuhan juga biasanya dilakukan oleh anarko yang menyusup ke arena demo. Kelompok yang suka membuat kekacauan ini dibayar oleh oknum lalu ikut-ikutan berunjuk rasa. Namun di tengah demo mereka melakukan berbagai tindakan kekerasan, mulai dari pembakaran ban sampai perusakan fasilitas umum. Anarko juga wajib diwaspadai karena bisa jadi mereka nekat mencuri barang-barang milik masyarakat.
Demo buruh tanggal 21 Mei 2022 mendatang sebaiknya dibatalkan saja karena kemungkinan besar akan disusupi oleh pihak-pihak tak bertanggungjawab. Selain itu, siapa saja bisa menyusup ke arena demo, termasuk penjahat yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan.
Masyarakat dan para buruh wajib mewaspadai kedatangan penyusup saat unjuk rasa tanggal 21 Mei 2022 mendatang. Penyebabnya karena massa yang datang ada banyak sekali dan tidak mungkin diperiksa satu persatu. Buruh diminta bersikap rasional dan tidak terprovokasi untuk melakukan demonstrasi.
Deka Prawira, Penulis adalah kontributor Nusa Bangsa institute
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews