Tuhan menutup mulut Zon dengan tangan-tangan Tuhan, dengan mulut-mulut Kebenaran. Jokowi diminta membangun Istana Kepresidenan di Tanah Papua.
Top. Perkataan adalah doa. Itu yang diinginkan Fadli Zon agar Jokowi berkantor di Papua. Nah, tokoh-tokoh adat Papua meminta Jokowi untuk membangun Istana Kepresidenan di Papua, di Jayapura. Tujuannya adalah agar Jokowi kalau berkantor di Bumi Papua, sudah ada Istana Kepresidenan. Mantap.
“Membangun Istana Presiden RI di Papua, di Ibu Kota Provinsi Papua, di Kota Jayapura,” kata Abisai Rollo, Ketua Rombongan Tokoh-tokoh Papua, di Istana Kepresidenan, Jakarta (10/9/2019.
Istana yang akan dibangun Jokowi pun harus mencerminkan nilai dan budaya Papua. Di Istana Kepresidenan yang luas itu bisa dihiasi satwa asli Papua seperti kanguru pohon, kijang, rusa, burung merak, burung cendrawasih, dan lain-lain. Juga kawasan hijau seperti Kebun Raya yang indah. Itu akan menjadi kebanggan bagi rakyat Papua.
Permintaan tokoh Papua itu menunjukkan bukan hanya Papua sebagai bagian NKRI, namun juga terkait dengan kecintaan masyarakat Papua kepada Indonesia. Khusus untuk Jokowi, warga Papua paham betul ketulusan Jokowi membangun Papua. Jokowi membangun Papua dengan cinta dan ketulusan.
Pembangunan Istana Kepresidenan RI di Papua juga bermakna khusus. Itu untuk menunjukkan Indonesia bagian integral dari NKRI. Ini juga penting karena wilayah Papua begitu luas. Papua juga menjadi daerah paling jauh dari NKRI.
Baca Juga: Tahun Depan Istana Presiden Mulai Dibangun di Papua
Itulah kehendak Tuhan. Tidak ada yang menyangka bahwa pertemuan para tokoh asal Papua akan mengusulkan dan mengajukan permintaan untuk membangun Istana Kepresidenan di Papua. Ini permohonan yang harus disambut dengan sangat baik oleh Jokowi.
Bagi masyarakat Papua, permintaan itu menunjukkan mereka menghargai dan menghormati Presiden RI. Mereka tahu Istana Kepresidenan ada di beberapa tempat seperti Tampaksiring, Cipanas, Bogor, Yogyakarta, dan Istana Bung Hatta di Bukittinggi. Maka menjadi suatu kehormatan bagi rakyat Papua dan Indonesia untuk membangun satu lagi Istana Kepresidenan di Papua.
Sekaligus, Fadli Zon yang nyinyir tentang Papua kena skak mat. Fadli Zon ini sebagai politikus – meskipun para politikus adalah para dramawan, pemain sirkus, yang tak jarang membohongi publik – namun cara berpolitik Zon ini saya rasa menyakitkan hati Jokowi. Pun Jokowi juga manusia biasa.
Maka, dalam konsep agama apa pun, yang teraniaya akan berjaya pada akhirnya. Mau bukti? Jokowi diejek oleh Bibit Waluyo, dibilang ‘bodoh’. Jokowi sabar.
Pada 2014, Fadli Zon ‘nyemoni’ atau nyinyirin Jokowi dengan sebutan ‘Boneka” dan “Raisopopo’. Jawaban Jokowi: “Rapopo”.
Alhasil, Jokowi jadi Presiden RI. Junjungan Fadli Zon kalah di Pilpres 2014. Sejak saat itu ejekan dan hoaks menyebar, dengan Fadli Zon sebagai bagian yang suka meng-endorse sindirian, nyinyiran, ejekan, seperti kasus Ratna Sarumpaet dan kalangan eks kampret – sekarang berubah jadi kadal gurun.
Hasilnya? Jokowi yang sering diejek ditinggikan oleh Tuhan. Jokowi menang lagi. Fadli Zon dan junjungannya tetap di bawah ketiak kekuasaan Jokowi lima tahun lagi 2019-2024. Mau tak mau. Bahkan ketika Gerindra menjadi bagian dari Koalisi Jokowi, Zon tetap di bawah ketiak kekuasaan Jokowi.
Kini, Tuhan menutup mulut Zon dengan tangan-tangan Tuhan, dengan mulut-mulut Kebenaran. Jokowi diminta membangun Istana Kepresidenan di Tanah Papua. Tanah yang diberkati. Satu dan lain hal karena doa dari mulut manusia semacam Fadli Zon, yang Tuhan mengubah cacian dan nyinyiran menjadi kehormatan bagi Jokowi. Jokowi harus membangun Istana Kepresidenan RI di Papua!
Ninoy N Karundeng, penulis
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews