Jurus Kepiting Jokowi

Jurus mawut yang maut Jokowi ialah ketika memakai jurus kepiting, ngelmu sapit urang. Bukan untuk mematikan, tapi merangkul semua pihak untuk bergotong royong.

Jumat, 3 Mei 2019 | 09:39 WIB
0
556
Jurus Kepiting Jokowi
Presiden Joko WIdodo dan Agus Harimurti Yudhoyono (Foto: Kompas.id)

Apa saja katamu, pada faktanya, de jure dan de facto, Joko Widodo, adalah Presiden Republik Indonesia 2014 – 2019. Dalam Pilpres 2014, ia mengalahkan tentara pecatan Prabowo Subianto.

Dalam Pilpres 2019, lagi-lagi berhadapan Jokowi dengan Prabowo. Hasil quick-count, situng real-count KPU, serta rekapitulasi berjenjang di KPU, semua menjelaskan arah kemenangan Jokowi. Amien Rais yang selalu diberi petunjuk salah, kembali mengatakan Prabowo yang menang. Jokowi akan dibuat seperti bebek lumpuh, dari sejak 17 April ssampai dengan saat pelantikan Presiden 2019–2024.

Percaya Amien Rais? Amien Rais saja tak percaya dirinya sendiri! Atau kita mau lebih dungu dari RG? Percayakah kita dengan yang mengaku ulama dan kemarin ber-ijtima? Mereka sendiri nggak percaya dengan suara mereka.

Baca Juga: Jokowi, President All People

Kalau mereka punya power, ngapain minta KPU tak menyiarkan situng real-count ke publik? Ngapain minta KPU mendiskualifikasi paslon-capres 01? Cilakaknya, pernyataan mereka dijawab komisioner KPU dan Bawaslu, yang tak tunduk pada Capres 01 maupun 02, apalagi pihak-pihak tak jelas posisi hukumnya.

Imam Besar mereka? Besar mulut belaka. Bilang pemilu curang tapi ngeklaim menang. Iki piye? Ngomongin bangsa dan negara model anak kecil tantrum. Mengaku keturunan Nabi, tapi ijin tinggal di tanah suci bermasalah. Sementara kelas followernya, kayak Martak, Slamet, Tengku, Sobri, apalagi Eggy, suaranya hanya keras karena pakai TOA. Otak dan hatinya adakah dalam suaranya?

Sama sekali tak sebanding dengan Jokowi. Jokowi sangat powerfull. Jokowi bukan politikus sekedar. Lihat dengan jujur; pikiran, ucapan dan tindakannya.

Ia perlahan menunjukkan kelas kenegarawanan. Para ketua umum partai politik, masih acap dibuat geleng kepala oleh Jokowi. Pribadi yang mandiri, karena tak punya pretensi dan tendensi pribadi. Teguh, tak bisa disetir. Yang mengatakan Jokowi boneka partai, nggak ngerti praksis politik, apalagi teori atau ilmunya.

Jika hari-hari ini kita melihat kecenderungan ketum PAN, juga undangan Jokowi pada AHY, itu menunjukkan bagaimana posisi tawar Jokowi. Ia tahu cara mengendalikan permainan yang sedang dilangsungkan. Jurus mawut (yang maut dari) Jokowi, ialah ketika memakai jurus kepiting, ngelmu sapit urang. Bukan untuk mematikan, tapi merangkul semua pihak untuk bergotong royong.

Sayangnya, pola pikir kita terpolarisasi, tak bisa menangkap pesan-pesan simbolik Jokowi. Para ahli tafsir tarafnya baru soal tarif. “Tidak akan terjadi hari kiamat sampai ilmu menjadi suatu bentuk kejahilan dan kejahilan itu sebagai bentuk ilmu,” tulis Ibnu Rajab al Hambali menceritakan yang disampaikan Asy Sya’bi. Hal itu dinyatakan karena, “Ini semua termasuk terbaliknya gambaran kebenaran (kenyataan) di akhir zaman, dan terbaliknya semua urusan”.

Dalam bahasa Umar Bin Khattab, mereka ialah yang munafik tapi berilmu.

***