Rakyat Ingin Tenang dan Damai Serta Mendukung Hasil Pemilu Yang Konstitusional

Para elit politik termasuk capres dan para timsesnya diminta untuk mencontoh sikap rakyat di akar rumput yang cenderung lebih legowo menerima hasil Pilpres meski jagoannya kalah.

Jumat, 17 Mei 2019 | 20:58 WIB
0
504
Rakyat Ingin Tenang dan Damai Serta Mendukung Hasil Pemilu Yang Konstitusional
Ilustrasi rakyat damai (Foto: Brilio.net)

Berdasarkan survey Kompas: 92,5 % rakyat menerima hasil pemilu meskipun capres yang didukungnya kalah, Pascapemilu 2019 yang diselenggarakan cukup sukses pada 17 April lalu, jagat media sosial warga Indonesia dipenuhi berita dan info hoaks yang cukup menyedihkan. Mulai dari tuduhan curangnya lembaga survei yang melakukan quick count, Prabowo dan pendukungnya yang buru-buru deklarasi kemenangan berkali-kali.

Padahal, di semua hasil quick count kalah, yaitu hanya dapat 45% suara, sementara lawannya 55% (selama sejarah republik, tidak pernah ada pemenang yang berbeda dari hasil quick count) hingga tuduhan serius bahwa KPU curang serta meralat angka kemenangannya dari 62 % ke 54 %, hal ini menjadi sebuah tontonan dagelan yang memuakan.

Para elit cenderung mempertontonkan sikap yang kekanak-kanakan, tidak menerima kekalahan alias tidak legowo dalam menyikapi hasil Pilpres. Menariknya, Survei Litbang Kompas pada 24-25 April (persis setelah Pilpres selesai) menunjukkan hasil bahwa rakyat sebagai pemilih justru lebih legowo menerima hasil pemilu dibanding capres dan tim suksesnya.

Bagaimana itu bisa terjadi? Karena Rakyat Ingin Tenang dan Damai Serta tertib asas dengan Mendukung Hasil Pemilu Yang Konstitusional. Rakyat tidak mau terprovokasi oleh agenda-agenda jalanan yang ingin memecah belah bangsa dan merusak demokrasi yang telah disepakati.

Hasil survei Litbang Kompas menunjukkan bahwa 92,5% responden (pemilih) menyatakan menerima hasil pemilu yang akan diumumkan KPU pada 22 Mei 2019 meski capres/cawapres yang didukungnya dinyatakan kalah. Hanya 0,6% responden yang menyatakan tidak terima dan siap berdemonstrasi dan 2,6% responden mendukung calonnya menggugat ke MK.

Artinya, mayoritas rakyat Indonesia masih cinta damai dan bersikap dewasa dalam berpolitik, jauh dibandingkan para elit politik yang justru menyeru dan mengadu rakyatnya dengan sebutan "people power", nyatanya pemilihnya menerima saja kok.

Mayoritas rakyat di akar rumput merasa legowo meskipun jagoannya kalah tidak lepas dari kepercayaannya terhadap KPU sebagai penyelenggara pemilu. Sebanyak 82,4% responden menyatakan percaya terhadap hasil perhitungan resmi KPU yang akan diumumkan pada 22 Mei 2019 nanti. Jadi, para elit politik yang berusaha menggiring opini bahwa KPU curang sungguh amoral dan melawan kehendak rakyat!

Para elit politik khususnya di lingkaran terdekat kubu BPN semestinya mampu belajar dari para pendukungnya sendiri. Dalam survei ini, 95% responden menyatakan akan tetap mendukung program dan jalan pemerintahan selanjutnya meskipun capres yang didukung kalah. Sebanyak 58,6% responden pun mengaku akan menyambung kembali tali silaturahim yang sempat rusak karena perbedaan pilihan selama masa kampanye pilpres. Masyarakat Indonesia nyatanya cinta damai.

Baca Juga: Parodi Pilpres, Ramai-ramai Akali Suara Rakyat

Satu-satunya yang dianggap responden sebagai permasalahan dalam Pemilu 2019 yang dilakukan secara serentak (DPR-DPD-Presiden) ini adalah penghitungan surat suara yang banyak jenisnya memakan waktu banyak sehingga melelahkan petugas. Sebanyak 32,9% menilai masalah itu mengganjal Pemilu 2019 karena juga memakan banyak korban (200 lebih jiwa penyelenggara). Sementara itu, sisanya adalah persoalan teknis seperti terlalu banyak surat yang harus dicoblos (ada 5 surat) 29,4% responden.

Sekali lagi, para elit politik termasuk capres dan para timsesnya diminta untuk mencontoh sikap rakyat di akar rumput yang cenderung lebih legowo menerima hasil Pilpres meski jagoannya kalah. Memang, para timses dan elit yang kalah pasti akan sulit menerima kenyataan karena ia otomatis kehilangan mimpi untuk mendapat kue kekuasaan seperti menteri atau jabatan politik lainnya.

Akan tetapi, ingatlah, 81% suara rakyat Indonesia tidaklah sedikit, (bahkan lebih besar dibanding Pilpres 2014 yang hanya 69% tingkat partisipasinya) telah memilih seorang pemimpin. Jika kalian tidak legowo menerima hasil, berarti kalian benar-benar mengkhianati suara rakyat, termasuk suara para pendukungmu sendiri yang sudah legowo menerima hasil Pemilu, apa pun itu hasilnya. Mari jaga kewarasan dan kedamaian di bumi Indonesia.

***