Kita boleh benci dan tidak suka dengan individu tokok politik atau siapapun, tetapi kebenaran suatu informasi atau berita harus tetap dikedepankan atau dijunjung tinggi.
Beberapa hari lalu ada berita yang beredar yang menyebutkan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri sakit, bahkan koma. Saking masifnya berita itu di medsos memaksa Megawati memberikan konferensi pers bahwa dirinya sehat-sehat saja dan tidak seperti berita yang beredar.
Konferensi pers tersebut diadakan supaya berita terkait kesehatannya tidak menjadi liar.
Yang menarik, yang ikut menyebarkan berita hoax tersebut adalah Hersubeno Arief yang konon seorang jurnalis senior.
Dalam akun Youtube-nya, Hersubeno mengatakan, ia mendapat informasi dari seorang dokter kalau Megawati sakit dan koma. Yang bersangkutan juga menyakinkan kalau informasi itu 1000% valid. Artinya valid berarti informasi tersebut sudah dikonfirmasi layaknya berita atau produk jurnalistik.
Tetapi apa faktanya? Berita yang ia sebarkan lewat konten Youtube ternyata tidak valid alias hoax.
Dan pihak jajaran DPP PDIP ingin melaporkan yang bersangkutan ke pihak berwajib atau Polda Metro Jaya.
Apa tanggapan Hersubeno ketika dirinya akan dilaporkan ke Polda Metro Jaya oleh jajaran DPP PDIP?
Ia berkilah bahwa konten dalam Youtube-nya adalah produk jurnalistik dan tidak bisa dibawa ke ranah hukum atau dilaporkan ke polisi. Ia berdalih harusnya lapor ke Dewan Pers.
Bagaimana bisa seorang yang konon jurnalis senior mengaku mendapatkan infromasi yang 1000% valid ternyata hanya pepesan kosong dan masih berdalih bahwa konten itu produk jurnalistik?
Jelas Hersubeno membuat berita hoax atau tidak benar kepada Megawati, lantas ketika berita atau konten itu tidak benar, ia berdalih itu produk jurnalistik dan minta Dewan Pers tempat mediasi.
Jangan sampai Dewan Pers menjadi tempat berlindung jurnalis yang tidak kompeten dan sengaja menyebarkan berita yang tidak benar dengan mengaku mendapat sumber informasi yang valid.
Apakah di era medsos sekarang ini para jurnalis masih mengedapankan kroscek terhadap suatu informasi yang ia dapat?
Apalagi era medsos mengedepankan kecepatan berita tayang dibanding berita yang akurat dan memenuhi produk jurnalistik. Sepertinya ada sebagian jurnalis yang menganut faham "unggah dulu berita urusan belakangan". Kalau cara-cara ini yang dilakukan tentu akan merugikan pihak lain yang jadi korban berita yang dibuatnya.
Atau para jurnalis merasa karena ada Dewan Pers dan tidak bisa dipidanakan sehingga menganggap enteng bikin konten yang tidak benar.
Apakah konten Youtube termasuk produk jurnalistik?
Kita boleh benci dan tidak suka dengan individu tokok politik atau siapapun, tetapi kebenaran suatu informasi atau berita harus tetap dikedepankan atau dijunjung tinggi.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews