"Bohong kok minta dipilih dua kali"
Demikian salah satu bagian pernyataan Titiek Soeharto di depan peserta temu relawan lintas ormas pendukung Prabowo-Sandiaga Uno di Kota Cilegon, Banten, (sumber).
Titiek Soeharto, putri mendiang mantan Presiden Soeharto, dan juga mantan istri Prabowo--sang Capres 2019-- pada kesempatan itu berbicara soal kebijakan impor pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla. Dia mengulas janji Jokowi-JK 3 tahun lalu bahwa akan swasembada padi, jagung, dan kedelai. Namun sampai kini belum tercapai.
Ada tiga pertanyaan bisa muncul terkait pernyataan Titiek Soeharto tersebut. Pertama, mengapa Titiek Soeharto berkata "Jokowi bohong?" Bisa jadi karena dia pendukung Prabowo yang mantan suaminya. Kalau dia pendukung Jokowi-Amin Ma'ruf tentu tak akan terucap pernyataan seperti itu.
Kedua, apakah Titiek Soeharto sedang ingin menyenangkan hati Prabowo? Bisa "ya" , bisa "tidak". Dia memang pendukung Prabowo untuk jadi presiden. Soal apakah Prabowo jadi senang mendengar pernyataan mantan istrinya, belum ada beritanya.
Kalaupun diduga Prabowo jadi senang, belum bisa dipastikan Prabowo akan mengungkapkannya di depan orang banyak, yang didasarkan berbagai pertimbangan, misalnya; Prabowo malu mengungkapkan rasa senangnya. Dia kuatir wajahnya tersipu-sipu dan merah merona seperti kepiting rebus sehingga sulit fokus menjawab pertanyaan lanjutan dari wartawan yang seringkali kritis dan nakal.
Kalau tidak fokus bisa menyebabkan salah menjawab atau keseleo lidah, akibatnya dia bisa dibully publik. Belum lama ini dia mengatakan soal "Tampang Boyolali" yang katanya cuma bermaksud bercanda. Tapi publik jadi ramai membicarakannya. Banyak yang protes dan unjuk rasa. Nah, soal rasa senang tadi, misalkan Prabowo sampai keseleo lidah terucap perkataan "Tampang Titiek", maka publik bisa jadi ramai lagi. Energi publik dan partai pun terkuras untuk hal-hal yang tidak substansif terkait kampanye dan niat membangun negeri ini.
Kemungkinan lain, bagi Prabowo rasa senang itu tak penting diungkapkan secara verbal di depan publik. Jadi cukup dia simpan di dalam hati karena hal itu bersifat pribadi. Sangat manusiawi, walaupun Prabowo konon disebut jenderal pemberani. Tapi untuk urusan mengungkapkan perasaan senang tak perlu secara berani.
Semua dugaan kemungkinan alasan tersebut adalah hak Prabowo dan Titiek Soeharto. Hanya mereka berdua yang tahu. Publik tidak wajib meminta konfirmasi mereka.
Ketiga, apakah Titiek Soeharto sedang kangen? Ini pertanyaan sensitif. Emang kangen apaan?
Bila pernyataan "Jokowi bohong, kok minta dipilih dua kali" dikaitkan dengan dugaan adanya keinginan Titiek Soeharto menyenangkan hati Prabowo karena dia kangen, maka itu tidak bisa dijelaskan di sini. Itu semua hak privacy Titiek Soeharto dan Prabowo sendiri. Publik harus bisa menghargai hal privacy orang lain, bukan?
Tapi bila kangen Titiek Soeharto merupakan kangen era pemerintahan ayahnya dahulu, maka bisa ditelusuri lebih lanjut dari pernyataannya saat pertemuan dengan para relawan lintas ormas pendukung Prabowo-Sandiaga Uno di Kota Cilegon tersebut, dan di berbagai momen lainnya.
Ternyata memang ada keinginan Titiek Soeharto agar Indonesia kembali ke era Orde Baru semasa Soeharto berkuasa. Saat dengan sistem politik yang otoriter, Indonesia sempat swasembada pangan. Saat itu Indonesia mendapat penghargaan dan dikenal dunia. (baca sumber).
Tak jauh berbeda, Sandiaga Uno, sang calon wakil presiden kubu Prabowo ---saat ditemui di Blok M Square, Jakarta Selatan, Kamis (15/11/2018). Dia juga akan mengadopsi konsep Orde Baru untuk ketahanan pangan dan energi. (sumber)
Jadi kangen Titiek Soeharto pada Orde Baru Era Soeharto sejalan dengan keinginan Sandiaga Uno, artinya kubu Prabowo akan membawa masa Orde Baru ke dalam masa kekinian Indonesia. Konsep mereka itu tidak bisa disalahkan. Kubu Prabowo punya hak politik untuk mengadopsi konsep apapun sejauh itu niatnya baik.
Indonesia masa orde baru dengan Indonesia masa kini jelas jauh berbeda, khususnya terkait sistem politik. Dahulu politik dijalankan secara otoriter dengan dukungan kuat dari militer, sementara era sekarang politik bersifat demokratis yang menghargai hak-hak rakyat. Segala hal bersifat terbuka (transparan) dibandingkan masa Orde Baru.
Dahulu, untuk menjalankan program pemerintah, rakyat harus tunduk dan ditekan. Misalnya untuk pembebasan lahan proyek, harga ditentukan pemerintah secara sepihak. Seringkali harga tidak sebanding dengan harga pasar atau ketentuan pajak---atas nama proyek nasional. Bila ada rakyat yang membangkang maka akan dicap PKI dan bisa dijebloskan ke penjara.
Soal kangan Titiek Soeharto pada Orde Baru wajar saja. Dan wajar pula bila dia kangen era kepemimpinan ayahnya dahulu selama 32 tahun. Sebagai seorang anak yang baik dan berbakti pada oranmg tua, dia tentu membanggakan karya-karya ayahnya.
Yang namanya kangen era masa lalu, tentu konteksnya masa lalu. Sebab akibat adanya momen yang jadi kenangan itu adalah sebuah konteks masa lalu.
Soal era Orde Baru itu cocok atau tidak dengan kondisi sosial politik Indonesia masa kini akan ditentukan oleh rakyat secara demokratis dalam pilpres 2019 nanti.
Dalam pertemuannya dengan para relawan, Titiek Soeharto berpesan agar dalam mengampanyekan Prabowo-Sandi tidak usah menjelek-jelekkan kubu Jokowi-Ma'ruf Amin. Demikian juga dengan artikel ini dan para pembaca yang budiman jangan menjelek-jelekan Titiek Soeharto dan Prabowo.
Kalau kemudian ada yang bilang Pebrianov itu jelek, itu aku sih rapopo....
----
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews