Penerbitan Buku Jelang Kongres HMI, antara Tradisi dan Citra

Di tahun kongres, kita menanti bagaimana para kandidat ketua umum menyiapkan komunikasi “politik”, pada saat yang sama meneruskan gagasan yang didambakannya ketika memimpin HMI.

Selasa, 16 Februari 2021 | 11:39 WIB
0
174
Penerbitan Buku Jelang Kongres HMI, antara Tradisi dan Citra
Kongres XXX Ambon 2008 (www.fajar.co.id)

“Kalau sudah ada bedah buku, itu tanda-tanda Kongres HMI akan dilaksanakan”, begitu guyon saya ketika melihat poster bedah buku salah satu kandidat ketua umum PB HMI.

Dalam ruang yang berbeda, saya bertanya ke kandidat ketua umum PB HMI yang sudah mendaftar. “Bedah bukunya kapan?” ketik saya.

Kawan dalam ruang kelompok percakapan menimpalinya “susahmi dibedakan juga sekarang mana yang tulus dan mana yang pencitraan”.

Walau tak sepenuhnya tepat, juga tidak keliru sama sekali. Bedah buku menjadi barang langka di HMI kini. Sementara Ketika bedah buku, kadang sarat dengan citra untuk kepentingan politik di kongres.

Bahkan, usai Kongres Ambon 2018, justru PB HMI terjebak pada kepengurusan ganda. Dimana semasa jelang Pleno I, justru diwarnai dengan pembentukan kepengurusan sandingan dipimpin Arya Kharisma.

Kepengurusan Arya Kharisma kemudian dalam proses melaksanakan Kongres HMI di Surabaya. Direncanakan jadwal pelaksanaan 12 Maret 2021, dengan kesiapan sudah melakukan koordinasi dengan Gubernur Jawa Timur, dan juga Walikota Surabaya.

Pesan Cak Anas, terkait dengan kongres diantaranya dua hal. Pertama, Kongres yang sehat adalah ramuan yang adil antara pertemuan kader, gagasan, semangat, idealisme, komitmen serta tentu saja politik. Selanjutnya, Sukses Kongres ditandai produksi gagasan segar, penguatan idealisme perjuangan dan lahirnya kepemimpinan yang cakap dan membawa harapan.

Dalam pesan yang ditulis tangan jelang Kongres XXX Ambon 2008, Cak Anas menuliskan pesan selamat berkongres. Selengkapnya 7 catatan menyambut pembukaan kongres yang dibuka Presiden RI Joko Widodo di Universitas Pattimura.

Kita menengok sejenak, potret kongres di masa lalu sekaitan dengan penerbitan buku. Kongres XXI Yogyakarta 1997, menjadi kongres pertama ketika berstatus kader HMI. Sebelumnya, Kongres XIX Surabaya 1995, dilaksanakan pada bulan Januari. Dimana saat itu masih duduk di kelas terakhir SMA.

Menjelang Kongres Yogyakarta, Cak Anas menerbitkan buku berjudul “Menuju Masyarakat Madani - Pilar dan Agenda Pembaruan” Anas Urbaningrum (1997), Jakarta: Yarsif Watampone.

Sembilan tahun setelah itu, Kongres XXV Makassar 2006 yang disertai sebagai Wakil Sekretaris Umum Panitia Nasional Kongres.

Sebelum tiba di arena kongres yang berlangsung di asrama haji Sudiang, menyertai dua bedah buku di Jakarta.

Bedah buku pertama bertempat di kantin Universitas Indonesia, Salemba. Ditulis Sidrah, Ketua Bidang Hubungan Internasional, bidang yang sama dimana saya ditempatkan sebagai departemen.

Sidratahta Mukhtar (2006), “HMI & Kekuasaan”, Surabaya: Prestasi Pustaka Publisher. Merupakan konversi dari tesis yang ditulis Sidra semasa menyelesaikan Pendidikan magister di Universitas Nasional.

Buku kedua, Syamsuddin Rajab & Ade Reza Hariyadi (2006) berjudul “GMNI dan HMI dalam Politik Kekuasaan” Jakarta Timur : PT. Nagakusuma Media Kreatif.

Syamsuddin Rajab yang akrab dipanggil Olleng, bersama-sama dengan Sidrah kemudian menjadi kandidat ketua umum di kongres Makassar. Diakhiri dengan terpilihnya Fajar R Zulkarnain.

Buku, bolehjadi merupakan sarana dialog bagi kader-kader HMI jelang kongres. Ini menjadi tradisi yang memungkinkan produksi keilmuan sekaligus gagasan, sebagaimana pesan Cak Anas.

Di akhir tahun 2020, berjumpa dengan kawan sealmamater di pesantren. Beliau menghadiahkan sebuah buku yang berjudul “HMI, Civil Society & Hegemoni Politik di Indonesia”. Taufan Ihsan Tuarita (2019), Yogyakarta: Penerbit Kutub.

Pada persiapan kongres yang akan datang, Namanya tertera sebagai salah satu kandidat ketua umum dimana PB HMI sementara membuka pendaftaran untuk seleksi kandidat.

Walau, buku tulisan Tuarita (2019) bukanlah diterbitkan jelang kongres. Sebagaimana buku Cak Anas, Sidrah, dan Olleng.

Baca Juga: NDP, Pandangan dan Aktualisasi Keagamaan HMI terhadap Dunia, Saatnya Direvisi?

Gagasan dan keilmuan yang dijadikan diskusi merupakan bagian dalam kesuksesan kongres. Produksi gagasan, dan diseminasi dua hal yang saling melengkapi.

Di tahun kongres, kita menanti bagaimana para kandidat ketua umum menyiapkan komunikasi “politik”, pada saat yang sama meneruskan gagasan yang didambakannya ketika memimpin HMI.

Sekaligus, tidak saja semasa jelang kongres. Sama pentingnya, setelah kongres-pun tetap ada produksi gagasan dalam kerangka tata kelola pengetahuan organisasi.

***