Beberapa WNI pada awal tahun 2011 pergi ke luar negeri dengan berbagai tujuan, namun hal itu hanyalah kamuflase belaka, ternyata tujuan mereka adalah untuk menuju Suriah dan tergabung dalam kelompok ISIS, ada yang ikut terjun langsung sebagai kombatan, namun ada juga yang menyumbangkan keahliannya dalam mendukung ISIS, seperti merakit bom, medis dan lain–lain.
Namun ternyata ada fakta ironi bahwa ada perempuan yang datang untuk “menyumbangkan” tubuhnya sebagai objek pemuas nafsu pasukan ISIS, bahkan adapula pejabat yang rela menjual harta benda dan menggadaikan kariernya untuk bergabung dengan ISIS, tak tanggung – tanggung mereka mengajak serta anak dan isterinya yang masih balita menuju daerah yang sedang berkonflik.
Gelombang kepergian WNI untuk bergabung dengan ISIS di awal tahun 2011 dan 2014 ternyata semakin meningkat seiring dengan kemajuan pasukan ISIS dalam memperluas wilayah aneksasi di Irak dan Suriah, bahkan pasukannya sudah menguasai Mosul, Kota kedua terbesar di Irak, serta menguasai bendungan terbesar di Irak.
Dengan pesatnya perkembangan tersebut penguasaan wilayah di Irak dan Suriah, semakin menarik para petualang untuk ikut bergabung dalam pasukan ISIS, termasuk dari Indonesia.
Khusus dari Indonesia yang tergabung dengan ISIS merupakan WNI dari berbagai kalangan, usia dan jenis kelamin, namun seiring dengan pesatnya kemajuan di medan peperangan dengan mencakup wilayah yang luas, ditambah pula dengan kemunduran dan kekalahan pasukannya di medan peperangan juga sangatlah cepat, sehingga tentara ISIS dinyatakan kalah di Irak dan Suriah.
Salah seorang perwira polisi sempat menuturkan, bahwa agar dapat pergi ke Suriah, mereka rela mengorbankan harta benda mereka agar tujuan ‘hijrah’ ke Suriah tercapai. Tidak hanya menjual motor atau mobil, namun juga rumah, tanah atau sawah.
Sebut Saja Ririn asal Lamongan yang menghilang dari rumahnya bersama tujuh anaknya. Ia dan anaknya merupakan bagian dari 16 orang yang ditangkap polisi Turki saat berada di dekat perbatasan Turki – Suriah.
Dirinya menjual rumahnya yang beralamat di Kecamatan Paciran, Lamongan Jawa Timur. Diduga biaya penjualan rumahnya tersebut ia gunakan untuk ongkos pergi ke Suriah. Sementara Achsanul Huda telah dikabarkan tewas di Suriah.
Beberapa mantan kombatan yang masih tersisa termasuk pemimpinnya Abu Bakar Al – Baghdadi lari mencari keselamatan masing – masing, termasuk pasukan ISIS yang berasal dari Indonesia yang ingin menyelamatkan diri dari kejaran Pasukan ISIS maupun koalisi Pimpinan Amerika. Diantaranya juga ada yang ingin kembali ke Indonesia.
Mantan Kombatan ISIS yang dari Indonesia, mereka telah melepaskan kewarganegaraannya karena secara terang – terangan menjadi Tentara ISIS, kemudian mereka menganut faham khilafah, mereka tidak mengakui Indonesia sebagai negaranya, tapi telah berbaiat kepada ISIS, serta menganggap Abu Bakar Al–Bagdadi sebagai khalifah dan Imam, hal tersebut jelas bertentangan dengan Pancasila dan Undang– undang Dasar bahwa WNI dilarang menjadi Tentara untuk Negara lain, jika hal tersebut dilakukan maka yang bersangkutan dianggap telah melepaskan kewarganegaraan Indonesia-nya.
Baca Juga: WNI Mantan ISIS Tak Perlu Pulang Ke Indonesia
Mereka tentu telah menjadi orang asing yang juga dipertanyakan “kepantasannya” untuk kembali menjadi WNI, bagaimana mereka akan menjadi WNI yang baik kalau dalam benak mereka tidak menganut ideologi Pancasila.
Jika mereka para WNI telah dengan sadar ingin pergi ke Suriah, maka hal itu artinya ia telah mengesampingkan Pancasila, sehingga tidak perlu lagi kembali ke Indonesia. Apalagi jika mereka memiliki faham bahwa seseorang yang dianggap kafir harus dibunuh.
Apabila paham itu masih ada di benak mereka, silakan saja, asal jangan di Indonesia dan tak perlu kembali ke Indonesia yang memiliki berbagai keragaman Suku, Budaya dan Agama.
Dalam menyikapi hal ini tentu kita harus meyakini, bahwa untuk meraih surga tidak harus pergi ke Suriah, negara Indonesia saja masih banyak masalah, untuk apa mengurusi negara lain.
Sebelumnya Menko Polhukam Wiranto sempat mengatakan, kepergian WNI tersebut terbang ke Suriah dan bergabung dengan ISIS karena berharap mendapat kehidupan lebih baik. Menurut informasi yang ia terima para WNI yang pergi ke Suriah tersebut diiming–imingi gaji besar dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik menurut syariah Islam.
Tidak perlu menunggu lama, impian tersebut akhirnya sirna saat mereka sampai disana karena apa yang mereka bayangkan bukanlah apa yang mereka terima.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews