Demi syahwat politik sanggup melakukan apa saja, bahkan menganggap musuh dan lawan bangsanya sendiri.
Perubahan secara ideologis sebuah partai memang sangat tergantung pada pola pikir awak yang ada dalam sebuah partai. Dewasa ini partai politik berubah haluan, dari pencetak kader pemimpin menjadi pencetak broker perdagangan.
Semua sumbangsih bermuatan pamrih dan untung rugi, bahkan untuk kepentingan negara dan bangsa pun masih menghitung untung ruginya. Kedepan, kalau pola pikir ini tidak berubah, maka krisis kepemimpinan akan terus terjadi.
Pada setiap perhelatan kontestasi politik, banyak partai malah mencomot calon pemimpin dari luar partainya, karena masyarakat sudah semakin cerdas dan melek politik, sangat sadar dalam memilih seorang calon pemimpin.
Masyarakat sudah memiliki formula dalam melihat kriteria seorang pemimpin yang handal, sementara mindset partai politik masih berorientasi kepada kepentingan partai, bukan pada kepentingan masyarakat.
Partai politik semakin tidak diminati masyarakat, pada waktunya partai akan menemukan ajalnya. Lunturnya rasa nasionalisme dikalangan politisi partai dikarenakan orientasi politik yang salah. Ego sektoral pemimpin partai mendominasi kader partai politik.
Partai tidak lagi melahirkan kader pemimpin yang potensial, kalau pun masih ada, namun tetap akan dikebiri oleh kepentingan partai. Banyak pemimpin yang dimunculkan partai politik, di tengah jalan membelot karena perbedaan haluan.
Politik transaksional lahir dari mentalitas pebisnis, yang cuma berorientasi pada untung rugi, yang tidak pernah melihat kepentingan yang lebih besar dalam pengelolaan negara. Padahal, tujuan partai lahir, adalah untuk terlibat secara politik dalam penyelenggaraan negara.
Tidak aneh kalau partai politik didominasi para pebisnis, karena mereka adalah pemilik modal, sementara partai kebutuhan hidupnya dibiayai dengan ongkos politik yang sangat mahal. Penempatan kader partai di pemerintahan, adalah salah satu jalur pendanaan partai.
Ongkos politik yang mahal, membuat para pemimpin partai kalap, sehingga dengan berbagai cara pun dihalalkan, agar partai tetap terus berdiri. Banyak kader partai yang pada akhirnya terlibat kasus korupsi, partai pun siap membentengi mereka, kalaupun dihukum, maka diupayakan dihukum seringan-ringannya.
Jadi kalau sudah seperti itu keadaannya, bayangan tentang idealnya sebuah negara, dengan mentalitas penyelenggara negaranya seperti itu, hanya tinggal mimpi, kalau pun muncul kepermukaaan pemimpin yang ideal dimata masyarakat, akan dijegal agar tidak mengganggu kenyamanan mereka yang memang tidak menginginkan perubahan.
Banyak sekali diksi yang digunakan untuk meyakinkan masyarakat, yang sudah kehilangan kepercayaan terhadap partai politik. Kata atas nama kepentingan rakyat, demi bangsa dan negara, hanya menjadi produk dagangan dalam aktivitas politik.
Demi syahwat politik sanggup melakukan apa saja, bahkan menganggap musuh dan lawan bangsanya sendiri. Tidak lagi melihat kepentingan bersama yang lebih besar, yang ada dalam benak mereka hanya kepentingan partai, kelompok dan kepentingan pribadi.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews