Koalisi setengah hati yang dilakukan Partai Demokrat memang sudah terlihat jauh sebelum hari pencoblosan, pada masa menjelang kampanye.
Ciaaat!
Dunia kang-ouw menjadi gempar ketika Sun Go Kong si kera mabuk menggebrak gelanggang persilatan dengan jurus mabuknya. “Setan gundul!” ucap si kera mabuk. Dan para pendekar yang tengah bertanding di gelanggang persilatan pun tertegun. Beberapa pendekar bahkan ada yang merasa kebakaran jenggot disindir sebagai “Setan gundul!”.
Peristiwa hangat termutakhir soal Setan Gundul di persilatan politik Pilpres 2019 mengingatkan kemunculan si kera mabuk di dunia kang-ouw dalam kisah cerita silat. Perhatikan ucapan, pendekar politik Partai Demokrat Andi Arief ini, dalam cuitannya di twitter-nya pagi-pagi hari Senin 6 Mei 2019:
“Dalam koalisi adil makmur ada Gerindra, Demokrat, PKS, PAN, Berkarya, dan rakyat. Dalam perjalanannya muncul elemen setan gundul yang tidak rasional, mendominasi dan cilakanya Pak Prabowo mensubordinasikan dirinya. Setan Gundul ini yang memasok kesesatan menang 62 persen,” cuit Andi Arief.
Gubraaak! Kubu paslon Capres Cawapres 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mendadak sontak terkejut, dan terbakar dengan cuitan “si kera sakti” dari Partai Demokrat ini. Ini bukan baru sekali, Andi Arief pakai “jurus mabuk” yang memancing kontroversi meluas. Sebelum itu, pertengahan Agustus 2018, Andi Arief jadi sorotan dunia politik setelah ucapan dalam twit nya yang menyebut Prabowo “jendral kardus”...
Cuitan Setan Gundul Andi Arief kali ini ditujukan pada orang di sekitar paslon Capres Prabowo Subianto yang membisikkan kemenangan 62 persen -- yang menjadi dasar deklarasi kemenangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno serta deklarasi “presiden dan wakil presiden dari seluruh rakyat Indonesia” di rumah Prabowo, di Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru Jakarta Selatan Kamis (18/April/2019) -- satu hari setelah hari coblosan Pileg dan Pilpres 2019.
“Jika Pak Prabowo lebih memilih mensubordinasikan koalisi dengan kelompok setan gundul, Partai Demokrat akan memilih jalan sendiri yang tidak khianati rakyat,” kata Andi Arief, Wakil Sekjen Partai Demokrat ini dalam twitter resminya hari Senin itu. Cuitan Andi ini dibagikannya kepada sejumlah wartawan.
Geger soal cuitan Setan Gundul Andi Arief ini, merupakan sinyalemen terkuat akan adanya perpecahan antara Partai Demokrat yang juga anggota Koalisi Adil Makmur, koalisinya paslon Capres Cawapres Prabowo-Sandi, setelah kunjungan Komandan Kogasma Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ke Istana pasca coblosan Pilpres. AHY bertemu empat mata dengan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo. AHY yang datang dengan mobil berpelat nomor B 2024 AHY ini mengaku ke istana karena diundang Presiden Jokowi. Kunjungan AHY ini diduga kuat menjadi alasan batalnya Prabowo Subianto mengunjungan Ny Ani Yudhoyono yang dirawat di Singapura karena kanker.
Geger soal Setan Gundul pembisik 62 persen kemenangan Prabowo-Sandi (dalam deklarasi bahkan Prabowo mengungkapkan, angka kemenangan ini merupakan hasil rekapitulasi C1 Pilpres yang dikumpulkan timnya) ini juga berbuntut tuding-tudingan antara tokoh Partai Keadilan Sejahtera yang juga anggota koalisi Adil Makmur, dengan Partai Demokrat. Hidayat Nurwahid (HNW) menuding, Demokrat lah yang memasok info 62 persen kemenangan Prabowo-Sandi atas Jokowi-Ma’ruf Amin.
Baca Juga: Prabowo dalam Perangkap "Setan Gundul"
Sementara Partai Demokrat berkilah, bahwa angka 62 persen yang disampaikan ke Prabowo itu – menurut Wasekjen Didi Irawadi – tidak ada hubungannya dengan kemenangan Pilpres. Akan tetapi dimaksudkan bahwa 62 persen pengurus partai Demokrat di daerah ingin bergabung mendukung kubu paslon Capres Cawapres 02, dan bukan kubu 01. Voting itu terjadi di Demokrat menjelang koalisi mendukung paslon Pilpres, pertengahan Agustus 2018.
“Jadi tidak ada kaitan dengan 62 kemenangan di Pilpres,” ungkap Didi kepada pers, ketika gunjang-ganjing perihal cuitan Andi Arief soal Setan Gundul pembisik 62 persen kemenangan Prabowo-Sandi.
Perpecahan Demokrat dengan koalisi Adil Makmur ini semakin tajam, ketika dalam kesempatan aksi unjuk rasa di depan kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Jalan Thamrin, Jakarta Pusat hari Kamis (09/Mei/2019). Pemimpin unjuk rasa Kivlan Zein justru balik menuding, Andi Arief lah Setan Gundulnya.
“Ya yang setan gundul itu ya dia, Andi Arief setan gundul. Dia yang setan. Masa kita dibilang setan gundul?” ujar Kivlan, kepada para wartawan di sela-sela demo di Bawaslu RI, Kamis kemaren. (DetikCom).
Kivlan juga menyerang kubu Demokrat serta Ketumnya, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan menuding SBY ingin agar Prabowo Subianto tidak menjadi calon presiden.
“Orang Partai Demokrat nggak jelas kelaminnya, SBY nggak jelas kelaminnya. Dia mau mencopot Prabowo supaya jangan jadi calon presiden dengan gayanya segala macam cara,” kata Kivlan pula, kepada pers di depan gerbang KPU.
Kivlan bahkan mengungkit, terjadinya persaingan antara Prabowo dan SBY, yang menginginkan tidak ada jenderal lain yang jadi presiden selain dirinya. “Dia orangnya licik,” kata Kivlan, yang mengaku SBY adalah mantan muridnya.
Koalisi setengah hati yang dilakukan Partai Demokrat memang sudah terlihat jauh sebelum hari pencoblosan, pada masa menjelang kampanye. Dalam sebuah cuitan twitter-nya pada pertengahan Agustus 2018 atau dua bulan sebelum masa kampanye mulai Oktober, Andi Arief membocorkan kabar bahwa Sandiaga Uno menggelontorkan uang untuk Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Amanat Nasional (PAN) demi menjadi calon Wakil Presiden Prabowo, senilai masing-masing Rp 500 miliar dari Sandi.
Sandiaga Uno, semula tidak direkomendasikan oleh Ijtima Ulama dan juga pemimpin Front Pembela Islam (FPI) yang berada di Mekkah, Habib Rieziq Shihab untuk menduduki posisi Cawapres, selain tiga ulama usulannya. Padahal, tadinya Prabowo sudah setuju ia didampingi cawapres pilihan Ijtima Ulama.
Adapun istilah “jendral kardus” yang dipakai Andi Arief untuk menyebut Prabowo yang dinilainya plinplan. Kata Andi Arief, dimaksudkan agar “Pak Prabowo bisa mendengar dan mencegah, bukan mencegah Sandiaga Uno, akan tetapi mencegah mahar-maharan...,” kata Andi.
Dan tidak berhenti sampai Setan Gundul. Hari Kamis (09/Mei/2019) kemaren, Andi Arief masih menambah lagi narasinya, tentang “sumbu pendek”. Wakil Sekjen Partai Demokrat ini meminta para kadernya agar tetap tenang, dan “tidak reaksioner terhadap sikap para ‘sumbu pendek’. Terutama sikap ‘sumbu pendek’ dari partai tertentu...,” kata Andi Arief. (DetikNews).
Baca Juga: SBY Disundul Setan Gundul
Kontroversi, memang salah satu gaya berpolitik mantan aktivis mahasiswa anti Orde Baru ini. Awal Januari 2019, Andi Arief bikin para petugas KPU lintang pukang ketika dalam cuitannya mengungkapkan: “mohon dicek kabarnya ada 7 kontainer surat suara yang sudah dicoblos di Tanjungpriok. Supaya tidak fitnah harap dicek kebenarannya. Karena ini kabar sudah beredar...,”
Twit itu dihapus Andi Arief segera setelah tim KPU dan Bawaslu memeriksa langsung malam-malam ke Tanjungpriok. Konon ada tujuh kontainer eks China di pelabuhan Tanjungpriok yang berisi @10.000 lembar kertas suara itu. Ternyata itu isapan jempol belaka.
Sungguh, ini tentunya bukan kenakalan lagi dari “Sun Go Kong dari Demokrat” ini. Akan tetapi sudah ngerjain pihak yang berwajib – agar malam-malam buta KPU dan Bawaslu harus lintang pukang. Malam itu juga, mereka memeriksa kontainer-kontainer eks China di Tanjungpriok yang konon berisi surat-surat tercoblos. Hoaks ternyata....
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews