Jadi pemimpin di Indonesia itu memang susah, karena harus menyenangkan 270 juta jiwa penduduknya. Jadi harus banyak sabar, dan tahu apa yang harus dikerjakan.
Saya tidak sedang membela Risma, karena kenal pun enggak, apa lagi kalau disebut buzzer, jauh panggang dari api. Saya hanya ingin melihat Risma dari sudut pandang saya sendiri.
Yang saya lihat, Risma tahu apa yang harus dia kerjakan sebagai Menteri Sosial yang baru, dan dia pasti tahu dia bukanlah sebagai Walikota Surabaya lagi, yang skop kerjanya hanya di satu daerah.
Apa yang dilakukan Risma memang bukanlah sesuatu yang mainstream, yang tidak biasa dilakukan oleh pejabat pada umumnya. Risma memosisikan dirinya sebagai 'pelayan rakyat' yang tidak terlayani.
Membuktikan Risma Pencitraan atau tidak
Karakter atau Style Kerja Risma memang sudah dari sononya seperti itu, senang blusukan, tidak suka bekerja hanya dari belakang meja seperti halnya 'pejabat' yang bermental feodalistik.
Apakah Risma Pencitraan? Jawabanya bisa iya bisa tidak, tergantung seperti apa respon dia terhadap nyinyiran para politisi dan kaum frustasi. Kalau Risma konsisten, dan memang sudah tahu bahwa itu adalah tugas dan kewajibannya, maka dia tidak akan mengubah style kerjanya.
Sesorang pelayan rakyat yang memang yakin dengan apa yang dikerjakannya, dia akan selalu konsisten dengan sikapnya, karena dia sudah tahu apa yang harus dilakukannya. Ada juga yang tiba-tiba blusukan, padahal itu bukanlah kebiasaannya.
Yang seperti ini biasanya lebih kepada pencitraan, begitu dinyinyirin, dia langsung berhenti blusukan, dan kembali kepada kebiasaannya yang bekerja dari belakang meja. Yang seperti ini bisa dilihat menjelang Pilkada atau Pilpres, tiba-tiba peduli pada rakyat miskin, karena punya kepentingan.
Lucu-lucu komentar yang muncul saat gebrakan pertama Risma sebagai Menteri Sosial, ada yang bilang kerja Mensos itu bukan cuma di Jakarta, tapi ke seluruh Indonesia. Benar sih anggapan itu, tapi Risma rupanya melihat lebih dulu Gajah dipelupuk matanya, bukan semut yang diseberang lautan.
Jelas dia lebih melihat apa yang ada didepan matanya terlebih dahulu, karena untuk setiap daerah sudah ada yang bertanggung jawab, bagian dari perpanjangan tangan Mensos. Ketika ada urgensinya dia harus kedaerah, tentunya itupun akan dilakukannya.
risma
Baca Juga: Surat untuk Warga Surabaya, Wujud “Ketakutan” Risma?
Bisa jadi Risma mengantisipasi pendapat umum tentang kinerjanya, dia kuatir ketika dia mengurusi yang lebih jauh terlebih dahulu, malah dinyinyirin "Gajah dipelupuk mata tak tampak, semut diseberang lautan malah tampak."
Begitulah selalu kebiasaan orang-orang yang nyinyiran, selalu mempersoalkan apa yang belum dikerjakan, tapi tidak biasa mengapresiasi yang sudah dikerjakan, karena benci kesumat sudah menyumbat akal sehatnya.
Yang seperti ini adalah 'Indonesia Banget,' kalau tidak seperti itu iklim demokrasinya, ya bukan Indonesia namanya. Itulah yang sedang di tiru Amerika sekarang ini, demokrasi ala kaum bar-bar, yang suka dengan sesuka-sukanya.
Jadi pemimpin di Indonesia itu memang susah, karena harus menyenangkan 270 juta jiwa penduduknya. Jadi harus banyak sabar, dan tahu apa yang harus dikerjakan. Kalau mengurusi, dan cuma menyenangkan semua memang tidak mungkin.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews