Surat untuk Warga Surabaya, Wujud “Ketakutan” Risma?

Surat beramplop cokelat itu dikirimkan kepada warga pada Selasa (1/12/2020). Ada stempel bertulisan ”Surat Bu Risma untuk Warga Surabaya” dikirim melalui kurir.

Sabtu, 5 Desember 2020 | 16:01 WIB
0
313
Surat untuk Warga Surabaya, Wujud “Ketakutan” Risma?
Surat Bu Risma untuk Warga Surabaya. (Foto: Surya.co.id)

Akhir-akhir ini ada perilaku Walikota Surabaya Tri Rismaharini yang tampak “janggal”. Rumah Dinas Walikota tampak berbeda dari biasanya. Sejak akhir November 2020, pagar rumah dinas ini ditutup tinggi dengan fiber gelap.

“Kemarin Jalan Sedap Malam yang merupakan akses menuju Balai Kota ditutup. Penghuni rumah di jalan ini dan pegawai pemkot terpaksa memutar. Kini pagar rumah dinas ditutup fiber gelap. Ada apa ini?” kata Ketua Fraksi Golkar DPRD Surabaya Arif Fathoni.

Menurutnya, dengan pagar tinggi itu warga tidak bisa lagi melihat halaman atau teras rumah dinas dari luar. Bahkan pegawai Pemkot Surabaya yang setiap hari melintas di areal Rumah Dinas Walikota itu juga kaget.

Seperti dilansir Jpnn.com, Sabtu (28 November 2020 – 17:53 WIB), Toni – panggilan akrab Arif Fathoni ini – tidak habis pikir dengan fenomena di ujung berakhirnya jabatan Walikota Surabaya Tri Rismaharini dan menjelang Pilkada Surabaya 2020 ini.

Bersamaan dengan itu, muncul pula spanduk atau baliho berisi tulisan "Bela Bu Risma,Selamatkan Surabaya #LawanPremanisme" yang terpasang di beberapa jalan di Kota Pahlawan ini. Salah satunya berada di Jalan Gentengkali gang Genteng Bandar Lor.

Menurut Bahrudin, seorang warga, seperti dilansir Jatimnow.com, Senin (30 Nov 2020 05:06 WIB), dirinya baru memperhatikan terpasangnya gambar Walikota Risma terlihat sedang berdoa dan menangis tersebut.

“Baru tahu saya ada spanduk ini. Kira-kira ada apa dengan Bu Risma ya,” tanya Badrudin kepada Jatimnow.com, Minggu (29/11/2020).

Baliho dengan bacground warna putih yang diperkirakan berukuran 3x3 meter itu diikat tali di pohon. Apakah ini reaksi atas video "Hancurkan Risma"? Sebelumnya puluhan ibu-ibu menggelar aksi di depan Balai Kota Surabaya, Jumat (2711/2020).

Hal ini dilakukan untuk membela dan memberikan dukungan kepada Walikota Risma setelah beredarnya video viral yang menjelekkannya. Video berdurasi 19 detik yang beredar di media sosial menampilkan sejumlah orang menyanyikan yel-yel 'Hancurkan Risma'.

Dilansir Republika.co.id, dalam video yang beredar itu, nampak sejumlah orang mengenakan atribut kaus warna-warni bergambar Calon Walikota dan Wakil Walikota Surabaya nomor urut 2 Machfud Arifin-Mujiaman Sukirno.

Mereka juga mengacungkan dua jarinya. “Hancur, hancur, hancurkan Risma, hancurkan Risma sekarang juga. Hancur, hancur, hancurkan Risma, hancurkan Risma sekarang juga,” teriak mereka.

Dalam video itu juga terlihat mantan kader PDIP yang menolak mendukung paslon nomor urut 1 Eri Cahyadi-Armuji. Tak hanya itu, di belakang mereka, nampak pula ada latar atau background yang menampilkan gambar Machfud Arifin-Mujiaman Sukirno.

Saat dikonfirmasi, Mat Mochtar membenarkan bahwa dirinya memang ada di video tersebut. Ia menyebut video itu terekam Rabu (25/11/2020). “Videonya kemarin, masih baru,” ungkap Mat Mochtar.

Namun, Mat Mochtar menolak untuk menjelaskan dengan detail, saat acara apa dan siapa saja yang bersamanya saat video itu direkam.

Ia mengatakan bahwa nyanyian itu adalah luapan kekecewaan dirinya kepada Risma, karena telah memberikan kepercayaan kepada tokoh di luar PDIP, Eri Cahyadi, untuk meneruskan jabatannya sebagai Cawali Surabaya.

Ia pun kecewa, karena kata dia, mestinya, yang berhak mendapatkan rekomendasi menjadi cawali adalah Whisnu Sakti Buana. Whisnu dianggap layak karena telah mendampingi Risma sebagai Wakil Walikota Surabaya selama dua periode.

Mat Mochtar pun tidak terima dan melawan, hingga mengakibatkan ia dipecat dari PDIP. Karena itu, ia justru menyebut dirinya-lah yang telah dihancurkan oleh Risma.

“Aku yang dihancurno sampai dipecat, sing menghancurkan saya Bu Risma. Dari pada aku hancur ya Bu Risma tak hancurno (saya hancurkan), ketimbang PDIP sing hancur (yang hancur),” katanya.

Merespons beredarnya video itu, putra sulung Risma, Fuad Bernardi mengaku sedih dan kecewa. “Saya mewakili putranya beliau, merasa sedih terus kecewa juga. Kalau konteksnya untuk Pilkada kenapa sampai melakukan seperti itu. Padahal Ibu tidak maju lagi,” imbuhnya.

Pasca beredarnya video tersebut, sejumlah dukungan datang terhadap Risma. Seperti yang dilakukan puluhan emak-emak menggelar aksi di depan Balai Kota Surabaya, guna membela dan memberikan dukungan kepada Walikota Surabaya Tri Rismaharini.

“Kami masyarakat Surabaya dengan ketulusan hati menikmati buah karya pembangunannya. Ya, Bu Risma, perempuan tangguh itu membangun Surabaya tidak hanya sekadar badannya. Tetapi jiwa Surabaya dibangun dengan hatinya pula,” kata kordinator aksi Renny Anjani.

Renny mengatakan, emak-emak di Surabaya merasa sakit hati dan geram. Mereka pun lantas menggelar aksi dukungan bela Bu Risma dan lawan premanisme tersebut. Mereka membawa beberapa poster yang berisi dukungan kepada Risma.

Mengutip AyoSurabaya.com, Senin (30/11/2020), Renny mengatakan, hanya orang-orang yang tak beretika yang mau menghancurkan seorang perempuan berprestasi yang telah sukses membangun Surabaya.

“Apakah beliau-beliau pendukung Pak Machfud Arifin tak melihat hasil buah karya walikota perempuan pertama di Surabaya itu yang telah membangun Kota Pahlawan dengan hati dan segenap jiwa raganya,” ujarnya.

Menurut Renny, saat ini sudah tidak zamannya lagi premanisme. Maka dari itu, ia berharap agar para oknum itu berhenti menghujat dan menghina Walikota Risma, karena hal itu sama saja dengan menghujat ibu mereka sendiri.

“Kita emak-emak Suroboyo memaafkanmu, wahai mereka yang akan menghancurkan Bu Risma. Sebab, kita yakin kalian lahir dari seorang ibu. Jadilah manusia yang bermartabat,” katanya.

Pilkada Surabaya 2020 diikuti paslon Walikota dan Wawali Surabaya Eri Cahyadi-Armuji. Paslon nomor urut 1 ini diusung PDIP dan didukung PSI. Mereka juga didukung enam parpol nonparlemen: PBB, Partai Hanura, Partai Berkarya, PKPI, dan Partai Garuda.

Sedangkan paslon Machfud Arifin-Mujiaman dengan nomor urut 2 diusung koalisi delapan partai, yakni PKB, PPP, PAN, Golkar, Gerindra, PKS, Demokrat, dan Partai NasDem serta didukung parpol nonparlemen, yakni Partai Perindo.

Takut Kalah?

Jika merunut ke belakang, munculnya video “Hancurkan Risma” yang viral di media sosial itu justru merupakan reaksi atas beredarnya ”Surat Bu Risma untuk Warga Surabaya” yang dikirim melalui  kurir ke warga Surabaya.

Seperti diungkap Mat Mochtar, video itu terekam Rabu (25/11/2020). “Videonya kemarin, masih baru,” ungkapnya. Sedangkan Surat Risma, seperti kata putra Risma, Fuad Benardi, pada bagian keterangan waktu, tertulis 22 November 2020. 

Pertanyaannya, mengapa Walikota Risma sampai perlu menulis surat untuk warga Surabaya? Apakah karena paslon yang didukunganya itu – Eri Cahyadi-Armuji – dikhawatirkan kalah dari Machfud Arifin-Mujiaman?

Melansir dari TribunMadura.com, Rabu (2 Desember 2020 19:01), Ketua DPP PDIP Bidang Kebudayaan Tri Rismaharini mengirimkan surat khusus kepada warga menjelang Pilkada Surabaya, Rabu, 9 Desember 2020.

Fuad Benardi mengatakan, dirinya mengetahui saat ibunya itu menulis surat tersebut. “Iya itu beliau (Risma) nulis sendiri,” kata Fuad saat dihubungi TribunJatim.com, Rabu (2/12/2020). Ia mengungkapkan, Risma menulis surat tersebut dalam kapasitas sebagai petugas partai. 

Menurut Fuad surat tersebut ditulis pada hari libur Risma dari aktivitas kedinasan. Dari surat itu memang tidak memiliki kop seperti surat resmi kedinasan dan semacamnya. Pada bagian keterangan waktu, surat itu tertulis 22 November 2020. 

Dalam surat itu ditulis, Risma meminta agar warga dapat berbondong-bondong menggunakan hak suara pada 9 Desember mendatang. Warga juga tidak perlu khawatir, sebab di TPS sudah menerapkan protokol kesehatan. 

Selain itu, Risma mengajak memilih paslon Eri Cahyadi-Armuji. Fuad mengatakan, ibunya memiliki sejumlah alasan mengapa mengeluarkan surat itu. Diantaranya, Risma tidak ingin warga golput dalam pesta demokrasi.

Sementara itu, sebagai pengurus partai, Risma juga harus turun agar paslon yang diusung partainya itu dapat memperoleh kemenangan. “Beliau bagaimana pun adalah petugas partai, yang memang harus memenangkan calon yang diusung,” kata Fuad. 

Dosen FISIP Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Umar Sholahudin menyebut, surat Risma kepada warga Surabaya yang di dalamnya terdapat ajakan mencoblos paslon nomor urut 1 itu adalah pemaksaan. 

Surat beramplop cokelat itu dikirimkan kepada warga pada Selasa (1/12/2020). Ada stempel bertulisan ”Surat Bu Risma untuk Warga Surabaya” dikirim melalui kurir. Bentuknya sangat mirip dengan surat resmi dari Pemkot Surabaya. Lengkap dengan stempel bertinta ungu. 

”Dalam situasi yang semakin menghangat seperti ini, warga butuh walikota yang mengayomi semua,” kata Umar Sholahudin, seperti dikutip Surya.co.id, Rabu (2/12/2020). Menurutnya, Risma yang masih menjabat Walikota Surabaya berkirim surat seperti itu kurang bijak. 

“Ini saya rasa tidak bijak. Surat dikirim ke semua warga yang saat ini pilihannya sudah terpecah,” tandasUmar. ”Surat itu kesannya pemaksaan kepada yang sudah mantab akan memilih Machfud-Mujiaman untuk memilih Eri-Armuji,” lanjutnya.

Eny Widyawati, seorang warga di Kapasari Pedukuhan, Kelurahan Tambakrejo, Kecamatan Simokerto, salah seorang yang mendapatkan ”Surat Bu Risma untuk Warga Surabaya” jadi kecewa setelah membaca isinya.

“Pada awalnya saya senang, bangga, karena sebagai kader mendapatkan surat dari walikota, namun, saya kecewa setelah membuka surat, karena isinya kampanye,” lanjut Eny.

Menurutnya, dia sangat hormat pada Risma. Puas dengan kepemimpinan walikota perempuan pertama di Surabaya itu. Karena itu, dia mau bergabung menjadi kader Posyandu, Bumantik, maupun PAUD. 

”Tapi saya tidak mau didoktrin untuk memilih salah satu paslon seperti ini. Biarkan saya dan seluruh warga Surabaya menentukan pilihan sesuai hati nurani,” pungkasnya.

***