Dalam term kedua sebagai Presiden, Pak Jokowi lebih dingin, tidak panik dan tidak grusa-grusu dalam mengambil keputusan.
Pada saat pendidikan Seskoau tahun 1990, selama 11 bulan demikian banyak mata kuliah dan praktek yang harus diikuti, dosen senior menjelaskan bahwa ilmu-ilmu yang diajarkan untuk melengkapi seorang perwira dalam pengambilan keputusan.
Bagi pemimpin, keputusan itu sangat besar pengaruhnya terhadap organisasi yang dipimpinnya. Bisa bagus tapi efeknya bisa negatif apabila keliru.
Dalam kasus Covid-19 di Indonesia, begitu mereka yang tertular semakin banyak, Presiden Jokowi mendapat saran "lockdown" dari banyak pihak, termasuk mantan Wapres JK dan SBY, relawan Jokowi sendiri. Artis, salah dua partai koalisi, MUI sampai IDI. Banyak yang menggebu-gebu bahkan menekan dan ada yang kesannya ngajari.
Nah, kini Presiden sudah mengambil keputusan dengan mengeluarkan Perpres, jawaban atas soal lockdown gamblang kenapa pemerintah tidak mengambil opsi tersebut, inilah dia Bro.
Pertimbangan
Kata presiden, kita harus belajar dari pengalaman negara lain tetapi kita tidak bisa menirunya begitu saja. Sebab, semua negara memiliki ciri khas masing- masing, baik itu luas wilayah, jumlah penduduk, kedisiplinan, kondisi geografis karakter dan budaya, perekonomian masyarakatnya, kemampuan fiskalnya, dan lain-lain.
Oleh karena itu, kita tidak boleh gegabah dalam merumuskan strategi, semuanya harus dihitung, semuanya harus dikalkulasi dengan cermat, dan inti kebijakan kita sangat jelas dan tegas.
Yang pertama, kesehatan masyarakat adalah yang utama. Oleh sebab itu, kendalikan penyebaran Covid-19 dan obati pasien yang terpapar.
Yang kedua, kita siapkan jaring pengaman sosial untuk masyarakat lapisan bawah agar tetap mampu memenuhi kebutuhan pokok dan menjaga daya beli.
Ketiga, menjaga dunia usaha utamanya usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, agar tetap beroperasi dan mampu menjaga penyerapan tenaga kerjanya. Dan pada kesempatan ini, saya akan fokus pada penyiapan bantuan untuk masyarakat lapisan bawah.
Penilaian dalam Keputusan
Dari pengalaman selama masih aktif dinas dsn terakhir sebagai penasihat Menhan bidang Intelijen, kelebihan pemimpin karena dia didukung perangkatnya. Selain itu juga karena jabatannya, pemimpin mempunyai informasi yang lebih lengkap dibandingkan staf manapun yang 'pangjagona'.
Baca Juga: Pembatasan Sosial Berskala Besar
Menghadapi kasus Convid, mereka yang memberi saran lockdown jelas masukannya terbatas apa yang dia lihat dan simpulkan, hanya menarik kesimpulan dari berita-berita yang beredar. Mereka tidak memiliki informasi yang dalam intelijen taktis sisebut K3 (Kekuatan, Kemampuan dan Kerawanan) pihak sendiri dalam memerangi Covid pada saat ini. Pak Presiden ini punya lengkap perangkat serta berbagai kekuasaan yang dilindungi Undang-undang
Kesimpulan
Dalam term kedua sebagai Presiden, Pak Jokowi lebih dingin, tidak panik dan tidak grusa-grusu dalam mengambil keputusan. Kita akui negara ini dibangun melalui jalur politik, karena itu wajar kalau ada pemain-pemain politik yang mencoba memanfaatkan momentum, baik supaya melambung citranya, dapat nama, dan mungkin ada yang berpikir membuat jebakan batman. Jokowi akan digiring ke killing ground untuk dihabisi, tapi nampaknya lebih lihai Pak Jokowi, trust me.
Nah, kini bangsa ini kalau ingin selamat mari kita ikuti apa strategi pemerintah, tidak usahlah macam-macam, bersama kita jaga stabilitas politik, ekonomi, keamanan. Kalau boleh sekali lagi mengingatkan Covid ini mahluk Allah, dia kini menginfeksi ratusan ribu penduduk dunia juga karena izin Allah dengan tujuan tertentu, yang tersirat sepertinya peringatan.
Karena itu mari kita sadar buang ego politik, ambisi, rasa sok tahu. Nanti kalau qolbu kita tdk bersih menyikapi Covid ini, mikir jahat kepada sang pemimpin nasional, terus Anda tersentuh micro organisme itu, ke RS hanya sendiri, akhirnya semua sendiri, dikerubungi covid, dibungkus plastik. Astaghfirullah, ampuni kami ya Allah.
Prayitno Wongsodidjojo Ramelan
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews