Dear Dokter Gamal, Jangan Ikut Sebar Hoaks, Berat.. Biar Mereka Saja!

Sabtu, 12 Januari 2019 | 12:54 WIB
0
931
Dear Dokter Gamal, Jangan Ikut Sebar Hoaks, Berat.. Biar Mereka Saja!
Gamal Albinsaid (Foto: Netz.id)

Seperti yang saya duga sebelumnya. Narasi hoaks yang diproduksi oleh kubu Prabowo ternyata tidak sampai berhenti pada selang cuci darah saja. Kini, salah satu tim kampanyenya, dr Gamal Albinsaid terpeleset menyebarkan data hoaks.

Cuitan tersebut akhirnya viral karena disampaikan dengan terburu-buru, grasa-grusu dan laiknya seperti Prabowo saat berpidato yang terlihat ceroboh dan bicara tanpa data yang benar. Prabowo tidak memiliki sikap skeptis.

Hanya menerima informasi mentah-mentah tanpa diolah. Sangat percaya dengan pembisik-pembisiknya yang justru membuatnya jatuh berkali-kali dalam skandal hoaks.

Ada beberapa infografis yang dicuitkan oleh salah satu sosok inspiratif ini. Dokter Gamal terkenal dengan gerakan kesehatannya. Pasien yang ingin berobat di kliniknya bisa membayar dengan sampah yang sudah dipisahkan.

Apa yang dilakukannya sangat mulia. Bahkan menjadi inspirasi bagi anak bangsa untuk berbuat lebih baik untuk bangsa ini. Itulah mengapa masih banyak anak muda lain yang hormat pada dokter Gamal.

Namun, amat disayangkan jika dokter Gamal ikut kubu yang kerap memproduksi hoaks. Data harusnya dilawan dengan data, bukan dengan hoaks.

"1. Saya yakin, Mencintai negara ini butuh lebih dari sekedar pujian yang menghibur, Kita butuh menyampaikan kebenaran yang terkadang tidak menyenangkan, Kita butuh keberanian mengkritik yang sesekali mengganggu, Kita butuh berbicara jujur apa adanya walaupun sesekali pahit."

"2. Sebagaimana saya mengagumi kesederhanaan pemimpin kita hari ini, Sebagaima saya mengapresiasi pembangunan infrastruktur kita hari ini, Sebagai warga negara, izinkan saya menyampaikan tantangan kita hari ini dan hari-hari mendatang."

"3. Ini bukan soal angka, ini soal luka, Luka Indonesiaku. Saya katakan ini karena saya menyadari betapa beratnya tugas yang menunggu kita semua di depan sana. Saya sayang kalian semua kawan - kawan."

Yang banyak dipertanyakan para netizen adalah data-data tersebut seolah-olah memojokkan petahana. Digambarkan seolah bahwa utang Indonesia melonjak tajam pada masa pemerintahan Jokowi.

Dokter Gamal ternyata lupa bahwa ada salah satu presiden lain yang belum dimasukkan. Siapa lagi kalau bukan SBY. Kalau SBY tahu, bisa baper lho. Kesedihan tak berujung, hingga drama tak berkesudahan. Sayangnya kesedihan-kesedihan itu kini tak jadi lagu, apalagi satu album rekaman.

Infografis yang dibagikan itu ternyata memiliki pelbagai kelemahan. Misalnya, tidak semua orang awam bisa menganalisa data yang disajikan. Data-data mentah tersebut hanya menyebutkan Presiden yang paling banyak berutang tanpa menyebutkan variabel data lainnya sebagai pembanding.

Misalnya seperti Kompasianer Pringadi Abdi Surya yang sudah menjelaskan bagaimana cara membaca data-data yang disajikan oleh dokter Gamal. Contoh kecil saja seperti kondisi negara yang jauh berbeda.

Jika dibandingkan dengan kondisi pada masa pemerintahan BJ Habibie saja tentu amat berbeda dengan kondisi pada masa SBY, apalagi saat pemerintahan Jokowi yang ditekan dengan resesi global. Beruntung Indonesia masih bisa perkasa ditengah jatuhnya beberapa negara. Bahkan ekonomi Malaysia saja sekarang tertinggal di belakang Indonesia.

Bukan hanya netizen saja yang geram dengan cara dokter Gamal menyajikan data. Lumrah jika beberapa sosok yang sudah makan asam garam soal data pun urun rembuk ikut bicara seperti Ainun Najib.

"A good example of "How to Lie with Statistics". Maaf mas dokter @Gamal_Albinsaid , we're good friends, namun kali ini anda keliru dan mengelirukan masyarakat." cuitnya.

Siapa Ainun Najib? Dikutip dari laman Wikipedia, Ainun Najib adalah seorang praktisi teknologi informasi asal Gresik, Jawa Timur yang berdomisili di Singapura, yang dikenal sebagai penggagas situs KawalPemilu.org.

Apa jawabannya terhadap cuitan dokter Gamal? Cuitan ini sengaja saya sajikan secara lengkap agar bisa menangkap dengan jelas apa yang diutarakan oleh Ainun Najib.

"1) Menggunakan nilai absolut ketika seharusnya nilai proporsi yang dipakai. Tujuan: seolah luar bisa besar. Angka utang luar negeri biasanya diukur sebagai proporsi dengan GDP (Gross Domestic Product) sebagai ukuran ekonomi. Ekonomi kita tumbuh besar secara absolut, utang seiring"

 

Foto Twitter Gamal Albinsaid

"2) Menggunakan nilai uang absolut tanpa normalisasi dengan inflasi mata uang. Sebagaimana 1,000 rupiah di era sekarang tidak sepadan 1,000 rupiah di era mbah Soeharto, demikian pula 1 trilyun sekarang tidak setara 1 trilyun sebelumnya."

"3) Menggunakan nilai absolut sekarang namun tidak memunculkan nilai absolut periode 10 tahun persis sebelumnya (era pak SBY). Tujuan: lagi-lagi agar seolah njomplang besarnya berbanding dulu kala. Kata Cinta pada Rangga: yang kamu lakuin itu, jahat."

"4) Pertama-tama ini visualisasi menyesatkan, modus operandi yg banyak dilakukan: data ditampilkan vertikal semisal diagram batang namun tidak proporsional. Lihat tumpukan koin terakhir hampir 3 kali lipat (!) tingginya dari yang pertama padahal angkanya 14 banding 10 yakni 7:5"

 

Foto Twitter Gamal Albinsaid

"Kesannya seolah dalam 3 tahun pertumbuhan utang melonjak 3 kali lipat, padahal masih wajar selaras pertumbuhan ekonomi. Visualization is powerful, secara bawah sadar ini pesan yang mau disampaikan."

"5) Nilai pertumbuhan utang di era sebelumnya tidak ditampilkan sebagai pembanding. Padahal di gambar sebelumnya dibanding-bandingkan secara nilai absolut. Kenapa? Ya tentunya karena tidak mendukung tujuan jahat memburuk-burukkan era Presiden @jokowi "

"6) Sama seperti sebelumnya, akan lebih adil kalau pertumbuhan utang ditampilkan dengan mempertimbangkan proporsinya atas pertumbuhan ekonomi."

"7) Modus operandi half truth: Bu Sri Mulyani dikutip separuh saja statemen faktanya, bahwa hutang per kepala sebesar US$ 997 sekitar Rp 13 juta. Padahal beliau melanjutkan: Ini jauh lebih rendah dari Jepang (75 jt) dan Amerika Serikat (874 jt!!). "

8) Untuk yang ini, hutang BUMN, sudah dikuliti oleh kakak @mrshananto intinya tabungan bangsa Indonesia bank BUMN dihitung dalam angka "hutang" tersebut.  Makin besar makin bagus dong, bukankah rajin pangkal pandai, hemat & rajin menabung pangkal kaya?

"Intinya proporsional dengan ekonomi. Saya kutip dari link tadi, kesimpulan bu Sri Mulyani: "Rasio utang terhadap PDB Indonesia terjaga pada level sekitar 27%. Ini berkat kemampuan pemerintah menjaga defisit anggaran tetap terjaga di bawah 3% terhadap PDB setiap tahunnya." ungkap Ainun Najib yang tampak bersemangat mengcounter cuitan sahabatnya itu.

Membandingkan cuitan antara dokter Gamal dengan Ainun Najib saja sudah kontras. Amat kontras sekali!

Dokter Gamal muncuit seperti seorang pangeran yang sedang berkeluh kesah membicarakan luka. Ya, luka Indonesia. Lama-lama dokter Gamal bisa terkena syndrome baper ala mantan presiden yang satu itu lho kalau gaya tulisannya begini terus.

 

Ciyee diupdate ciyeee / Foto Twitter dokter Gamal Albinsaid

Karena ramai dibahas, akhirnya dokter Gamal pun merasa malu untuk mengoreksi infografis yang ada. Tanpa ada permintaan maaf. Yup, maaf sepertinya sudah menjadi kata-kata yang mahal bagi Kubu Prabowo.

Lihatlah dokter Gamal, saya ingin mengingatkan lagi tentang salah satu Hadis Nabi SAW.

"Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap." (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)

Bertemanlah dengan teman yang menyajikan data dan fakta dengan benar. Inilah akibatnya jika bergaul dengan teman yang kerap kali memproduksi hoaks. Sekarang Anda mendapatkan bara apinya, asapnya pun akan melekat cukup lama di baju Anda

Sebagai seorang ahli dalam bidang kesehatan, mungkin dokter Gamal juga bisa ikut menyaring info-info tentang isu kesehatan sebelum dilontarkan Prabowo ke publik.

Sebagai penutup, saya ingin mengutip kata-kata dokter Posma;

"Sebagai dokter dia seharusnya tahu pahitnya obat itu kadang bermanfaat dan manisnya racun tetap mematikan. Memandang hutang sebagai "luka" itu persepsi yang terburu-buru. Untuk mengoperasi tumor atau batu di perutpun seorang dokter bedah harus membuat "luka", tetapi ada manfaatnya". 

***