Silahkan hancurkan KPK sesuka Anda. Tapi jangan hancurkan rasa kemanusiaan dengan menyebarkan kebencian dan fitnahan.
Viralnya postingan perempuan yang menyoal soal siraman air keras Novel Baswedan telah sampai pada titik yang paling keji. Perempuan itu dengan menyebut nama Tuhan menyebarkan ilusinya dia sendiri bahwa penyiraman air keras itu rekayasa. Sandiwara yang dibuat Novel sendiri. Dan kemudian di gorang goreng sana sini. Diviralkan sebagai sebuah kebenaran.
Padahal penjelasan perempuan itu dan aneka postingan imajinasi liar soal mata Novel Baswedan, adalah penjelasan yang tidak masuk akal. Bagaimana mungkin ada seorang yang mau mengorbankan biji matanya untuk menutupi kebohongannya. Coba perempuan itu nyulek matanya sendiri untuk kebohongan yang dia buat. Apakah bersedia? Jelas tidak..
Dari nalar ini saja sudahlah jelas ilusi yang kini menyebar dan diyakini kepada banyak orang dengan sendirinya terbantahkan.
Termasuk memperbandingkan luka korban air keras dan luka yang diderita Novel. Yang lain mukanya rusak sedang Baswedan mulus.
Namun mereka lupa, korban yang rusak mukanya itu tidak ada yang rusak atau buta matanya. Di sini, para penyebar fitnah keji itu gagal menjelaskan mengapa demikian.
Mereka tidak mau mengakui sumber-sumber resmi bahwa serangan air keras itu bukan rekayasa. Termasuk detil catatan medis soal kondisi mata Novel. Itu semua semata karena mereka ingin mempertahankan ilusi mereka bahwa Novel Baswedan adalah seorang yang teramat jahat dan orang Taliban di KPK.
Padahal imajinasi liar itu dibatalkan oleh fakta demi fakta. Semua laporan resmi dari berbagai lembaga resmi, mulai dari Jakarta Eye Center, RS mata di Singapura, laporan Komnas HAM dan laporan kepolisian yang tertulis semuanya menyatakan Novel Baswedan diserang seorang dengan air keras. Jenderal Tito bahkan Presiden Jokowi sendiri menyatakan Novel diserang air keras.
Apakah anda ingin bilang Jokowi dan tim dokter kepresidenan itu tolol semuanya, dibohongi Novel Baswedan hingga rela keluar duit pengobatan sampai milyaran?
Coba pikir!
Baca Juga: Novel Baswedan, That's Why We Call IT "The Blues"
Masalahnya, banyak netizen yang percaya omongan dobol gerombolan kadal medsos dan pansos. Yang dengan sistematis menyebarkan kebohongan dan fitnahan yang keji. Mereka menulis dengan imajinasi liar mereka tanpa mau mengkonfirmasi kepada yang bersangkutan. Atau merujuk pada sumber-sumber kredibel.
Mereka ingin tetap mempertahankan semburan kebohongan sampai yang mereka target hancur lebur.
Semua orang tahu arah aneka kebohongan ini adalah menghancurkan KPK yang selama ini menjadi musuh berat para koruptor.
Silahkan hancurkan KPK sesuka Anda. Tapi jangan hancurkan rasa kemanusiaan dengan menyebarkan kebencian dan fitnahan.
Sebab jika rasa kemanusiaan sudah hilang maka perilaku buas kebinatangan yang muncul kepermukaan. Dan perilaku ini muncul dari aneka semburan fitnahan soal mata Novel Baswedan.
Jadilah manusia. Anda bukan binatang.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews