Begitu pentingkah calon yang dipilih oleh kalian hingga mengalahkan bulan penuh berkah yang senantiasa kalian syukuri?
Ramadan yang saya ketahui adalah bulan penuh berkah dan penuh dengan bermaaf-maafan. Bahkan sebelum berpuasa juga kerap terlontarkan ucapan permintaan maaf bersliweran di WAG atau di status media sosial. Jadi bagi saya bulan Ramadan identik dengan saling meminta maaf atau pengampunan atas kesalahan yang mereka sudah lakukan baik sadar atau tidak.
Tapi tahun ini berbeda, suasana memanas akibat pemilu yang baru dilaksanakan bulan kemarin. Banyak ujaran-ujaran kebencian disertai penyebaran kabar bohong dari oknum-oknum yang sangat disayangkan justru dari cara bertutur kata dan identitas berpakaiannya adalah umat muslim.
Contohnya dari seseorang yang mengancam memenggal kepala seorang Presiden ? Anggaplah dia mengancam memenggal kepala orang-orang yang tidak terkenal. Tetap saja hal ini tidak dapat dibiarkan. Kalau saya mempunyai tetangga seperti laki-laki yang mengaku dari Poso ini saya langsung laporkan si bersangkutan ke polisi. Apalagi ada videonya, "waduh enak bener buat laporan pengaduan ke kepolisian" kata saya dalam hati.
Baca Juga: Ramadhan Tiba, Stop Debat di Media Sosial!
Tetapi di balik oknum-oknum yang punya hobi membuat suasana bulan ramadan memanas, ternyata ada banyak pihak yang mendinginkan suasana paska pemilu. Para ulama atau kyai bersahaja ini mengajak para umat, masyarakat sekitar bahkan seluruh rakyat Indonesia agar selalu menjaga persatuan dan kesatuan. Bukan justru mengajak para umat untuk berperang demi capres yang mereka pilih.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Kendal Jawa Tengah, KH Asroi Tohir, adalah salah satu ulama yang turut menghembuskan nafas-nafas Islam yang menyejukkan. Beliau mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang berkontribusi dalam pelaksaan Pemilu 2019 bisa berjalan secara aman, tertib dan lancar.
“Terima kasih juga kami ucapkan kepada penyelenggara Pemilu, Polri dan TNI,” kata Asroi, setelah acara doa bersama di aula Mapolres Kendal, pasca-proses rekapitulasi tingkat kabupaten, Sabtu (4/5/2019).
Dari pihak PP Muhammadiyah dalam keterangannya di Yogyakarta juga mengucapkan selamat kepada seluruh elite politik dan rakyat Indonesia karena telah melangsungkan pemilu 2019 secara damai. Ditambah juga pemuda Muhammadiyah mengapresiasi kinerja KPU bahkan menggelar aksi beri dukungan kepada KPU.
Sementara di Jawa Timur, kyai-kyai sepuh di Jawa Timur, di antaranya Pengasuh Pesantren Lirboyo Kediri KH Anwar Manshur dan KH Abdullah Kafabihi, Pengasuh Pesantren Miftachussunnah Surabaya KH Miftahul Ahyar, Pengasuh Pesantren Ploso Kediri KH Zainuddin Djazuli dan KH Nurul Huda Djazuli, serta Pengasuh Pesantren Sidogiri KH Nawawi Abdul Djalil. Mereka adalah orang-orang yang mendukung paslon #01 dan #02, bahkan telah bersepakat untuk menjaga kondusivitas pasca-pemilihan umum (Pemilu) serentak 2019.
Dari hasil pertemuan kyai-kyai berpengaruh yang telah saya sebutkan di atas, melakukan pertemuan di kediaman Ketua PBNU Saifullah Yusuf (Gus Ipul), The Gayungsari, Surabaya. Dari tempat ini mereka menghasilkan seruan sebagai berikut:
Ada juga pertemuan para ulama, habaib dan cendekiawan muslim di Hotel Kartika Chandra Jakarta, Jumat (3/5/2019) yang lalu. Acara ini adalah perkumpulan kasih sayang dan persaudaraan. KH Said Aqil berkomentar mengenai pertemuan ini "Kemarin para ulama, habaib, cendekiawan sekitar 1000 orang bukan perkumpulan politik, tendensius politik, tapi pertemuan multaqo ukhuwah, multaqo wudiyah, multaqo saling kasih sayang, persaudaraan."
Diharapkan pertemuan ini bisa meredakan gesekan dalam masyarakat terutama umat muslim dalam memasuki bulan ramadan. "Kita bersaudara sesama umat Islam, bahkan sebangsa dan setanah air. Itu yang harus kita pentingkan, kita prioritaskan,” seru KH Aqil.
Baca Juga: Ramadhan Penuh Intrik, Kemana Aa Gym, Adi Hidayat dan Abdul Somad?
Pertemuan tersebut sangat berharga menurut KH Aqil dimana dihadiri oleh ulama-ulama sepuh dari berbagai daerah, seperti KH Maemun Zubair, KH Muhtadi Dimyathi, dan TGH Turmudzi Badaruddin.
Ajakan untuk mengapresiasi KPU dan seruan untuk menyejukkan suasana akibat gesekan kontestasi Pemilu 2019 ini baru sebagian yang saya angkat dari sisiran berita daring.
Kembali saya mengingat status-status bahkan video tidak mengenakkan dari oknum-oknum yang rela untuk berperang membuat saya mengelus dada. Di manakah identitasmu sebagai muslim yang sedang menjalani bulan ramadan wahai kawan? Begitu pentingkah calon yang dipilih oleh kalian hingga mengalahkan bulan penuh berkah yang senantiasa kalian syukuri?
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews